Konten dari Pengguna

Antara Budaya, Komunikasi, dan Globalisasi

Iwan
Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran
10 Oktober 2022 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nama : Iwan
NPM : 210110220046
ADVERTISEMENT
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Kelompok : 18
sumber : clipart
Haloo temen-temen!, dalam dewasa ini kita disuguhkan dengan berbagai macam budaya dunia, misalnya kebudayaan dari Korea, Jepang, Thailand, Amerika, dan lainnya. Seiring dengan waktu, tiap budaya akan mengalami modernisasi dikarenakan semakin maraknya pengguna sosial media yang mengakibatkan penggunanya bebas untuk mengeksplor kebudayaan asing yang akhirnya akan mengalami penyatuan. Budaya yang sedang banyak dikenal ini biasanya disebut budaya populer atau budaya pop. Menurut Bestor dalam Powers dan Kato (1989) budaya populer merupakan sesuatu yang berubah, setelah disukai dan banyak dikonsumsi ia akan segera berubah menjadi budaya tinggi. Budaya tinggi disini mengacu kepada banyaknya peminat dan populernya budaya tersebut, kita ambil contoh yaitu budaya KPOP.
ADVERTISEMENT
Budaya populer sendiri terbentuk dari dua kata yaitu Budaya dan Populer, yang di mana menurut Williams budaya merupakan pandangan hidup tertentu masyarakat, periode, atau kelompok tertentu. Williams juga mengatakan bahwa budaya-pun bisa merujuk pada karya dan praktik-praktik intelektual terutama aktivitas artistik. Untuk arti populer Williams memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.
Selain dari Williams dan Bestor, Antonio Gramsci meneliti budaya populer juga lohh, khususnya tentang pengembangan konsep hegemoninya. Gramsci menggunakan istilah ”hegemoni” untuk mengacu pada cara di mana kelompok dominan dalam suatu masyarakat mendapatkan dukungan dari kelompok subordinasi melalui proses ”kepemimpinan” intelektual dan moral.
ADVERTISEMENT
Mereka yang menggunakan pendekatan ini—kadang-kadang disebut teori hegemoni neo-Gramscian—menganggap budaya sebagai tempat terjadinya pergulatan antara usaha perlawanan kelompok subordinasi dan inkorporasi kelompok dominan dalam masyarakat. Dalam penggunaan ini budaya pop bukan merupakan budaya yang diberlakukan oleh teoretikus budaya massa ataupun muncul secara spontan dari bawah sebagai budaya oposisi seperti yang sudah ada dalam empat definisi budaya pop di atas. Namun sebagai suatu lingkup tukar-menukar, keduanya akan berkelindan dalam rupa perlawanan dan penyatuan (resistensi dan inkorporasi). Teks dan praktik budaya pop bergerak dalam apa yang disebut Gramsci sebagai ”kesimbangan kompromis”.
Budaya populer tersendiri sangat berpengaruh dan berkaitan dengan komunikasi lintas budaya, karena dalam penyebaran budaya populer tersebut telah terjadi hubungan komunikasi yang berbeda budaya seperti berbeda dalam bahasanya. Menurut Liliweri (2003:9), dalam bukunya yg berjudul Komunikasi Antar budaya, menyampaikan definisi komunikasi antarbudaya atau komunikasi lintas budaya menjadi pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antar dua orang yang saling tidak sama latar belakang budayanya. Pengaruh utama fenomena budaya populer ini dengan komunikasi lintas budaya adalah adanya kontak dari satu budaya dengan budaya lainnya, dengan adanya kontak ini maka komunikasi akan terhubung dan akan memberikan dampak berupa akulturasi.
ADVERTISEMENT
Budaya populer tidak bisa jauh dengan yang namanya globalisasi, karena salah satu sarana dari komunikasi lintas budaya adalah adanya media penghubung antara budaya satu dengan yang lainnya. Menurut Achmad Suparman, Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri dari setiap individu yang ada di dunia tanpa batasan wilayah. Dengan semakin maju teknologi, semakin maju pula budaya suatu bangsa, Akan tetapi, untuk menjadikannya menjadi suatu budaya populer diberikan kembali kepada masyarakatnya, apakah masyarakat tersebut mampu dalam hal memajukan dan memberikan inovasi terhadap budayanya, sehingga budaya tersebut bisa terkenal dan menjadi budaya populer. Apalagi pada zaman sekarang yang memang sedang maraknya sosial media, sehingga akan mempermudah penyebaran inovasi dan pengenalan budaya.
ADVERTISEMENT
Fenomena budaya populer ini sangat berpengaruh kepada budaya masyarakat yang menikmatinya, karena dengan lama-kelamaan budaya asli dari penikmat budaya populer ini akan luntur, bahkan akan membuat banyak keresahan dalam masyarakat karena adanya pencampuran budaya secara tiba-tiba. Selain dari dampak negatifnya, ada pula dampak positifnya, yaitu dengan adanya budaya populer ini pemikiran masyarakat menjadi semakin luas dan menambah wawasan baru.
Kita ambil contoh budaya populer yang sedang hangat yaitu budaya KPOP yang dimana banyak sekali peminatnya, sampai ada beberapa orang yang berpenampilan dan berperilaku seperti idola mereka, bahkan sengaja berkunjung ke negara idola mereka.
Kesimpulannya adalah budaya populer merupakan suatu budaya yang banyak pendukung dan peminatnya sehingga budaya populer ini selalu menjadi trending. Budaya populer ini tidak dapat terlepas dari yang namanya globalisasi, karena penyebarannya pun melalui platform sosial media, dan budaya populer ini sangat berkaitan erat dengan komunikasi lintas budaya, karena adanya hubungan komunikasi budaya satu dengan yang lainnya. Selain banyak manfaat dari adanya fenomena budaya populer ini, banyak pula dampak negatif yang ditimbulkan, salah satu contohnya ialah lunturnya budaya penikmat budaya populer ini. Saran agar meminimalisir dampak negatifnya yaitu dengan memfilter budaya yang masuk sehingga kita bisa membedakan mana yang harus diikuti dengan tujuan memajukan budaya kita sendiri, ataukah harus dihindari karena akan melunturkan kebudayaan yang kita miliki.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
E-Journal
Deni. (2006). Budaya Populer. Bagian landasan teori hal 1-2. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LMM2006-41-Bab%202.pdf
S. Dadang. (2005). Budaya Populer. Halaman 1-8.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195704081984031-DADANG_SUPARDAN/BUDAYA_POPULER.pdf
Book
Alo Liliweri. (2003). Komunikasi Antar Budaya. Halaman 9. Aceh: Pustaka pelajar