Mencari Dolar dalam Buku Recehan

Achmad Buchory Maulana
Mahasiswa Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
29 November 2022 22:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Buchory Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cover buku Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku karya Ivan Lanin. Sumber foto: Achmad Bucchory Maulana.
zoom-in-whitePerbesar
Cover buku Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku karya Ivan Lanin. Sumber foto: Achmad Bucchory Maulana.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalimat tersebut menjadi slogan dalam buku Recehan Bahasa karya Ivan Lanin. Melalui terbitnya buku Recehan Bahasa, Ivan Lanin ingin warganet, khususnya para pegiat bahasa Indonesia agar lebih mencintai bahasa Indonesia.
Bahkan penulis novel Supernova, Dee Lestari, mengatakan bahwa dalam buku recehan Bahasa, "Ivan Lanin mampu menjadikan bahasa Indonesia sebagai arena bermain yang sarat tantangan seru sekaligus menghibur. Itulah yang menjadikan buku ini berharga dan patut untuk dikoleksi".
Tidak hanya penulis, Zarry Hendrik, seorang wordpreneur, pendiri dan perangkai kata Kapitulis pun berkomentar "Buku ini tidak hanya memperkaya, tetapi juga memberi sensasi seperti kita berteman dengan kamus bahasa Indonesia. Sebagaimana seorang teman, dia sama sekali tidak kaku (ternyata)".
Buku yang terbit pada bulan Juli 2020 ini dapat dikatakan sebagai kamus bahasa Indonesia versi lite. Buku Recehan Bahasa dengan lugas, ciamik dan sedikit jenaka ini secara tidak langsung mengasah keterampilan berbahasa para pembacanya melalui berbagai macam pembahasan yang padat tetapi tetap ringan.
ADVERTISEMENT
Recehan Bahasa merupakan sebuah buku yang membahas tentang kata, istilah, padanan, dan kaidah-kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Pada dasarnya, buku ini merupakan kompilasi dari cuitan-cuitan penulis, Ivan Lanin di laman Twitternya.
Buku setebal 138 halaman ini ditulis dengan kata-kata yang ringkas dan mudah dimengerti oleh khalayak umum. Recehan Bahasa dapat menjadi sebuah buku “pegangan” untuk orang-orang yang ingin belajar tentang bahasa Indonesia tetapi tidak ingin pusing dengan kalimat-kalimat yang membingungkan. Contohnya seperti perbedaan antara “rundung” dan “risak” yang keduanya merupakan padanan dari kata bullying. Ivan Lanin mengupas kedua kata tersebut dengan sederhana dan sangat elegan.
Sumber-sumber dari tulisan yang berada di dalam buku Recehan Bahasa pun tidak main-main. Semua sumber sudah terjamin keabsahannya dan semua sumber tersebut dapat diakses sendiri oleh pembaca untuk mengecek keasliannya.
ADVERTISEMENT
Selain bahasa yang mudah dimengerti dalam tulisannya, Ivan Lanin juga menggunakan ilustrasi-ilustrasi yang memesona mata pembaca. Melalui grafis yang menarik tersebut, para pembaca dapat dengan mudah membedakan antara makna kata yang satu dengan yang lainnya.
Hal yang paling menarik dalam buku recehan bahasa adalah adanya kode batang (barcode) dan juga laman tautan yang dapat dicari dan diakses oleh pembaca. Pembubuhan kode batang dan laman tautan tersebut memudahkan pembaca untuk membaca penjelasan lebih detil apabilapenjelasan yang berada dalam buku kurang jelas.
Namun, karena buku Recehan Bahasa sangat sederhana dan ringkas, hal itu pun membuat penulisan di tiap tema tidak lengkap. Semua yang dibahas dalam tema tersebut dianggap masih kurang lengkap untuk sebuah buku. Contohnya seperti dalam halaman 74 yang bertema tentang “Mengapa Bukan Lawan Bicara?” Dalam tema itu tidak dijelaskan sebab dan akibat dari adanya kata “kawan bicara”. Penulis hanya menulis bahwa lebih baik menggunakan kata “kawan bicara” bukan “lawan bicara”.
ADVERTISEMENT
Tidak adanya hubungan kausalitas dalam buku tersebut membuat celah dari penulisan yang menarik. Selain itu, warna tulisan yang berwarna biru muda pun menjadi sebuah kesalahan dalam buku tersebut. Karena pemilihan warna biru muda disandingkan dengan warna merah sangat tidak kontras dan membuat pembaca terkadang terlewat untuk membacanya.
Sesuai dengan kutipan yang tertulis dalam buku Recehan Bahasa di atas, bahwa semuanya tiada yang sempurna. Adanya beberapa celah yang dilewatkan oleh penulis tidak membuat buku Recehan Bahasa ini menjadi tidak layak untuk dibaca. Buku ini sangat layak dibaca dan dikoleksi, khususnya untuk orang-orang yang berkecimpung di dunia linguistik, sastra, dan jurnalistik.
ADVERTISEMENT
Untuk orang-orang yang ingin menambah wawasan tentang kebahasaan dengan santai dan tidak membosankan, atau yang ingin membaca buku yang tidak rumit, Recehan Bahasa bisa menjadi pilihan untuk dibaca. Walaupun kalimat-kalimat yang digunakan sangat recehan, tetapi ilmu yang terkandung dalam kalimat-kalimatnya tidak recehan, melainkan berupa dolar.