Konten dari Pengguna

Apa Kebiasaan Sepele yang Berjasa Memajukan Umat Manusia? Bercerita!

I Gede Wiguna Pradnya Dutta
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Brawijaya
29 November 2024 13:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Gede Wiguna Pradnya Dutta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
unsplash.com/Ben White
zoom-in-whitePerbesar
unsplash.com/Ben White
ADVERTISEMENT
Pernah engga si kamu bertanya-tanya kenapa dari berbagai makhluk cerdas seperti kera, lumba-lumba, gajah, dan lain-lain, hanya manusia yang sukses membangun peradaban sebesar ini? Kenapa dari jutaan spesies yang hidup di bumi, tidak ada yang bisa merakit komputer, mengutak-atik partikel kimia, menciptakan kecerdasan buatan (AI), atau bahkan hal sederhana seperti memasak hasil buruan mereka dengan minyak panas?
ADVERTISEMENT
Ternyata, kemajuan umat manusia ini disebabkan oleh hal kecil yang bahkan masih kita lakukan saat ini: berbagi dan membuat cerita! Kenapa hal sepele ini bisa menjadi pahlawan dibalik teknologi-teknologi canggih saat ini?
Yuk kita simak penjelasannya!

1. Sebenarnya, bercerita adalah proses belajar untuk survive ala manusia beribu-ribu tahun lalu

unsplash.com/Drew Farwell
Kalau di masa sekarang, daerah tempat kita tinggal bisa dihuni 100 bahkan 100.000 manusia, yang bahkan tidak mungkin kita mengenal semuanya. Namun, berbeda dengan manusia ratusan ribu tahun yang lalu. Menurut buku A New Green History of the World (1991) karya sejarawan Clive Ponting, manusia dahulu hidup dalam kelompok yang lebih kecil lagi, 25 hingga 50 individu per kelompok. Antar kelompok pun masih sering terjadi perselisihan dan perebutan wilayah atau makanan.
ADVERTISEMENT
Pada masa itu, manusia tidak punya media penerangan konvensional seperti lampu atau kompor gas untuk memasak, sehingga mereka sangat bergantung pada satu hal: api! Nah uniknya, selama prosesi api unggun, para manusia purba akan saling bertukar cerita, seperti pengalaman mereka ke sebuah tempat, bertemu hewan baru yang unik, atau bahkan bertemu kelompok manusia lain.
Berkat bercerita, proses belajar manusia jadi jauh lebih efisien. Mereka jadi tahu apakah sebuah tempat, hewan, atau kelompok manusia lain itu berbahaya atau ngga, tanpa harus membahayakan nyawa mereka secara langsung. Apalagi masa itu, nenek moyang kita hidup berpindah-pindah ke tempat yang tidak pasti aman.
Jadi, kebiasaan teman kamu yang doyan gibah ternyata warisan dari manusia ratusan ribu tahun lalu lho!
ADVERTISEMENT

2. Berbagi cerita-cerita seram melewati ribuan kilometer

unsplash.com/Hugo Clement
Bicara soal cerita, di negara kita sendiri punya banyak kisah mistis yang masih diminati. Namun, tahukah kamu kalau cerita-cerita seram inilah yang membuat manusia zaman dahulu berhasil bersatu?
Menurut Jared Diamond dalam buku Guns, Germs, and Steel: The Fates of Human Societies (1997), cerita dan mitos telah berjasa menyatukan umat manusia. Cerita, apalagi dengan pembawaan yang unik dapat memengaruhi psikis banyak individu. Bahkan, cerita bisa membuat mereka bersatu dibawah kepercayaan yang sama. Misalnya, kelompok manusia yang percaya dengan hantu penunggu, maka mereka akan mengeramatkan sungai tersebut dan menceritakan ke anak-anaknya supaya berhati-hati.
Nah, proses transfer pengetahuan ini semakin maju setelah kita menemukan satu benda penting: roda! Berkat roda, manusia tidak hanya berhasil berbagi sumber daya ke tempat jauh, tetapi juga berbagi cerita dan pengalaman orang-orang dari bangsa yang berbeda. Manusia bisa terkoneksi berkat cerita yang saling dibagikan dan dipercaya, meskipun tidak mengenal satu sama lain, dimana ini tidak ditemukan pada makhluk hidup manapun.
ADVERTISEMENT
Pantesan cerita-cerita horor antara dua wilayah yang berjauhan bisa persis banget!

3. Bahasa sebagai media untuk membentuk jaringan kerja sama

unsplash.com/Valenina Qatruna
Dalam bercerita, tentu kita menggunakan media untuk saling berinteraksi dengan orang lain. Media itu adalah bahasa!
Menurut buku Sapiens: The Brief History of Humankind (2011), pernah ada sebuah studi yang membandingkan cara kerja sosial antara manusia dan simpanse. Kelompok simpanse memang menunjukan rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama anggotanya. Namun, simpanse cenderung hanya membangun ikatan dengan simpanse yang dikenal. Mereka cenderung agresif dengan simpanse asing sehingga kelompok mereka biasanya hanya mencapai kurang lebih 50 ekor. Lebih dari itu, tidak jarang terjadi perpecahan.
Untungnya nih buat manusia, kita memiliki bagian otak bernama area Broca (produksi bahasa) dan area Wernicke (interpretasi bahasa). Dibandingkan dengan hewan yang hanya memiliki vokalisasi terbatas, manusia bisa mengucapkan variasi kata yang kompleks, membentuk gramatikal, dan menciptakan simbol untuk berkomunikasi antar sesama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lewat bahasa kita juga bisa berbagi hal-hal abstrak yang tidak berhubungan dengan fisik, misalnya emosi, mimpi, dan cerita fiksi. Berkat bahasa, kita bisa membentuk perekat dengan orang yang tidak kita kenali sekalipun melalui informasi seperti cerita, mitos, dan kepercayaan.
Apalagi jika akhirnya berhasil menyatukan identitas dan kepercayaan, tentu semakin mempererat antar individu.

4. Berbagai studi menunjukan, aktivitas bercerita meningkatkan kinerja otak secara drastis

unsplash.com/Bhautik Patel
Bercerita ternyata melibatkan banyak banget bagian dalam otak kita. Studi yang dilakukan Gregory Berns (2014) terhadap seseorang yang sedang membaca buku fiksi menunjukan, ketika dipindai menggunakan alat FMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging) aktivitas otak meningkat signifikan terutama di bagian yang mengatur kemampuan visualisasi. Penelitian Haven (2018) menunjukan kalau bercerita juga mampu meningkatkan peredaran darah ke area prefrontal otak, yang berhubungan dengan perencanaan dan pemecahan masalah. Selain itu, studi Miller dan Hodge (2007) menyebut kalau bercerita dapat meningkatkan hormon oksitosin, yang berhubungan dengan kemampuan kita berempati dan terikat secara sosial.
ADVERTISEMENT
Begitu lah, cerita telah menyatukan berbagai manusia dari latar belakang berbeda untuk saling terkoneksi, meskipun kita tidak pernah tahu nama masing-masing.