Konten dari Pengguna

Pesona Paylater di Kalangan Anak Muda, Manfaat atau Malapetaka?

Iwan
Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran
18 Juli 2024 9:30 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: pribadi
ADVERTISEMENT
Di tengah gemerlapnya era digital, paylater telah menjadi fenomena yang menonjol dalam dunia keuangan dengan mengubah cara orang berbelanja. Fitur yang bermanfaat dan mudah digunakan ini tentunya sangat menarik minat masyarakat. Konsep belanja terlebih dahulu dan membayar kemudian telah mengubah cara konsumen memenuhi kebutuhan mereka, namun, di balik kemudahannya, terdapat sejumlah tantangan yang berdampak besar pada ekonomi Indonesia. Dikutip dari CNBC Indonesia (2024), pada Juni tahun 2023 tercatat transaksi Buy Now Paylater (BNPL) di Indonesia mencapai 25,16 triliun dengan 8,5% dari total tersebut merupakan pinjaman bermasalah atau sekitar 2,15 triliun belum dibayarkan oleh konsumen.
ADVERTISEMENT
Lebih buruknya, paylater dapat memicu perilaku konsumtif di masyarakat, terutama kalangan anak muda (Sari, dkk., 2023). Dikutip dari berita harian Kompas (2023) dengan judul Jangan Terlena “Paylater” yang ditulis oleh Sekar Gandhawangi, ternyata paylater dapat menimbulkan kecanduan berlebih dalam berbelanja. Anak muda menjadi mangsa utama dari fitur ini. Siapa yang tidak terlena dengan fitur sekali klik dan bisa berbelanja sepuasnya tanpa memikirkan pembayaran. Fenomena ini merupakan bagian dari perubahan sosial pada bidang ekonomi, dimana adanya perubahan dari metode pembayaran tradisional menjadi pembayaran digital yang dapat dibayar setelah proses berbelanja. Oleh karena itu, penting mengkritisi perubahan ini untuk mencari solusi yang tepat, guna meminimalisir dampak negatif yang terjadi.
Mengenal Lebih Dekat “Paylater”
ADVERTISEMENT
Perubahan dari transaksi tradisional menjadi digital menjamur di tahun 2021 pasca Covid-19, semakin berkembangnya zaman semakin banyak variasi dari pembayaran digital, seperti QRIS dan paylater. Saat ini, fintech (financial technology) semakin terkenal berkat fitur paylater yang memungkinkan orang untuk membeli barang dan jasa dengan cara mencicil tanpa harus memiliki kartu kredit. Kehadiran fintech ini mempermudah masyarakat dalam bertransaksi, termasuk untuk pengaturan kredit. Fitur paylater semakin diminati karena memungkinkan pembayaran 'nanti' untuk berbagai jenis transaksi, dari kebutuhan sehari-hari hingga pembayaran tiket pesawat, pemesanan hotel, dan pembelian paket data internet (Kamil, dkk., 2024).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sari dkk. (2023) ditemukan bahwa fitur paylater banyak digunakan oleh remaja, terutama mahasiswa. Dibalik kebermanfaatannya, terdapat dampak yang kemungkinan besar akan memengaruhi perekonomian di Indonesia. Dampak tersebut adalah perilaku konsumtif (Sari, dkk., 2023). Perilaku konsumtif ini sangat berpengaruh terhadap mental masyarakat yang tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginin, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kondisi perekonomian (Soviati, 2022).
ADVERTISEMENT
Apa Kata Mereka?
sumber: pribadi
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, terlihat bahwa pengguna paylater merasa sangat terbantu dengan fitur ini. Mereka tidak hanya senang bisa membayar belanjaannya nanti, tetapi juga menghargai banyaknya diskon atau promo yang bisa didapatkan dengan menggunakan paylater. Informan telah menggunakan paylater sejak tahun 2021 dan belum pernah mengalami kendala pembayaran, namun terdapat perubahan perilaku berbelanja yang dialaminya. Informan menyatakan bahwa semakin banyak diskon maka semakin tergiur dia untuk berbelanja dan menggunakan paylater karena pembayaran lebih cepat dan efisien. Sangat terasa perbedaannya ketika sebelum menggunakan paylater dan sesudah menggunakan fitur ini. Biasanya sebulan hanya berbelanja online maksimal tiga kali, sekarang hampir menyentuh lima kali.
