Konten dari Pengguna

Lulusan SD Bisa Jadi Karyawan di Indonesia?

Icha Aditama
Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya dengan prodi Psikologi, saya merupakan seseorang yang lihai dan sangat suka dengan menulis.
16 Desember 2022 16:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Icha Aditama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rakyat Indonesia sadar, Indonesia kaya akan beragam hal. Rakyat juga sadar, yang membuat miskin sebuah negara adalah SDM itu sendiri. Lalu mengapa masih berkepanjangan?
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik mencatat jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2021 sebanyak 139,81 juta orang. Kenaikan ini naik 1,59 juta orang dibanding Agustus 2020.
SEBANYAK APA LULUSAN SD BISA JADI KARYAWAN?
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, dari jumlah angkatan kerja ini yang mendominasi adalah lulusan SD. Pada Februari 2021, penduduk bekerja yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 37,41% atau 49,03 juta orang.
Sementara tenaga kerja yang berpendidikan tinggi yaitu diploma dan Universitas hanya sebesar 12,92% atau 16,93 juta orang. Secara rinci masing-masing lulusan Universitas 10,18% atau 13,34 juta orang dan lulusan diploma I/II/III sebesar 2,74% atau hanya 3,59 juta orang.
Posisi kedua yang mendominasi angkatan kerja di Indonesia adalah lulusan SMA dengan besaran 18,8% atau 24,64 juta orang. Selanjutnya lulusan SMP sebesar 18,54% atau 24,30 juta orang serta lulusan SMK sebanyak 16,16 juta orang atau 12,33% dari total jumlah angkatan kerja di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, dia menyebutkan bahwa penduduk bekerja di RI yang lulusan SD ke bawah menunjukkan tren penurunan dibandingkan sebelumnya. Pada Agustus tercatat 38,89% dan Februari 2021 turun menjadi 37,41%.
"Distribusi penduduk bekerja menurut pendidikan masih menunjukkan pola yang sama baik pada Februari 2020 maupun Agustus 2020," ujarnya dalam konferensi pers virtual. ” Begitu pula penduduk bekerja lulusan Universitas ada tren kenaikan dibandingkan Agustus 2020. Tapi dibandingkan Februari 2020 menurun tipis. Artinya lulusan universitas trennya fluktuatif," tegasnya.
Rendahnya tingkat pendidikan pekerja Indonesia berpengaruh terhadap kualitas dari tenaga kerja itu sendiri. Hal itu dapat menyebabkan pekerja Indonesia sulit bersaing di pasar tenaga kerja. Lemahnya pendidikan yang ada di Indonesia, membuat kualitas pekerja di Indonesia juga melemah. Jika kita lihat di negara lain banyaknya pekerja dan jumlah output hasil pekerjaan yang berkualitas disebabkan karena kualitas Pendidikan karyawan juga baik. Mulai dari kedisiplinan hingga kualitas barang. Padahal, di Indonesia memiliki masyarakat yang banyak dengan tingkat pengangguran yang merajalela.
ADVERTISEMENT
"Jadi terlihat ini angkatan kerja kita yang pendidikannya SMP kebawah itu mencapai 56%, atau setengah lebih dari angkatan kerja kita, memang kekuatan SDM masih sangat rendah untuk bisa berkompetisi untuk pasar kerja global maupun lokal," ujar Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan.
Sementara itu, Dita menjelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang di Indonesia, data menunjukkan semakin sulit orang itu mendapatkan pekerjaan.
"Jadi yang menarik begini, justru tingkat pendidikan SD sampai SMP itu tingkat penganggurannya paling kecil, jadi lulusan SD ke bawah yang menganggur hanya 3%, sedangkan lulusan SMP yang menganggur hanya 5%. Sementara lulusan SMA yang menganggur itu 8,15% lulusan SMK yang menganggur 10%," kata Indah.
"Bahkan tingkat Pengangguran di jenjang S1 ke atas itu lebih besar jika dibandingkan di kalangan SD dan SMP," sambungnya. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, Indonesia perlu mendorong agar 99,9% pekerja di Indonesia merupakan lulusan pendidikan tinggi. Hal tersebut diperlukan agar Indonesia dapat menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2045.
ADVERTISEMENT
CARA MENINGKATKAN KEPEKAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kurangnya kesadaran dan kepekaan rakyat Indonesia mengenai Pendidikan membuat kurangnya rakyat yang berkualitas baik. Banyaknya daerah 3T yang belum terjangkau juga membuat Pendidikan dan pembangunan tidak merata di Indonesia.
Pendekatan, pemberdayaan, dan pengabdian di wilayah 3T. banyak cara untuk menjangkau wilayah 3T. Dengan distribusi PNS untuk bekerja di wilayah 3T, penyebaran mahasiswa/mahasiswi untuk pelaksanaan KKN, atau dengan pembuatan komunitas, dan lain-lain. Dengan adanya distribusi tersebut, membawa program kerja yang membangun guna menyadarkan warga di sana bahwa daerah mereka memiliki kekayaan alam yang beragam hanya saja belum bisa untuk memaksimalkanya dengan baik.
Peran orang tua untuk menyadarkan pentingnya pendidikan. Karena lingkungan terdekat dengan diri sendiri adalah orang tua. Jika orang tua berhasil membuat anak anaknya cinta belajar, maka akan terbentuknya kualitas Pendidikan yang baik.
ADVERTISEMENT
Peran guru dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa. Karena peran guru sangat penting di dalam dunia Pendidikan formal. Guru diminta membuat metode yang baik untuk menciptakan Pendidikan yang baik bagi siswa.
Membuat pameran atau pojok baca. Agar orang-orang dapat belajar sambil bermain. Tidak hanya terfokus pada belajar saja, karena setiap individu memiliki rasa bosan. Harapanya dengan membuat semua itu menarik, maka manusia dapat menjadi nyaman dalam belajar.
Adanya pelatihan atau seminar di luar lembaga formal. Tidak semua orang mampu untuk membayar biaya sekolah yang relative mahal. Maka dari itu, adanya pelatihan atau seminar di luar lembaga formal agar dapat terjangkau bagi orang-orang yang kurang mampu.
Adanya campur tangan pemerintah untuk memaksimalkan biaya sekolah kepada rakyat yang tidak mampu. Adanya beasiswa atau potongan harga sekolah terkadang tidak bersih. Maksudnya, banyaknya kecurangan di dalam pemilihan terpilihnya peserta beasiswa. Adanya orang mampu mendapatkan beasiswa yang seharusnya untuk orang tidak mampu membuat kuota terpenuhi.
ADVERTISEMENT
https://www.shutterstock.com/image-photo/young-happy-laughing-creative-team-four-2010755408