Konten dari Pengguna

Patah Hati Merupakan Hal yang Insani

Achmad Buchory Maulana
Mahasiswa Universitas Pamulang
17 Desember 2022 3:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Buchory Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi patah hati. Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi patah hati. Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Patah hati nampaknya sudah menjadi hal yang insani untuk remaja-remaja di masa ini. Bahkan dapat dikatakan anak remaja di Indonesia sudah 90 persen pernah merasakan yang namanya patah hati.
ADVERTISEMENT
Kalimat di atas dikutip dari buku Distilasi Alkena karya Wira Nagara, dan hal tersebut memang benar. Patah hati adalah sebuah hal yang insani dan layak untuk kita nikmati, sebab kita tidak bisa hidup hanya dengan kegembiraan, akan selalu ada yang namanya kesedihan.
Setiap kali kita patah hati selalu tebersit pertanyaan "kenapa ketika kita sedang patah hati, jantung selalu berdebar lebih kencang, napas tak beraturan, dada terasa sesak bahkan hampir meledak, tidak bergairah untuk melakukan sesuatu, dan lain sebagainya?" Semua itu pasti ada penyebabnya, kan?
Dalam dunia medis, patah hati memiliki nama yang cukup menarik, yakni stress-induced cardiomyopathy, takotsubo cardiomyopathy atau broken heart syndrome. Tetapi remaja saat ini lebih mengenal yang namanya "ambyar".
ADVERTISEMENT
Ketika kita patah hati, apa pun alasannya, entah itu putus cinta, ditolak oleh gebetan, bercerai, ditinggalkan oleh sahabat, dan lain lain. Ada rasa sakit yang timbul dalam diri kita dan hal tersebut dapat muncul sebab otak kita yang mengalami beberapa hal. Mari kita bahas.

Ketika Kita Sedang Patah Hati

Ketika kita sedang merasakan jatuh cinta atau pun sedang dalam keadaan senang, tubuh kita melepaskan beberapa senyawa kimia seperti dopamine, adrenaline, dan norepinephrine.
Dopamine merupakan hormon yang menyebabkan perasaan bahagia. Dopamine menyebabkan efek ketergantungan. Oleh karena itu, ketika patah hati, tubuh akan kehilangan neurotransmitter pengantar perasaan bahagia yang sebelumnya terdapat banyak di dalam tubuh. Karena kita kehilangan neurotransmitter itulah yang menyebabkan hormon dopamine pun ikut berkurang. Sehingga otak akan menerjemahkan sebagai sakit fisik dan kelelahan. Hal itulah yang menyebabkan munculnya rasa sakit dan mudah lelah ketika kita sedang patah hati.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ketika kita sedang patah hati, tubuh akan dibanjiri oleh hormon stress seperti kortisol dan epinephrine yang menyebabkan sakit kepala, dada terasa nyeri, kram, dan kelelahan. Hormon-hormon tersebut juga berpengaruh ke pola makan. Maka tak perlu heran ketika kita sedang patah hati, kita menjadi tidak nafsu makan, atau malah sebaliknya, kita ingin memakan semua makanan.
Selain itu, ketika kita sedang patah hati, untuk sementara sebagian jantung akan membesar dan tidak memompa darah dengan optimal. Sedangkan bagian jantung yang lain akan berfungsi normal, bahkan mengalami kontraksi yang lebih kuat dari biasanya. Hal itu menyebabkan dada terasa sesak dan jantung berdetak lebih cepat.
Kemudian, ketika kita sedang patah hati, otak bagian korteks depan orbital berusaha untuk mengendalikan emosi dan belajar dari masa lalu. Begitu pun sebaliknya, di bagian otak yang lain mungkin berusaha memicu untuk melakukan hal-hal yang ekstrem seperti lewah pikir, merasa bersalah, menghukum diri sendiri, bahkan sampai melampiaskan emosi dengan hal yang negatif. Cara kerja otak yang tidak normal tersebut akan memicu perasaan yang tidak keruan dan otak tidak dapat berpikir jernih.
ADVERTISEMENT
Namun, tak perlu khawatir, karena seyogianya otak setiap individu itu terprogram untuk move on dan dari kesedihan. Otak kita memiliki resiliensi yang membuat kita akan segera bangkit dari kesedihan tersebut. Rasa sakit yang menyiksa ketika patah hati membuat otak mengubah lingkungan internalnya sebagai bentuk mekanisme coping atau menerima kenyataan.
Oleh karena itu, ketika kita sedang patah hati, alangkah baiknya kita melakukan hal-hal yang positif. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, dan yang terpenting adalah melakukan aktivitas yang dapat mengurangi hormon kortisol dan meningkatkan hormon dopamine dan serotonin. Contohnya seperti makan-makanan yang sehat, tidur yang cukup dan teratur, berolahraga, mendengarkan musik-musik menenangkan pikiran, melakukan hal-hal yang membuat kamu bahagia, tuangkan semua emosi melalui tulisan, dan cobalah bercerita kepada teman yang kamu percaya.
ADVERTISEMENT