Konten dari Pengguna

AI dalam Dunia Tanpa Seni dan Emosi

I Made Adi Karunia Putra
Saya merupakan seorang mahasiswa S1 Teknologi Sains Data, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin dari Universitas Airlangga yang suka menulis.
7 Juni 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Made Adi Karunia Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi maju pesat dalam satu dekade terakhir yang membuat banyak inovasi baru bermunculan. Salah satu teknologi yang digadang gadang menjadi revolusioner dalam peradaban manusia ialah kehadiran Artificial Intelligence (AI).
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangannya yang terus meluas, AI telah membantu banyak bidang dengan membuat pekerjaan lebih efisien dan efektif. Sebagai contoh pada bidang bisnis, AI mengoptimalkan layanan pelanggan dan analisis pasar.
Meskipun AI memiliki banyak potensi untuk mengubah banyak aspek kehidupan, perlu diingat bahwa ada bagian penting dari kemanusiaan yang tidak dapat diubah oleh mesin ini. Meskipun AI dapat membantu mengoptimalkan layanan pelanggan, kita harus tetap membaca berbagai karakter pelanggan dan tetap unik karena kreativitas, emosi, dan kemampuan manusia untuk membuat keputusan moral yang sulit.
Interaksi manusia yang penuh empati dan kehadiran langsung dalam situasi sensitif seperti pendidikan dan perawatan kesehatan menunjukkan bahwa, meskipun AI dapat membantu dalam banyak hal, nilai-nilai kemanusiaan tetap tidak dapat digantikan oleh teknologi.
ADVERTISEMENT

Keterbatasan Kreativitas dan Emosi dalam AI

Kreativitas dan emosi manusia merupakan komponen penting yang mencakup kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru, mengekspresikan emosi, dan bertindak dengan empati terhadap keadaan. Pengalaman pribadi, intuisi, dan inspirasi adalah sumber kreatif yang tidak dapat direplikasi oleh algoritma AI.
Kenyataannya, AI tidak dapat merasakan atau memahami emosi, sehingga tidak dapat meniru kedalaman perasaan manusia. AI beroperasi berdasarkan data dan pola yang telah diprogram, sehingga cenderung menghasilkan output yang repetitif dan kurang unik.
Dalam hal ini, perbedaan antara manusia dan AI menunjukkan bahwa meskipun AI dapat memproses informasi dan menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengan efisiensi tinggi, kreativitas manusia merupakan aspek tak tergantikan oleh hal apa pun bahkan oleh AI.
ADVERTISEMENT

Nilai Etika dan Keputusan Moral

Etika dan moral adalah hal yang selalu ditanamkan dalam pikiran manusia sejak manusia dilahirkan ke dunia. Nilai etika dan moral berperan dalam pengembangkan karakter individu seseorang dan kontribusinya pada masyarakat.
Pada konteks ini, AI tidak memiliki nilai etika dan kemampuan untuk membuat keputusan moral yang kompleks seperti manusia. Meskipun AI dapat menganalisis data dan menjalankan algoritma dengan efisiensi tinggi, ia tidak mampu merasakan atau memahami nuansa kemanusiaan yang mendasari keputusan yang etis dan moral.
Keputusan moral dan etika seringkali memerlukan pertimbangan mendalam tentang apa yang benar dan salah, berdasarkan pengalaman, budaya, dan nilai-nilai kemanusiaan yang telah ditanamkan sejak dini. Sebagai contoh, dalam dunia peradilan, algoritma AI digunakan untuk menilai risiko residivisme atau kemungkinan pengulangan kejahatan oleh terdakwa.
ADVERTISEMENT
Namun, algoritma ini dapat menunjukkan bias karena data yang digunakan mencerminkan ketidakadilan sistemik yang ada dalam masyarakat. Keputusan yang dihasilkan oleh AI mungkin tampak objektif, tetapi tanpa pemahaman etika yang mendalam, AI dapat memperkuat bias dan ketidakadilan yang ada.
Sebaliknya, manusia dengan landasan etika dan moral yang kuat dapat mengatasi dilema-dilema ini dengan lebih bijaksana, mempertimbangkan berbagai aspek kemanusiaan dan keadilan yang tidak bisa direplikasi oleh AI. Dalam situasi sensitif seperti pendidikan dan perawatan kesehatan, interaksi manusia yang penuh empati dan kehadiran langsung sangat penting.
Meskipun AI dapat membantu dalam banyak hal, nilai-nilai kemanusiaan yang unik tetap tak tergantikan oleh teknologi. Oleh karena itu, penting untuk mengingat bahwa penilaian moral dan etika manusia tetap menjadi elemen kunci dalam pengambilan keputusan yang adil dan bermakna.
ADVERTISEMENT

Ketergantungan pada Data dan Algoritma

Senjata utama AI ialah data, bagaimana jadinya data yang tersedia bias? Jika data yang digunakan terkontaminasi oleh bias sosial, budaya, atau sistemik, hal ini mengakibatkan AI menghasilkan output yang tidak adil atau diskriminatif.
Contoh konkretnya adalah ketika sistem AI dalam rekrutmen menggunakan data historis yang mencerminkan bias gender atau rasial dalam seleksi karyawan. Algoritma AI yang terlatih dengan data ini kemungkinan besar akan mereproduksi ketidakadilan yang ada, mempengaruhi kesempatan bagi individu dari kelompok minoritas untuk diperlakukan secara adil.
Masalah ini diperparah dengan kurangnya transparansi dalam proses pengambilan keputusan AI. Algoritma yang kompleks dan sering kali sulit dipahami oleh manusia membuat sulit untuk mengidentifikasi dan memperbaiki bias yang tersembunyi dalam data atau algoritma. Ketergantungan AI pada data juga membuatnya rentan terhadap serangan atau manipulasi data, yang dapat menyebabkan AI mengambil keputusan yang salah atau merusak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keterbatasan algoritma dalam memahami konteks yang lebih luas atau situasi yang tidak terstruktur juga menjadi tantangan. AI mungkin bisa mengoptimalkan tugas-tugas tertentu dengan efisiensi tinggi, tetapi masih terbatas dalam menangani masalah-masalah yang memerlukan penilaian moral atau keputusan yang kompleks.

Kesimpulan

Dalam perkembangan AI yang luas dan memiliki potensi yang besar, AI masih memiliki banyak kekurangan dalam berbagai aspek. Kemampuan berpikir abstrak, bertindak dengan etika, dan adanya emosi membuat manusia masih jauh lebih unggul dibandingkan AI. Jangan khawatir jika terdapat banyak isu mengenai manusia yang akan tergantikan oleh AI. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, AI memang dapat menggantikan manusia yang tidak memiliki skill.
Maksudnya adalah jika manusia hanya belajar hal-hal sederhana dan menjadi generalis, maka cepat atau lambat individu tersebut akan tergantikan oleh AI. AI merupakan teman dalam mengembangkan potensi terbesar kita, bukan untuk menggantikan potensi terbesar kita. Gunakan AI dengan bijaksana dan sadar akan potensi dan keterbatasannya.
ADVERTISEMENT