Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Octamyrtus, Tanaman Hias Berharga Fantantis
27 Oktober 2024 14:22 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dr I Putu Gede P Damayanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Siti Sunarti, I Putu Gede P. Damayanto, & Florentina Indah Windadri (Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Keberadaan tanaman dengan nama ilmiah Octamyrtus masih belum banyak diketahui oleh masyarakat di Indonesia. Tanaman ini pun kini mulai menarik perhatian sebagai tanaman hias dengan nilai fantastis. Mari kita mengenal beberapa spesies Octamyrtus, tanaman dari kerabat jambu-jambuan.
ADVERTISEMENT
Octamyrtus adalah salah satu genus dari famili Myrtaceae atau keluarga jambu-jambuan. Secara morfologi, Octamyrtus berperawakan perdu hingga pohon kecil. Daun tanaman ini terletak saling berhadapan, sering kali lebar, memiliki tangkai, tulang daunnya menyirip, dan biasanya memiliki permukaan berbulu. Bunga Octamyrtus biasanya besar, tunggal atau berkelompok sebanyak 3 bunga, muncul di ketiak (di antara batang dan tangkai daun), atau tumbuh langsung dari batang. Daun pelindung bunga berukuran kecil dan mudah rontok atau kadang-kadang tetap menempel, berbentuk bundar telur atau lonjong. Kelopak bunga berbentuk lonceng dengan 4 lobus atau helai. Mahkota bunganya terdiri dari 6, 8, atau 12 helai yang terpisah satu sama lain, namun saling tumpang tindih, berwarna putih, merah muda, merah, atau kuning dengan ukuran tidak sama besar. Benang sari bunga Octamyrtus berjumlah banyak dan menjulur keluar. Tangkai putik seperti pilar dengan kepala putik seperti knop. Buah Octamyrtus bertipe buni kering, berbentuk bulat atau lonjong. Bijinya cukup banyak, berbentuk pipih seperti ginjal dengan kulit yang keras.
Tanaman Octamyrtus hanya dapat ditemukan tumbuh secara alami di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Maluku, Papua, hingga negara tetangga, Papua Nugini. Di luar wilayah tersebut, keberadaan Octamyrtus merupakan hasil introduksi dari Indonesia timur dan Papua Nugini. Hal ini menjelaskan mengapa tanaman ini jarang dijumpai di Indonesia bagian barat.
ADVERTISEMENT
Mengutip informasi dari situs Plants of the World Online atau POWO , pada tahun 2024 tercatat ada 6 spesies Octamyrtus di seluruh dunia, yaitu O. arfakensis, O. behrmannii, O. glomerata, O. halmaherensis, O. insignis, dan O. pleiopetala (nama genus Octamyrtus disingkat menjadi “O.” dalam penamaan spesies). Dari keenam spesies Octamyrtus tersebut, hanya O. halmaherensis yang dijumpai di Maluku, sementara 5 spesies lainnya ditemukan di Papua Indonesia hingga Papua Nugini. Oleh karena itu, Papua dan Papua Nugini merupakan wilayah pusat keanekaragaman Octamyrtus di dunia.
Hasil penelitian dari A. J. Scott tahun 1978 dan R. H. M. J. Lemmens tahun 2003 melaporkan bahwa Octamyrtus di Papua dan Papua Nugini secara alami tumbuh di hutan hujan, baik hutan primer maupun sekunder, pada ketinggian 700–1900 meter di atas permukaan laut. Sementara itu, penelitian L. A. Craven dan S. Sunarti pada tahun 2004 melaporkan bahwa Octamyrtus asal Maluku, yaitu O. halmaherensis, ditemukan tumbuh berkelompok di hutan primer yang cukup lebat dan di lereng bukit yang agak curam, pada ketinggian 40 meter di atas permukaan laut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Daftar Merah Spesies Terancam dari International Union for Conservation of Nature atau disingkat IUCN , sebagian besar spesies Octamyrtus, antara lain O. behrmannii, O. insignis, dan O. pleiopetala, dilaporkan memiliki status konservasi dengan kategori “risiko kepunahan rendah” atau “least concern”. Satu spesies, yaitu O. glomerata, berstatus “data kurang” atau “data deficient” dan spesies lainnya, yaitu O. halmaherensis, berstatus “sangat terancam punah” atau “critically endangered”. Daftar Merah Spesies Terancam adalah sebuah inventarisasi global yang disusun oleh IUCN untuk menilai status kelangkaan dan risiko kepunahan berbagai spesies tumbuhan dan hewan di seluruh dunia. Daftar ini bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat dan terkini mengenai status konservasi spesies, sehingga dapat digunakan untuk upaya perlindungan dan konservasi.
ADVERTISEMENT
Dalam usaha konservasi keanekaragaman hayati, spesies yang memberikan manfaat langsung kepada manusia sering kali mendapat prioritas. Untungnya, Octamyrtus dilaporkan memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan manusia secara langsung. Penelitian dari R. H. M. J. Lemmens tahun 2003 menyebutkan bahwa larutan dari tunas muda O. behrmannii yang dicampur dengan air dapat diminum untuk mengobati penyakit tuberkulosis atau TBC. Terkini, O. behrmannii dijual sebagai tanaman hias di Jawa. Octamyrtus berhmannii dikenal mempunyai bentuk dan warna daun yang menarik serta mulai dikenal dikalangan penggemar tanaman hias, terutama di daerah Bogor, Jawa Barat. Tanaman ini diketahui mempunyai nilai jual cukup tinggi. Dari hasil penelusuran pada situs perdagangan tanaman hias daring, Tokopedia (toko Loretta), harga satu tanaman O. berhmannii pada bulan Mei 2024 dapat mencapai 4 juta rupiah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Octamyrtus merupakan tanaman yang menarik karena hanya dijumpai atau endemik di wilayah timur Indonesia hingga Papua Nugini, sebagian besar tumbuh di hutan pada ketinggian 40 hingga 1900 meter di atas permukaan laut, salah satu spesiesnya berstatus sangat terancam punah, dan spesies lainnya dijual sebagai tanaman hias berharga fantastis.
Tentang penulis
Peneliti Ahli Utama sistematika tumbuhan (terutama Myrtaceae) di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). E-mail: [email protected]
Peneliti Ahli Muda sistematika tumbuhan (terutama Bambusoideae) di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). E-mail: [email protected]
ADVERTISEMENT
Peneliti Ahli Madya sistematika tumbuhan (terutama Bryophyta) di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). E-mail: [email protected]