Informan mengetahui dampak negatif dari paylater ini adalah perilaku konsumtif, namun informan merasa hal tersebut tidak terlalu berdampak kepada dirinya, asalkan dirinya mampu membayar saat masa tenggat paylater berakhir. Paylater sendiri biasanya akan memberikan kenaikan bunga sebesar 5% perhari jika tidak dibayar sesuai tenggat. Hal ini yang menjadi fenomena baru di kalangan masyarakat. Beberapa artikel membahas fenomena ini dan turut menyayangkan fitur dengan berbagai kebermanfaatan tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Masih banyak masyarakat yang belum bisa menepati waktu tempo dari pembayaran paylater yang menyebabkan bengkaknya tagihan karena bunga, hingga mendapati teror dari debt. collector (Kompas.id, 2023).
ADVERTISEMENT
Lantas, Apa Solusinya?
sumber: pribadi
Adanya fitur paylater termasuk dalam bentuk perubahan sosial cepat dan direncanakan (dikehendaki). Masyarakat menerima dan menghendaki adanya perubahan ini karena dianggap menguntungkan bagi mereka, namun mereka lalai akan dampak negatif yang ditimbulkan. Perlu adanya solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan kecanduan paylater dan perilaku konsumtif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pengguna paylater cukup paham akan dampak negatif tersebut, namun tidak bisa mengendalikan diri untuk berbelanja. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah adanya pembatasan atau limit transaksi menggunakan paylater tiap bulannya. Misalnya, setiap akun paylater yang digunakan, memberikan limit transaksi sebanyak 2 kali setiap bulannya sehingga dapat memaksa pengguna untuk tidak menggunakan paylater berlebihan.
Tentunya, solusi ini akan menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi antara pemerintahan, influencer, dan pribadi individu. Pemerintah memberikan dukungan melalui regulasi-regulasi pembatasan paylater, kemudian influencer membantu menyebarkan informasi dan pengetahuan terkait dampak negatif jika kecanduan paylater, serta pribadi individu yang mempunyai kontrol untuk merubah dan menahan diri dari perilaku konsumtif. Solusi yang ditawarkan sangat berkaitan erat dengan komunikasi perubahan sosial. Komunikasi sangat penting dalam membangun pesan yang mudah diterima dan dicerna oleh masyarakat. Teori-teori komunikasi perubahan sosial dapat diintegrasikan pada solusi ini. Salah satunya adalah social learning theory dan social change theory. Pada penyebaran informasi mengenai pembatasan dan dampak negatif kecanduan paylater, diterapkan social learning theory, agar masyarakat meniru dan belajar dari orang-orang yang menurut dia berpengaruh. Oleh karena itu, penting peran influencer terkenal dalam pemasifan informasi ini. Kemudian, adanya penyelarasan perubahan sosial, menimbulkan rasa tidak nyaman di masyarakat karena dipaksa untuk berubah kembali. Karenanya, penting penerapan social change theory dalam merumuskan langkah konkrit agar masyarakat tidak mengalami culture shock.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya adalah tidak dapat dipungkiri jika fitur paylater membawa kebermanfaatan bagi masyarakat. Namun, siapa sangka jika fitur ini membawa malapetaka juga bagi orang-orang yang memiliki kecanduan. Dampak negatif dari fitur ini adalah perilaku konsumtif yang sangat berpengaruh pada mental masyarakat. Solusi dari adanya permasalahan ini adalah pembatasan dari penggunaan fitur paylater. Sangat diperlukan kolaborasi antar stakeholder, seperti pemerintah, influencer terk
enal, hingga diri sendiri. Setiap individu tentunya memiliki kontrol diri sendiri atas semua tindakannya. Oleh karena itu, merubah perspektif individu sangat penting dalam mengatasi permasalahan ini.
Daftar Pustaka
CNBC Indonesia. (2024). Duh! Banyak Warga RI Pakai Paylater Tidak Mau Bayar. Diambil kembali dari CNBN Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/market/20240115174706-17-506053/duh-banyak-warga-ri-pakai-paylater-tidak-mau-bayar
Kamil, I., Meiliyah, A., & Irawan, I. A. (2024). The influence of lifestyle and ftnancial literacy ononline paylater system and its impact on spending behavior. Journal of Economics and Business Letters, 4(2), 1-12.
ADVERTISEMENT
Kompas.id. (2023). Jangan Terlena ”Paylater”. Diambil kembali dari Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/muda/2023/10/06/boleh-pay-later-asal
Sari, E. A., Latifah, I., Ararizki, M. A., Jannah, M., & Hidayat, W. (2023). Pengaruh Penggunaan Shopee Paylater Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Muslim. IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary, 1(1), 387-400.
Soviati, S. (2022). Perilaku Konsumtif Pembawa Petaka Di Era Modern. Diambil kembali dari DJKN Kemenkeu Indonesia: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-bandung/baca-artikel/15276/Perilaku-Konsumtif-Pembawa-Petaka-Di-Era-Modern.html