Talenta Puisi : Menjadi Creative Minority di Teknik Informatika

I Wayan Ivan Zenatmaja
Narasumber CREATE-Talks - Penulis Buku Seka Asa - Fasilitator Gen C - Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
23 September 2023 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Wayan Ivan Zenatmaja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar dihasilkan dari Microsoft AI
zoom-in-whitePerbesar
Gambar dihasilkan dari Microsoft AI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Kok gak masuk Sastra Indonesia aja?"
"Ngapain sih masuk Teknik Informatika?"
ADVERTISEMENT
"Puisi, siapa yang peduli?"
Ketika Aku baru pertama kali masuk di sini. Eksplorasi fantasiku terguncang.
"Wah, logikanya kuat banget. Gimana nih hitung-hitungan semua? Apakah Aku sanggup?"
Mendengarkan fakta bahwa didalamnya ada banyak codingan menggeliat dan mendesain GUI UI/UX berkeliaran beserta, kawan-kawan yang lebih menyukai rona-rona warna itu sendiri dibandingkan kelembutan teks yang ciamik. Membuat kakiku terduduk diam di sini. Tapi ada alasan kuat Aku memilih jurusan ini, "Mengikuti perkembangan teknologi serta, melanjutkan harapan untuk membantu kawan-kawan yang gagap teknologi."
Ikut bootcamp yang telah disediakan, tiba di hari kedua sudah ditiadakan karena kekurangan peserta. Kadang Aku berpikir bakatku yang ada ini mau kusalurkan ke mana? Banyak kepanitiaan pula yang telah kulewatkan.
ADVERTISEMENT
Tapi, Aku tahu banyak kesempatan di luar sana (di luar zona perkuliahan) yang tidak boleh dilewatkan. Lomba-lomba yang sesuai dengan minat dan bakat. Salah satunya, puisi yang dikenal sebagai sastra dengan kelas tertinggi. Kelas yang terjadi akibat banyak orang yang memilih membaca novel, cerpen, dan komik daripada puisi. Aku memanfaatkannya dengan maksimal (Kadang swacari di Instagram dan poster lomba yang dikirim kemahasiswaan). Sembari menambah poin SKM (Satuan Kegiatan Kemahasiswaan) juga.
Teman duduk manis dengan kodingan. Di sini, Aku menganggapnya sebagai tugas. Di otak, Aku pisahkan mana yang tugas dan hobi. Untuk melangkah ke layer tugas, perlu ekstra kerja keras dan banyak baca buku. Keseriusan dan unifokus sangatlah diperlukan oleh locus yang prima. Semua sumber daya kualihkan ke layer tugas. Layer hobi kugunakan untuk memperdalam ilmu puisi. Menceritakan sebuah peristiwa yang pernah kualami tanpa perlu menambah latar tokoh, tempat, dan waktu secara spesifik. Tanpa perlu berpikir panjang, kuringkas dalam bait kata-kata yang tidak semua orang bisa menirunya. Karena itu telah menjadi ciri khas penyair terutama Aku.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya apa sih yang mau disampaikan oleh penulis kepada para pembaca.
Mengingat ada kata creative dan minority di judul. Creative berarti berdaya cipta dan Minority artinya sekelompok kecil. Konsep ini sejalan dengan pemikiran Arnold Joseph Toynbee dalam bukunya "A Study of History". Bagaimana kita sebagai kelompok yang kecil tetap waras dan memberikan dampak positif kepada masyarakat dalam kondisi dunia yang carut-marut?. Justru dengan memiliki perbedaan yang mencolok diantara teman-teman yang lain. Kita memiliki pandangan yang lebih kritis mengenai kehidupan yang sedang dijalani. Kekontrasan ini kelak menciptakan point of view yang luas berdasarkan multibidang (Sastra dan Teknologi).
Atas doa restu orang tua, keluarga, dan kawan-kawan yang dijabah oleh Tuhan Yang Maha Esa, Aku dapat lolos menghadapi ini semua dengan maksimal. Sekarang, Aku mau memasuki semester 3.
ADVERTISEMENT
Aku cuma berpesan,
"Semangat buat kalian yang bernasib sama sepertiku. Kita berjuang bersama."
Malang, 25 Juli 2023