Rwanda: Negara yang Bangkit dari Keterpurukan

Konten dari Pengguna
5 Juli 2018 21:47 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Made Oka Wardhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rwanda: Negara yang Bangkit dari Keterpurukan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mungkin reaksi orang-orang akan bervariasi begitu dengar kata Rwanda, ada yang bertanya tanya Negara apakah itu? dimanakah itu? ataupun orang yang menganggap bahwa Negara tersebut adalah Negara nun jauh di Afrika sana yang miskin dan menyeramkan mengingat “sejarah kelam” negara itu.
ADVERTISEMENT
Ya benar! Rwanda adalah salah satu negara di kawasan Afrika Timur yang memiliki “sejarah kelam”. Pada tahun 1994 Rwanda pernah mengalami suatu peristiwa berdarah, perang antar suku, namun bukan saja perang antar suku namun Genosida. Menurut KBBI, Genosida adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap salah satu suku bangsa atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Genosida yang melibatkan suku Hutu (mayoritas) dan suku Tutsi (minoritas) tersebut merupakan salah satu tragedi yang paling mengerikan di era modern, bagaimana tidak dalam 100 hari 800.000-1.000.000 orang terbunuh dimana mayoritas korban adalah suku Tutsi.
Rwanda: Negara yang Bangkit dari Keterpurukan (1)
zoom-in-whitePerbesar
Tetapi biarkanlah hal itu menjadi sejarah, Rwanda saat ini sudah berubah menjadi Negara yang damai, tidak ada lagi yang berbicara Hutu dan Tutsi, semua berbaur menjadi satu menjadi warga Negara Rwanda. Hal ini terjadi tidak lepas dari jasa Presiden Rwanda, Paul Kagame yang membangun Negara ini dari keterpurukan. Rwanda saat ini merupakan salah satu Negara teraman di Afrika, tidak hanya itu Negara ini walaupun masih masuk dalam kelompok Least Developed Countries (LDC’s) namun menurut Corruption Perception Index dari Transparency International, Rwanda masuk dalam peringkat 50 besar negara yang tingkat korupsinya paling kecil (ranking 48) dari 175 negara di dunia. Dibanding Indonesia, Negara ini jauh meninggalkan Indonesia dalam hal tingkat korupsi terkecil (Indonesia ranking 96 dari 175 negara di dunia).
ADVERTISEMENT
Mungkin ada yang terheran heran dengan data diatas, namun saya mengalami sendiri kondisi tersebut pada saat bertugas di Dar es Salaam, Tanzania dan berkesempatan beberapa kali melakukan kunjungan kerja ke Kigali, ibukota Rwanda. Sebagai “orang asing” yang berkulit kuning, saya merasa aman berjalan sendirian di malam hari karena hampir di seluruh jalan besar di Kigali di tiap 300 m berdiri seorang polisi lengkap dengan senjata laras panjangnya untuk berjaga. Selain itu seperti disebutkan diatas korupsi di Negara ini bisa dibilang sangat minim, ini tergambarkan pada saat beberapa kali berurusan dengan aparat pemerintahan dan ingin memberikan tanda terima kasih baik itu berupa uang ataupun barang, mereka selalu menolak untuk menerima.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, pada saat saya berkesempatan untuk menjadi delegasi resmi suatu konferensi Internasional kepolisian di Kigali dan mendapatkan “hospitality” berupa mobil dengan plat nomor khusus dan dikemudikan oleh anggota Polisi berseragam lengkap, mobil saya sempat diberhentikan oleh Polisi lalu lintas di jalan raya, dan dari percakapan yang terjadi terlihat Polisi lalu lintas berbicara agak kencang dan bernada marah kepada pengemudi mobil saya (tentu saja saya tidak mengerti Bahasa Rwanda) kemudian saya tanyakan kepada pengemudi mobil saya, mengapa kita diberhentikan dan menurutnya, dirinya ditegur karena mobil yang kami kendarai telah melanggar marka jalan serta lampu utama kendaraan mati sebelah. Dari pengalaman tersebut sangat terlihat betapa tingginya kedisiplinan para petugas tersebut, dimana peraturan harus ditegakkan dan semua orang sama dihadapan hukum.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Rwanda saat ini juga fokus untuk mengembangkan sektor pariwisatanya, dengan label salah satu negara teraman di Afrika dan kondisi politik yang stabil, tentu saja hal ini berdampak positif, jaringan hotel bertaraf internasional seperti Marriot, Kempinski, Radisson dll mulai tumbuh di Rwanda terutama di Kigali. Kigali saat ini juga memiliki Kigali Convention Centre yang didesain sangat futuristik dan dapat dipergunakan untuk konferensi-konferensi bertaraf internasional.
