Berziarah ke Rumah Bunda Maria

Humaidah
"I am literally nothing beyond what I decide to be" (Sartre)
Konten dari Pengguna
7 Desember 2019 18:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Humaidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Turki adalah salah satu negara yang begitu kaya akan sejarah. Boleh dibilang negara ini adalah open air museum. Setiap sudutnya ada kisah yang bisa ditarik hingga masa Yunani Kuno. Bukan hanya itu, Turki juga menyimpan sejarah tiga agama samawi, yaitu Katolik, Yahudi, dan Islam.
ADVERTISEMENT
Salah satu situs bersejarah yang berkesan untuk saya adalah Efesus, yang sekarang bernama Kota Selcuk. Kota ini berlokasi sekitar tiga kilometer barat daya Provinsi Izmir, yang juga merupakan provinsi terbesar kedua di Turki setelah Istanbul. Untuk mencapai Izmir, dari Istanbul bisa ditempuh dengan pesawat yang memakan waktu sekitar satu jam dan kemudian dilanjutkan dengan kereta atau taksi.
Library of Celsus dibangun pada masa Romawi Kuno. Sumber : Koleksi Pribadi.
Mungkin bagi masyarakat Indonesia secara umum, Efesus kurang populer bila dibandingkan dengan Cappadocia. Namun, Efesus adalah satu dari tujuh gereja yang disebutkan dalam Kitab Wahyu kepada Yohanes di Perjanjian Baru (Tujuh Jamaat di Asia Kecil). Salah satu situs bersejarah yang berada di Efesus adalah satu bangunan yang konon katanya adalah Rumah Bunda Maria, ibu dari Isa Almasih. Dikisahkan pula bahwa beliau tinggal di rumah tersebut pasca penyaliban Yesus untuk menyelamatkan diri dari Tentara Romawi.
Bangunan yang diduga tempat tinggal Bunda Maria pasca penyaliban Yesus untuk menyelamatkan diri dari Tentara Romawi. Sumber : Koleksi Pribadi
Bangunan tersebut ditemukan sekitar abad ke-19 berdasarkan penglihatan biarawati asal Jerman bernama Suster Anne Catherine Emmerich. Kala itu, tahun 1821, Suster Emmerich mengalami fenomena stigmata, yaitu suatu tanda-tanda kesakitan fisik yang diyakini berasal dari Tuhan. Dalam sakitnya, beliau menyampaikan bahwa Tuhan menyampaikan letak rumah Bunda Maria yaitu di Efesus. Penglihatan ini kemudian disarikan dalam buku yang ditulis oleh Clemens Bentano.
ADVERTISEMENT
Baru pada 1881, seorang pastur dari Perancis, Abbe Julien Gouyet menemukan sebuah gedung kecil di perbukitan menghadap Laut Aegea diantara reruntuhan Kota Efesus. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Bentano, Abbe Julien Gouyet menyimpulkan bahwa gedung kecil tersebut adalah Rumah Bunda Maria.
Atas penemuan ini, Vatikan tidak membenarkan otensitas bangunan karena dinilai kurang fakta sains. Namun sejumlah Paus, pemimpin umat Katolik dunia, telah mengunjungi dan memberikan berkat pada bangunan tersebut.
Bangunan yang diduga tempat tinggal Bunda Maria pasca penyaliban Yesus untuk menyelamatkan diri dari Tentara Romawi. Sumber : Koleksi Pribadi
Sampai dengan saat ini, wisatawan dari berbagai belahan penjuru dunia masih mengunjungi ataupun berziarah ke lokasi ditemukannya Rumah Bunda Maria. Para wisatawan ini, bukan hanya yang beragama Kristen, atau Katolik, tetapi juga wisatawan Muslim. Sebagian pengunjung beragama Kristen Ortodoks berdoa di kapel yang berada di dalam bangunan. Sementara pengunjung lain, menuliskan doa-doanya dalam secarik kertas dan menggantungnya di tembok di halaman Rumah Bunda Maria (The Wishing Wall).
Peziarah menuliskan doa dan harapan di Tembok Harapan. Sumber: Koleksi Pribadi.
Selain Efesus, sampai tahun 2019, Turki memiliki 16 Situs Warisan Dunia UNESCO lainnya. Situs-situs tersebut adalah : (i) Aphrodisias (2017); (ii) Archaelogical Site of Troy (2018); (iii) Bursa dan Cumalikizik : Tempat Kelahiran Kesultanan Ottoman (2014); (iv) Kota Safranbolu (2014); (v) Hattusha : Ibukota Hittite (1986); (vi) Kawasan Bersejarah Istanbul (1985); (vii) Situs Neolitik Çatalhöyük (2012); (viii) Pergamon dan Landscape Kebudayaan Multi-lapis (2014); (ix) Xanthos-Letoon (1988); (x) Taman Nasional Goreme dan Situs Batu Kapadokya (1985); (xi) Hierapolis - Pamukkale (1988); (xii) Situs Arkeologi Ani (2016); (xiii) Masjid Selimiye (2011); (xiv) Benteng Diyarbakir dan Pemandangan Kebun Budaya Hevsel (2015); (xv) Bukit Nemrud (1987); (xvi) Masjid Raya dan Rumah Sakit Divriği (1985).
Reruntuhan yang diduga sisa Kota Troya yang berada di Canakkale, Turki. Sumber: Koleksi Pribadi.
Replika Kuda Troy yang digunakan pada Film "Troy" tahun 2004. Produser film menyerahkan replika kuda tersebut kepada Pemerintah Canakkale karena dipercayai kota tersebut adalah bagian dari Kota Troy dimasa Yunani kuno. Sumber : Koleksi Pribadi.
Setiap tahunnya tidak kurang dari 30 juta wisatawan berkunjung ke Turki. Bahkan pada 2018, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki mencatat jumlah wisatawan sebanyak 46.112.592. Jumlah tersebut meningkat 22.45% dari tahun 2017. Teror yang melanda Istanbul dan Turki, secara umum tidak mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke Turki.
Suasana Masjid SultanAhmet (Masjid Biru) di Istanbul menjelang Solat Tarawih di Bulan Ramadan. Sumber : Koleksi Pribadi.
Untuk menarik wisatawan sebanyak itu, Turki tidak memberikan fasilitas bebas visa. Selain memang kaya akan sejarah, Turki diuntungkan dengan letak geografisnya yang berada di antara Benua Asia dan Eropa. Lebih penting lagi, Turki memiliki konektivitas yang hampir sempurna dan infrastruktur yang memadai.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, di Istanbul, setibanya di bandara, wisatawan bisa langsung menuju pusat wisata kota penuh sejarah tersebut dengan menggunakan fasilitas Metro, setara dengan Ratangga di Jakarta. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih satu jam.
Bandar Udara Ataturk, di Istanbul. Hub antara benua Asia dan Eropa. Sumber : Koleksi Pribadi.
Konektivitas dan infrastruktur yang memadai adalah kunci jika Indonesia ingin mencapai target 20 juta wisatawan. Selain itu, Pemerintah juga harus bisa memberi jaminan keamanan agar para wisatawan bisa berlibur dengan nyaman.