Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Konten dari Pengguna
Tuberkulosis Tidak Kunjung Usai: Mengapa Indonesia Terus Terjajah?
10 Mei 2022 21:31 WIB
Tulisan dari Icha Tiara Devi Febrianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penyakit tuberkulosis atau sering dikenal dengan TB paru/TBC sudah ditemukan sejak 130 tahun lalu dan tetap awet keberadaannya sampai saat ini. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan serius di seluruh dunia yang tak kunjung usai termasuk di Indonesia yang kasusnya terus meningkat dan telah memakan banyak korban jiwa. Ironisnya, bukannya prestasi peringkat dunia yang membanggakan namun sebaliknya jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia sangat memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan peringkat kasus tuberkulosis di dunia per 14 Oktober 2020, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi dengan jumlah kasus tuberkulosis mencapai 854 ribu atau sebesar 8,5% dari jumlah kasus dunia. Tidak hanya sampai disitu, data jumlah kasus yang ada belum tentu mewakili jumlah kasus tuberkulosis sebenarnya di Indonesia karena nyatanya masih terdapat 47% data yang belum terlapor dan belum mendapatkan akses pengobatan tuberkulosis di tahun 2019. Keadaan tersebut semakin parah karena adanya pandemi COVID-19.
Sekadar informasi, tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosis. Perlu diwaspadai karena penyakit ini menular melalui percikan dahak sehingga penularannya termasuk cepat. Gejalanya dapat berupa batuk yang terus menerus, sesak napas dan nyeri dada, demam meriang berkepanjangan, dahak bercampur darah, berat badan menurun, juga berkeringat di malam hari meski tidak sedang melakukan kegiatan. Sayangnya permasalahan tuberkulosis di Indonesia sudah sejak lama ada tetapi tidak kunjung usai dituntaskan meski berbagai macam program telah dilakukan pemerintah untuk penanganan tuberkulosis, mengapa demikian?
ADVERTISEMENT
Menurut dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Bapak Wahyu Sulistiadi menyebutkan bahwa dilihat dari karakteristik penyakit dan risiko tuberkulosis yang terjadi di Indonesia, terdapat beberapa alasan tuberkulosis tidak kunjung usai: pertama, penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang memerlukan waktu lama untuk sembuh sehingga memerlukan kesabaran dan fokus dalam melakukan pengobatan. Ini yang menjadi masalah, melihat dari pola karakter dan kesadaran masyarakat Indonesia yang cepat bosan, cepat lelah, dan cepat puas berakibat pada berhentinya pengobatan orang dengan tuberkulosis, sehingga kasus tuberkulosis akan terus semakin tinggi dan semakin parah menjadi TB yang kebal terhadap obat.
Kedua, dilihat dari tingkat sanitasi seperti padatnya perumahan penduduk antara satu rumah dengan rumah lainnya, sanitasi lingkungan yang buruk, dan banyaknya masyarakat yang belum menerapkan pola hidup sehat. Ketiga, riset dan studi belum cukup efektif untuk menurunkan kasus dan dampak dari tuberkulosis pada masyarakat jika tidak dibarengi dengan intervensi yang terus menerus. Keempat, belum adanya keberlanjutan (sustainability) dan komitmen yang kuat baik dari pemerintah, pengelola dan pembuat kebijakan, petugas kesehatan, dan masyarakat dalam penanganan tuberkulosis. Penanganan tuberkulosis tidak boleh berhenti dan harus ditangani dengan serius oleh seluruh komponen bangsa agar dapat tuntas dan kasusnya dapat menurun".
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui, saat ini negara sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan fasilitas sarana dan prasarana negara, namun bagaimana dengan pembangunan kesehatan khusunya terhadap penanganan tuberkulosis?, disini perlu adanya perjuangan dan komitmen dari pemerintah baik Presiden, Pejabat, dan Gubernur untuk mau secara bersama-sama menurunkan kasus tuberkulosis. Jika pemerintah berani memasang target penerapan program penanganan tuberkulosis di wilayah kerjanya, tentunya akan berdampak besar bagi lini dibawahnya terhadap penaganan tuberkulosis yang nantinya akan semakin digencarkan dan dijalankan secara konsisten.
Perubahan memang membutuhkan watu yang lama namun akan dapat efektif dengan adanya percepatan perubahan radikal (yang mendasar) karena jika tidak ada perubahan, lengah sedikit tuberkulosis akan terus menjajah kesehatan masyarakat Indonesia. Maka dari itu isu tuberkulosis haruslah diangkat dan diselesaikan untuk menyambut Indonesia yang bebas tuberkulosis!.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 12:38 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini