Konten dari Pengguna

GATI: Gerakan Revolusioner dalam Pembangunan Keluarga

I Putu Arya Aditia Utama
Arya saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Genre Indonesia yang fokus dalam isu pembangunan keluarga dan kependudukan. Selain itu, Arya juga bekerja sebagai Tim Staf Khusus Kemenpora RI yang fokus dalam pengembangan strategi kepemudaan.
21 April 2025 15:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Putu Arya Aditia Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Teori yang dikembangkan oleh Murray Bowen, Family Systems Theory memandang bahwa keluarga adalah suatu sistem yang saling terhubung. Fungsi keluarga sangat dipengaruhi oleh bagaimana masing-masing anggota menjalankan perannya, khususnya peran penting Ayah dan Ibu dalam membentuk karakter dari seorang anak.
Namun, di negara yang kental akan sistem patriarki, terjadi ketidaksetaraan gender dalam proses membina hubungan keluarga. Dalam kajian gender dan sosiologi keluarga, perempuan mengambil peran ganda yang disebabkan karena struktur patriarki dan budaya tradisional yang menganggap peran rumah tangga adalah kodrat perempuan. Bahkan seorang sosiolog feminis, Sylvia Walby menyebut perempuan mengalami subordinasi di berbagai bidang, termasuk keluarga dan pekerjaan.
Dominannya peran perempuan dalam keluarga, tidak hanya menyebabkan ketidakadilan dalam pembagian peran, tetapi juga terjadi disharmonisasi dalam hubungan berkeluarga. Anak sebagai penerima manfaat dari harmonisnya pembagian peran Ayah dan Ibu menjadi terdampak karena kehilangan sosok Ayah (fatherless). Penelitian yang dilakukan oleh UNICEF tahun 2021 menunjukkan bahwa 20,9% anak-anak di Indonesia kehilangan kehadiran Ayah akibat pekerjaan, perceraian, dan kematian.
ADVERTISEMENT
Secara tidak langsung, menurut berbagai penelitian, fenomena fatherless ini berdampak pada seorang anak, seperti terdampak pada masalah kesehatan, emosi, sosial, dan bahkan terjadi krisis identitas. Oleh karena itu, berbicara pembangunan keluarga sebenarnya tidak cukup apabila intervensi program pemerintah hanya kepada Ibu dan perempuan. Ayah menjadi objek yang terpinggirkan dalam program pemerintah sehingga sekalinya ada program yang mendorong keterlibatan dari seorang Ayah akan menjadi sebuah gerakan revolusioner untuk pembangunan keluarga Indonesia.
Sumber: Dokumentasi berasal dari kegiatan Genre Indonesia dalam rangka Kick-Off Hari Lahir Genre Indonesia bersama Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Gerakan Revolusioner untuk Pembangunan
Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) adalah salah satu program prioritas (quick win) dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga(Kemendukbangga)/BKKBN RI yang mendorong Ayah keterlibatan dalam pengasuhan. Menurut Michael E. Lamb dalam Teori Father Involvement menjelaskan terdapat 3 dimensi utama dari keterlibatan Ayah, yaitu engagement (keterlibatan langsung untuk berinteraksi), accessibility (hadir dan ada secara fisik), dan responsibility (tanggung jawab). Namun, teori ini mengalami perkembangan yang mana terdapat penambahan dimensi dari Father Involvement (fatherhood 2.0) yang meliputi kualitas interaksi, faktor kontekstual, dan peran emosional.
ADVERTISEMENT
Program GATI memang dirancang untuk meningkatkan peran Ayah dalam keluarga dan menjawab fenomena fatherless. Program ini menjadi gerakan yang revolusioner karena mendobrak sistem patriarki yang mengakar di Indonesia sejak era kolonialisme. Selain itu, GATI tidak hanya sekedar program yang mendorong keterlibatan dari seorang Ayah, tetapi juga gerakan yang membawa nilai kesetaraan, progresifitas, dan emansipasi.
