Konten dari Pengguna
Putus Sekolah, Luka yang Tak Terlihat bagi Masa Depan Bangsa
9 Juni 2025 11:09 WIB
·
waktu baca 2 menitKiriman Pengguna
Putus Sekolah, Luka yang Tak Terlihat bagi Masa Depan Bangsa
Putus sekolah bukan hanya masalah pribadi, tapi tanggung jawab bersama demi menyelamatkan masa depan anak dan bangsa.Husnul Hatima

Tulisan dari Husnul Hatima tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Oleh: Husnul Hatima
Di negeri ini, masih banyak anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah. Mereka bukan tidak mau belajar—mereka hanya terhalang oleh keadaan.
Bagi sebagian orang, sekolah adalah hal biasa. Tapi bagi yang lain, itu adalah kemewahan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, ketika satu anak berhenti sekolah, kita sering tak menyadari bahwa sesungguhnya bangsa ini sedang kehilangan satu potensi masa depan.
Putus sekolah bukan sekadar urusan pribadi atau keputusan keluarga semata.
Ini adalah persoalan sistemik yang menyentuh banyak sisi kehidupan. Ketika seorang anak terpaksa berhenti belajar, bukan hanya masa depannya yanganggu, tetapi juga kontribusi yang bisa ia berikan untuk negeri ini kelak.
Pendidikan, Tanggung Jawab Siapa?
Seringkali kita berpikir bahwa pendidikan adalah urusan siswa dan orang tuanya. Padahal, proses pendidikan yang utuh membutuhkan dukungan dari banyak pihak: orang tua, negara, dunia usaha, hingga masyarakat sekitar.
Orang tua punya peran penting dalam menanamkan semangat belajar dan mendampingi anak-anak mereka tumbuh.
Negara wajib menjamin akses pendidikan yang adil dan merata, termasuk bagi mereka yang tinggal di wilayah tertinggal atau terdampak bencana.
ADVERTISEMENT
Perusahaan juga bisa ambil bagian melalui program tanggung jawab sosial, seperti beasiswa, pelatihan kerja, atau dukungan fasilitas pendidikan.
Masyarakat pun dapat menjadi pendorong semangat dan lingkungan yang aman bagi anak untuk terus belajar.
Setiap pihak punya andil. Dan jika semua terlibat, maka pendidikan bisa menjadi jembatan yang benar-benar kokoh untuk menata masa depan bangsa.
Anak Muda adalah Aset, Bukan Beban
Kita sering mendengar bahwa anak muda adalah harapan bangsa. Tapi harapan itu tidak akan tumbuh tanpa pondasi yang kuat—dan pendidikan adalah salah satu pondasi terpentingnya. Anak-anak hari ini adalah para pemimpin masa depan, dan jika mereka terputus dari dunia pendidikan, maka kita sedang membiarkan bangsa ini berjalan tanpa arah.
Bayangkan potensi yang hilang: anak yang seharusnya menjadi guru inspiratif, dokter penyelamat nyawa, atau inovator teknologi—terpaksa menyerah karena tidak ada dukungan. Semua itu bisa dihindari, jika kita peduli.
ADVERTISEMENT
Mengubah Perspektif, Memulai Aksi
Menjaga agar anak-anak tetap bisa sekolah adalah bentuk paling nyata dari mencintai negeri ini. Tak harus dengan tindakan besar. Mulailah dari hal-hal kecil: menyemangati adik yang malas belajar, membantu tetangga mencarikan bantuan pendidikan, atau menyebarkan informasi tentang program beasiswa.
Kita bisa menjadi bagian dari solusi. Karena mencegah satu anak putus sekolah, berarti menjaga satu asa tetap menyala. Dan ketika harapan-harapan itu tumbuh di hati anak-anak bangsa, kita semua sedang membangun masa depan yang lebih terang.
Dalam menghadapi tantangan pendidikan, kita tidak bisa hanya mengeluh atau menyalahkan keadaan. Yang kita butuhkan adalah kesadaran kolektif, bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Mari kita ubah cara pandang kita—bahwa membantu satu anak agar tetap bersekolah adalah bentuk paling nyata mencintai negeri ini.
ADVERTISEMENT
Mulailah dari langkah kecil. Memberikan semangat pada adik yang mulai malas sekolah. Menyumbang buku untuk anak di desa. Mendukung kebijakan pendidikan yang inklusif. Apa pun perannya, sekecil apa pun, akan berarti besar.
Karena sejatinya, menjaga agar anak-anak bangsa tidak putus sekolah, adalah cara kita menjaga harapan, menjaga masa depan, dan menjaga Indonesia.