Konten dari Pengguna

Menjadi Bangsa yang Menghormati Air: Inspirasi dari Jepang

I Gusti Ngurah Krisna Dana
Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Warmadewa
29 April 2025 18:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Gusti Ngurah Krisna Dana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi Air (Sumber: Pixabay Pexel)
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi Air (Sumber: Pixabay Pexel)
ADVERTISEMENT
Di Jepang, air bukan sekadar kebutuhan sehari-hari. Ia adalah bagian dari budaya, sesuatu yang dihargai, dijaga, bahkan disakralkan. Dari taman-taman tradisional hingga keran-keran air di kota besar, Jepang memperlakukan air dengan kehormatan yang sulit ditemukan di banyak negara lain, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana Jepang bisa sampai pada titik itu? Apa yang membuat pengelolaan air bersih di negeri sakura begitu rapi dan efisien, sementara di tanah air kita, masih banyak orang yang harus berjalan berkilometer hanya untuk mendapatkan air layak minum?
Menyelami Cara Jepang Mengelola Air
Jepang bukanlah negara yang secara geografis bersahabat. Mereka rawan gempa, topan, hingga banjir. Namun justru dari ancaman-ancaman itu, lahir kesadaran kolektif bahwa air dalam segala bentuknya harus dipahami, dikendalikan, dan dikelola dengan bijak.
Sejak dekade 1950-an, Jepang tak main-main soal air. Pemerintah membangun sistem air bersih dengan investasi besar-besaran: bendungan, saluran irigasi modern, hingga fasilitas pengolahan air yang tersebar dari Hokkaido hingga Okinawa (Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism, 2019). Di kota-kota seperti Tokyo, kualitas air keran bahkan bisa langsung diminum tanpa perlu dimasak.
ADVERTISEMENT
Tak berhenti di infrastruktur, Jepang juga memperkenalkan teknologi pengelolaan air berbasis sensor digital. Setiap kebocoran, perubahan tekanan, hingga indikasi pencemaran bisa terdeteksi dini lewat sistem yang terintegrasi secara nasional (UNESCO, 2018). Penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) untuk air bersih bukanlah proyek masa depan di sana ,melainkan kenyataan sehari-hari.
Yang tak kalah penting, budaya menghormati air diajarkan sejak kecil. Anak-anak Jepang sudah terbiasa mendengar cerita tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan irigasi desa. Tak heran kalau kesadaran kolektif tentang konservasi air begitu kuat, menembus batas generasi.
Lalu, Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia sebetulnya tidak kekurangan air. Sungai-sungai besar, curah hujan tinggi, dan sumber mata air melimpah membentang dari Sabang sampai Merauke. Ironisnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2023), masih ada jutaan warga Indonesia yang belum memiliki akses ke air bersih yang memadai.
ADVERTISEMENT
Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya investasi infrastruktur air bersih, terutama di daerah-daerah pelosok. Jaringan pipa yang bocor, sistem distribusi yang usang, serta pengolahan air yang tidak standar menjadi tantangan berat (Asian Development Bank, 2020).
Belum lagi soal budaya. Masih banyak masyarakat kita yang menganggap air bersih adalah sesuatu yang “otomatis tersedia”, bukan sesuatu yang harus dijaga. Limbah rumah tangga dibuang ke sungai tanpa pikir panjang, dan pemborosan air menjadi pemandangan lumrah di banyak tempat.
Dari sisi tata kelola, Indonesia juga menghadapi tantangan koordinasi. Urusan air bersih diatur oleh berbagai lembaga, dari kementerian hingga perusahaan daerah, yang seringkali berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi efektif (World Bank, 2021).
Pelajaran Penting dari Negeri Matahari Terbit
ADVERTISEMENT
Apa yang bisa kita pelajari dari Jepang? Yang pertama, bahwa membangun sistem air bersih bukan sekadar soal uang, tapi soal membangun budaya dan kesadaran bersama. Investasi infrastruktur memang penting, tetapi tanpa perubahan pola pikir masyarakat, semua itu akan sia-sia.
Yang kedua, teknologi perlu dimanfaatkan secara cerdas. Indonesia bisa mulai dengan proyek-proyek percontohan penggunaan sensor air di kota-kota besar, lalu memperluasnya ke wilayah-wilayah terpencil.
Terakhir, pemerintah perlu membangun tata kelola yang terintegrasi. Alih-alih membiarkan urusan air bersih tersebar di banyak tangan, dibutuhkan satu badan otoritatif nasional yang kuat namun adaptif terhadap kebutuhan lokal, seperti yang dilakukan Jepang melalui Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism mereka.
Sebuah Refleksi
Air bersih seharusnya menjadi hak semua orang, bukan hak istimewa segelintir pihak. Jepang telah menunjukkan bahwa dengan visi yang jangka panjang, disiplin, dan penghormatan terhadap alam, mereka bisa mengubah keterbatasan geografis menjadi kekuatan.
ADVERTISEMENT
Indonesia, dengan kekayaan alam yang jauh lebih besar, punya semua modal itu. Yang kita butuhkan sekarang adalah kemauan kolektif dari pemerintah, dari masyarakat, dan dari diri kita sendiri, untuk tidak lagi menganggap air bersih sebagai hal sepele.
Karena pada akhirnya, seperti kata pepatah Jepang,
“Mizu wa inochi” — air adalah kehidupan