Berhasil tidaknya GATI sebagai gerakan revolusioner dalam pembangunan keluarga memang tergantung dari proses implementasinya. Kita perlu menyadari, mengimplementasikan program GATI di tengah sistem patriarki yang mengakar bukan hal mudah. Ini adalah tantangan untuk membuat GATI tidak dipandang sebagai gerakan ceremonial semata, tetapi harus diilhami sebagai gerakan yang membawa nilai perubahan untuk pembangunan. Pemerintah harus menyadari bahwa kolaborasi dan gotong royong menjadi kunci dalam suksesnya program.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang harus diantisipasi oleh pemerintah dalam menjalankan program GATI adalah menghindari eksklusivitas pada program. Ini yang sering terjadi pada program-program yang dimiliki oleh pemerintah. Sebaik-baiknya tujuan program akan musnah apabila program telah dinilai eksklusif bagi masyarakat dan mitra. Eksklusivitas juga membunuh semangat kolaborasi dan gotong royong sehingga Kemendukbangga/BKKBN RI sebagai pemangku utama program harus mendorong inklusivitas dan menekankan GATI adalah program bersama bukan hanya semata program Kemendukbangga/BKKBN. Artinya, Kemendukbangga/BKKBN harus siap dengan bergabungnya berbagai mitra untuk turut serta menyukseskan pelaksanaan program.
Dengan demikian, prinsip utama yang harus diprioritaskan oleh GATI adalah kolaborasi dengan pendekatan hexahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha/industri, masyarakat, media, dan unsur budaya atau agama. Semua harus terlibat dengan baik karena memiliki porsi perannya masing-masing dalam menjamin suksesnya pelaksanaan GATI.
ADVERTISEMENT
GATI adalah Simbol Kemerdekaan Perempuan
Meskipun target utama sasaran dari GATI adalah seorang Ayah (laki-laki), tetapi GATI sendiri merupakan simbol dari kemerdekaan perempuan. Adanya GATI menegaskan perjuangan perempuan dalam menghilangkan peran ganda dalam keluarga. Adanya GATI mendukung perjuangan perempuan yang selama ini menjadi subordinat laki-laki. Artinya, selain sebagai gerakan revolusioner dalam pembangunan, GATI juga merupakan gerakan yang revolusioner dalam perjuangan kemerdekaan hak-hak perempuan.
Maka dari itu, hadirnya program GATI jangan hanya dilihat pada aspek pragmatis yang memberikan dampak positif bagi pembangunan keluarga. Akan tetapi, kehadiran GATI juga harus dilihat dari perspektif idealis yang mana terdapat banyak nilai-nilai keidealan yang dibawa untuk melawan ketidaksetaraan dan diskriminasi. Kondisi ini juga membuktikan bahwa perjuangan dalam menciptakan kesetaraan gender bukanlah gerakan parsial yang hanya dilakukan oleh perempuan, tetapi juga melibatkan laki-laki dalam perjuangannya.
ADVERTISEMENT
Pelibatan Orang Muda
Sebagai sebuah gerakan, GATI harus melibatkan peran aktif dari orang muda. Jangan jadikan Ayah sebagai sasaran tunggal dalam gerakan, tetapi jadikan GATI sebagai sarana untuk mempersiapkan remaja/orang muda sebagai seorang calon Ayah Teladan di masa depan.
Mempersiapkan mereka sebagai seorang calon Ayah di masa depan jauh lebih penting dan bermanfaat daripada hanya sekedar mendorong keterlibatan Ayah dalam keluarga. Seperti yang disampaikan oleh Sigmeund Freud bahwa mengubah karakter seseorang jauh lebih sulit daripada membentuknya sejak awal. Untuk mengubah, diperlukan intervensi yang mendalam dan untuk membentuk hanya diperlukan persiapan yang matang. Oleh karena itu, kehadiran orang muda dalam program GATI akan membawa warna tersendiri pada proses implementasinya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kemendukbangga/BKKBN juga harus menyadari potensi ini bahwa orang muda akan berperan penting dalam mewujudkan tujuan utama dari GATI, yaitu meningkatkan keterlibatan Ayah dalam keluarga. Orang muda yang dipersiapkan menjadi calon Ayah Teladan wajib tergabung dalam gerakan ini sehingga perlu adanya pendekatan jemput bola dalam merangkul orang muda terlibat gerakan ini.
Yang terpenting dalam sebuah gerakan adalah memastikan nilai inklusivitas dan keberlanjutannya. Tidak ada gerakan yang berhasil hanya karena nilai-nilai yang dibawanya bermaksud baik untuk perubahan. Gerakan yang berhasil adalah gerakan yang dikerjakan dengan bersungguh-sungguh.