Konten dari Pengguna

Dibalik Topeng Ondel-Ondel, Mimpi yang Terpendam

Ibnu Mas'ud
M.Ibnu Mas'ud Lahir di kota Tegal, 15 Februari, aku adalah anak ke- 4 dari -7 bersaudara. Sejak kecil, aku sudah tertarik dengan Komunikasi. Hal ini membuatku sering menghabiskan waktu untuk menulis cerita pendek, puisi, atau artikel.
15 Desember 2024 1:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ibnu Mas'ud tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tebem pengamen jalanan dengan membawa sebuah ondel-ondel dan mendorong sebuah gerobag musik. Rabu (4/12/2024). Pancoran Mas, Kota Depok. foto : ibnu pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tebem pengamen jalanan dengan membawa sebuah ondel-ondel dan mendorong sebuah gerobag musik. Rabu (4/12/2024). Pancoran Mas, Kota Depok. foto : ibnu pribadi
ADVERTISEMENT
Jakarta - Sore itu, langit gelap dan gerimis rintik-rintik membasahi jalanan. Di kejauhan, terlihat seorang pengamen ondel-ondel dengan pakaian basah dan tubuh yang kedinginan. Melihat kondisi tersebut, saya mendekatinya dan memberikan gorengan. Senyuman bahagia yang terpancar dari wajahnya menyentuh hati saya. Dari momen sederhana itu, muncul keinginan dalam diri saya untuk memahami lebih dalam kehidupan sehari-hari seorang pengamen ondel-ondel. Keinginan ini membawa saya ke rumahnya dan memulai cerita yang menginspirasi ini.
ADVERTISEMENT
Pengamen itu, sebut saja Tebem, adalah seorang anak muda yang putus sekolah karena kendala biaya. Ia tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil bersama beberapa pengamen ondel-ondel lainnya. Setiap hari, mereka berangkat pagi membawa ondel-ondel dan baru kembali malam, bahkan terkadang tidak pulang selama beberapa hari.
Dalam perbincangan kami, Tebem menceritakan berbagai tantangan yang dihadapinya. Ia pernah mengalami razia jalanan, di mana ia ditangkap polisi dan ondel-ondelnya disita. Tebem harus membayar denda untuk bisa pulang dan berkumpul lagi dengan keluarganya. Kejadian itu tidak membuatnya menyerah. Dengan tabungan kecil yang ia kumpulkan, Tebem membeli ondel-ondel baru demi bisa terus mengamen dan bertahan hidup.
Dari pekerjaannya, Tebem memperoleh pendapatan yang tidak terhitung, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 300.000 dalam sehari. Namun, angka tertinggi itu ia dapatkan hanya setelah mengamen tanpa pulang selama tiga hari.
ADVERTISEMENT
Tebem juga mengungkapkan harapannya. Ia berharap pemerintah dapat memberikan solusi pekerjaan yang layak, khususnya bagi anak-anak putus sekolah seperti dirinya. Ia menginginkan kehidupan yang lebih baik dan kesempatan untuk meraih masa depan yang cerah.
Dari cerita singkat Tebem, saya memikirkan akan beratnya perjuangan hidup yang dialami oleh para pengamen ondel-ondel jalanan. Di saat anak-anak lain bisa menikmati masa muda mereka dengan sekolah, bermain, dan tidur nyenyak, Tebem dan teman-temannya harus berjuang di jalanan membawa beban ondel-ondel yang berat. Dalam kondisi panas terik hingga hujan deras, mereka tetap gigih mencari rezeki untuk sekadar bertahan hidup.
Kisah ini mengajarkan kita untuk lebih bersyukur atas kehidupan yang kita miliki. Di luar sana, ada banyak orang yang bermimpi memiliki kenyamanan yang kita anggap biasa. Mereka juga manusia biasa yang berhak mendapatkan kehidupan yang layak, seperti pakaian, makanan, dan tempat tinggal yang aman. Semoga cerita ini menjadi pengingat bagi kita untuk lebih peduli dan membantu sesama, serta mendorong perhatian lebih dari pemerintah terhadap nasib mereka.
ADVERTISEMENT