Menebar Spirit Damai

Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung
Konten dari Pengguna
25 Desember 2021 8:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ibn Ghifarie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi burung dara. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi burung dara. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sejatinya kehadiran Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember tidak hanya mengingatkan kita kepada sosok Isa Almasih sebagai juru selamat manusia dari segala dosa yang telah diperbuat manusia, tapi harus menjadi momentum untuk menebar spirit damai, memberikan welas asih, cinta kasih Tuhan antar-sesama sebagai bentuk nyata atas kecintaan kita terhadap Allah.
ADVERTISEMENT
Pesan ini yang diangkat oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) saat menyambut peringatan Natal bersama 2021. “Cinta Kasih Kristus Yang Menggerakkan Persaudaraan” (bdk. 1 Ptr. 1:22).

Pesan Suci Natal

Ilustrasi. (Umat Katolik mengikuti misa malam Natal di Gereja Katolik Kristus Raja, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/12/2021). Foto: Didik Suhartono/ANTARA FOTO)
Umat Kristiani meyakini tentang cinta kasih, damai, keselamatan, kebangkitan bersemayan dalam diri Yesus. Sejatinya kehadiran hari Natal, tidak saja mengingatkan kita kepada sosok Isa Al-Masih sebagai Juruselamat dari segala dosa yang telah diperbuat manusia, tapi harus berusaha untuk saling mengasihi tanpa pamrih antar sesama manusia supaya mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan.
Pasalnya, natal merupakan momentum saling mengasihi (antar manusia dan alam) atas lahirnya peradaban Kristen (cinta kasih, damai, keselamatan, kebangkitan, kepedulian) berbasis keimanan yang kukuh.
Natal adalah perayaan kehidupan. Tuhan berpihak kepada kehidupan. Sebab itu, merayakan natal berarti merenungkan makna kehidupan, memobilisasi daya untuk membangun budaya cinta kehidupan.
ADVERTISEMENT
Kelahiran Tuhan di kandang binatang, di tengah padang gembalaan adalah satu bentuk kepedulian terhadap seluruh alam ciptaan. Kehidupan manusia hanya mungkin di tengah alam yang terpelihara. Budaya cinta kehidupan, saling mengasihi mesti terungkap pula dalam kepedulian terhadap alam, perubahan pola pikir yang semakin memperhatikan kondisi alam, dan transformasi sikap yang kian mempertenggangkan daya olah alam. Natal membawa manusia kembali ke rahim alam.
Natal dipahami dan dirayakan sebagai ungkapan tekat Tuhan membangun budaya kasih dan menumbuhkan budaya cinta akan kehidupan. (Paul Budi Kleden, 2009:39 dan 44)

Spirit Damai

Sungguh umat Kristiani menyakini segala apa yang dilakukan oleh Mesiah harus diikutinya dan dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya, Isa berpesan kepada jemaahnya untuk tetap tebah menghadapi segala penganiayaan sambil menebarkan perintah Tuhan untuk saling mengahisi, dikasihi, mencintai, dicintai, memberi, diberi guna mewujudkan kedamaian di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Ini yang telah dipraktikkan oleh Santo Fransiskus Assiasi. Adalah teladan berlaku damai yang pengaruhnya jauh melampaui lingkup Gereja Katolik. Ghandi memasukkan doa perdamaian yang dianggap orang sebagai ciptaannya ke dalam aturan doa harian di asramanya. Sungguh pun begitu, rabi-rabi Fransiskan, seperti halnya dalam Katolik, hanya dengan perlahan-lahan menjadi dunia terbuka pada gerakan anti kekerasan.
Mengikuti Konsilis Vatikan II, pada tahun 1969 dibentuk Pusat Misi Fransiskan di Bonn yang berusaha menghayati dan mewujudkan amanat Fransiskan untuk bertindak tanpa kekerasan pada zaman ini. Menurut misi itu, perutusan berarti mendorong orang lain (Kristen, bukan Kristen) agar melalui amal perbuatan mereka mampu “melihat, mengalami, dan menghadirkan Kerajaan Allah di atas bumi ini”
Kiranya kita merenungkan apa yang telah dilakukan oleh Mairead Maguire, pendiri gerakan rakyat damai (the Peace People) di Irlandia Utara dan bersama Betty Williams, menerima Hadiah Nobel untuk Perdamaian (1976) menjadi bahan pembelajaran untuk saling mencintai, mengasihi dan menciptakan kedamaian di muka bumi ini. Pasalnya, persaudaraan diperlukan untuk menghadapi tantangan ini demi kelangsungan hidup; saling mendukung dalam usaha menjadi pembawa damai yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Baginya meyakini cinta kasih sebagai modal utama menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. "Ketika mencapai kebebasan yang sejati hanya apabila kita telah kehilangan dan melepaskan segala sesuatu. Pada waktu itulah benar-benar bebas merdeka untuk melaksanakan tugas kita, yaitu mengasihi dan dikasihi. Saya percaya bahwa pada waktu itulah orang dapat melihat bahwa pribadi manusia merupakan nilai tertinggi dalam masyarakat.”
Pada saat kehilangan dan krisis, orang mempunyai kesempatan untuk mengenali dan mengetahui betapa mereka sendiri senang melakukan kekerasan. Kesadaran itu merupakan syarat untuk bisa melihat bagaimana lawan-lawan kita terikat dan tidak bisa dipisahkan dengan pribadi kita sendiri dan dengan demikian mengakui perlunya gerakan antikekerasan. (Hagen Berndt, 2006:54 dan 161)
Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh Isa, Santo Fransiskus Assiasi, Mairead Maguire dan Paus Fransiskus mengingatkan kepada kita semua untuk saling mengasihi, mencintai, menghormati, peduli terhadap sesama, menegakan keadilan, menumpas yang serakah, tamak, rakus guna menciptakan kehidupan yang rukun, toleran, damai di bumi Nusantara.
ADVERTISEMENT
Mari kita meneladani apa yang dipraktikkan oleh mereka tentang pentingnya menjunjung tinggi dan menyebar luaskan ajaran Yesus mengingat natal menjadi momentum awal untuk membangkitkan, menegakan peradaban cinta kasih, menebar damai sebagai pertanda menunggu, menerima akan Raja damai dan maha kasihnya Yesus Kristus dalam menjalankan kehidupan bersama.
Inilah makna terdalam Natal dalam mencintai kehidupan dan mengharmonikan cinta kasih, welas asih untuk meraih predikat kedamaian dan kebahagiaan sejati. Selamat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.