Rwanda: Negara yang Bangkit dari Keterpurukan (2)
zoom-in-whitePerbesar
Berbicara mengenai pariwisata mungkin pembaca dapat mempertimbangkan untuk memasukkan Rwanda sebagai salah satu destinasi tujuan, berikut saya sampaikan beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi di Rwanda.
1. Gorilla Trekking.
Rwanda: Negara yang Bangkit dari Keterpurukan (3)
zoom-in-whitePerbesar
Bagi pembaca, mungkin jika mendengar kata Afrika pasti akan berfikir mengenai safari, biasanya safari di beberapa negara Afrika adalah kegiatan untuk melihat satwa-satwa liar seperti Harimau, Macan, Leopard, Jerapah, Zebra di habitat aslinya dengan menggunakan mobil jeep khusus. Namun Rwanda menawarkan sensasi yang berbeda yaitu Gorilla Trekking. Gorilla trekking dapat dilakukan dengan melakukan perjalanan dari Kigali menuju Virunga National Park. Yang dapat ditempuh selama 1,5 jam menggunakan mobil lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju habitat asli Gorilla. Dalam kegiatan ini apabila kita beruntung kita bisa secara langsung melihat Gorilla dengan jarak hanya 50m, sangat menarik bukan? Namun memang tidak murah untuk melakukan trekking ini, konon katanya pada tahun 2017, Gorilla’s Permit mencapai US$ 1.500 /orang belum ditambah dengan biaya penginapan. Penginapan dapat dipilih dari yang luxury sampai yang “budget”, tergantung selera wisatawan.
ADVERTISEMENT
2. Kigali Genocide Memorial
Rwanda: Negara yang Bangkit dari Keterpurukan (4)
zoom-in-whitePerbesar
Untuk para pelancong yang penasaran dan tertarik akan sejarah maka Kigali Genocide Memorial merupakan tempat yang cocok untuk dikunjungi. Di museum ini kita akan diberikan informasi lengkap mengenai awal mula penyebab Genosida sampai pada saat Rwanda dapat kembali bangkit dari keterpurukan. Kigali Genocide Memorial berada di Kigali dan tidak jauh dari pusat kota, Untuk menuju kesana dapat menggunakan Taksi ataupun Ojek. Mengunjungi museum ini tidak dipungut biaya, namun pengelola menyediakan sebuah kotak sumbangan sukarela yang dapat diisi oleh pengunjung. Selain itu kita juga dapat menyewa sebuah alat audio yang isinya berupa informasi setiap bagian Museum, alat ini akan sangat membantu pengunjung yang tidak didampingi oleh museum guide.
ADVERTISEMENT
3. Camp Kigali Memorial
Rwanda: Negara yang Bangkit dari Keterpurukan (5)
zoom-in-whitePerbesar
Objek wisata ini masih terkait tentang sejarah genosida. Museum ini ditujukan untuk menghormati 10 tentara penjaga perdamaian PBB asal Belgia yang menjadi korban di hari pertama genosida terjadi. Ke-10 prajurit tersebut tewas dalam menjalankan tugas sebagai pengawal Perdana Menteri Agathe Uwilingiyimana. Mereka ditangkap oleh milisi Hutu dan kemudian di eksekusi dengan membombardir bangunan tempat mereka ditahan. Disana pengunjung masih dapat melihat bangunan tempat pembantaian ke 10 pasukan penjaga perdamaian PBB asal belgia tersebut lengkap dengan lubang-lubang bekas pelurunya. Untuk mengunjungi museum ini pengunjung tidak dipungut biaya.
Itulah sedikit cerita dan informasi yang dapat saya bagikan mengenai salah satu Negara yang mungkin belum menjadi destinasi pilihan traveler, namun saya berharap dengan tulisan ini dapat menambah pengetahuan serta dapat menambah daftar destinasi tujuan wisata teman-teman pembaca.
ADVERTISEMENT