Konten dari Pengguna

Sastra Jepang Atau LPK Jepang, Bingung Mau Pilih Yang Mana? Intip Perbedaannya

alvina icha anastasya
Saya adalah mahasiswa s1 Sastra dan Bahasa Jepang semester 2 di Universitas Airlangga
21 Mei 2024 12:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari alvina icha anastasya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com
ADVERTISEMENT
Di sini, sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari sastra Jepang, saya sering menghadapi berbagai pertanyaan dari masyarakat sekitar. Mereka sering bertanya “Kenapa tidak belajar di LPK saja kalau cuma belajar bahasa Jepang?. Hal ini mungkin juga menjadi kekhawatiran bagi mereka yang ingin belajar bahasa Jepang lebih dalam, atau mereka yang mempelajari sastra Jepang. Sebenarnya mereka berdua punya kesamaan: sama-sama belajar bahasa Jepang.
ADVERTISEMENT
Keduanya sama-sama bagus namun ada perbedaan yang bisa menjadi pertimbangan bagi anda yang masih bingung tentang ke mana harus pergi. Jadi di sini saya akan mengeksplorasi beberapa perbedaan antara keduanya. Hal ini saya lakukan berdasarkan pengalaman pribadi saya sebagai mahasiswa yang mempelajari sastra Jepang dan pengalaman teman-teman saya yang mengikuti LPK Jepang. Akan ada beberapa poin yang akan saya bahas disini khususnya
1. Pengertian LPK Jepang dan Sastra Jepang.
LPK Jepang adalah singkatan dari "Lembaga Pelatihan Kerja Jepang", sehingga merupakan sarana pelatihan yang menyediakan program pelatihan yang dibuat untuk bekerja di Jepang. Hal ini dapat dilakukan melalui program pemerintah Jepang (IM Jepang) atau swasta.
Sedangkan sastra Jepang adalah program penelitian khusus yang mempelajari berbagai aspek Penelitian, mulai dari isi, keaslian, estetika, tata bahasa, dan budaya.
ADVERTISEMENT
2. Biaya dan waktu yang diperlukan.
Waktu yang diperlukan untuk belajar di LPK dapat bervariasi tergantung pada jenis program pelatihan yang diikuti dan tingkat kemahiran bahasa Jepang. Namun, ini biasanya bervariasi antara 6 sampai 12 bulan. Dan setelah selesai belajar, Anda akan mendapatkan sertifikat bahasa Jepang.
Sedangkan untuk mempelajari program studi sastra Jepang membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, seperti halnya kuliah pada umumnya, memakan waktu sekitar 3 hingga 4 tahun tergantung apakah Anda ingin mendapatkan diploma atau sarjana, dan juga tergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi. Dan setelah lulus, Anda akan mendapatkan gelar diploma atau sarjana.
Biaya yang dibayarkan selama studi di LPK Jepang juga berbeda-beda tergantung program pelatihan yang ditawarkan dan apakah LPK diatur oleh pemerintah atau sektor swasta. Biaya swasta seringkali lebih mahal dibandingkan LPK pemerintah. Biaya tersebut sudah termasuk biaya pendaftaran dan biaya pelatihan yang besarnya berkisar Rp 2-10 juta atau lebih, belum termasuk biaya lain-lainnya. Sedangkan biaya kuliah relatif lebih mahal dibandingkan biaya LPK atau sering kita sebut dengan biaya UKT, tergantung universitas masing-masing. Kemungkinan biaya UKT bisa berkisar Rp 1-5 juta atau lebih per semesternya.
ADVERTISEMENT
3. Materi yang akan didapat saat di LPK Jepang dan kuliah sastra Jepang
Materi LPK Jepang seringkali fokus pada bahasa, mulai dari membaca, menulis, tata bahasa, kosa kata, mendengarkan dan berbicara. Selain itu, pelatihan khusus diperlukan untuk bekerja di Jepang, seperti keterampilan teknis, etika kerja, dan persiapan wawancara. Kemudian, untuk universitas, biasanya Anda akan mempelajari dasar-dasarnya dan mendalaminya. Selama semester pertama, Anda akan belajar menulis, membaca, tata bahasa, mendengarkan, berbicara, kosa kata, dan kanji. Ya, hampir sama dengan LPK. Jadi bedanya di semester-semester berikutnya kita akan belajar lebih banyak dan mendalami ilmu linguistik, budaya, politik, sastra, dll. Dan masih ada mata kuliah yang diajarkan oleh fakultas dan universitas seperti kursus bahasa Indonesia, pancasila, kewarganegaraan, agama, dll. Jadi Anda tidak hanya belajar bahasa Jepang saja. Ada juga magang, KKN dan skripsi. Dan bagi yang ingin mengembangkan soft skill dan hard skillnya dapat mengikuti organisasi universitas atau UKM. Dari tiga poin yang saya sebutkan, Anda pasti sudah mulai memahami perbedaan kedua poin tersebut.
ADVERTISEMENT
4. Tujuan yang ingin dicapai di LPK Jepang dan Sastra Jepang.
Nah, poin keempat ini juga perlu diperhatikan dalam hal prioritas atau apa tujuan yang kamu inginkan . Jika kuliah di LPK, sebagian besar tujuan utamanya adalah bekerja di Jepang, melalui program Tokuteginou (TG) atau kenshuusei (magang). Umumnya lebih fokus pada pekerjaan yang berhubungan langsung dengan keterampilan bahasa Jepang dan keterampilan yang dipelajari di LPK. Namun, Anda juga bisa menjadi penerjemah atau guru bahasa jika memang memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Jika Anda kuliah, cakupan pekerjaan Anda umumnya akan lebih luas, Anda bisa bekerja di bidang sastra, sejarah, budaya, dan bahasa Jepang. Misalnya saja Anda bisa menjadi penerjemah, guru bahasa, penulis, duta besar atau bahkan pembicara atau ingin bekerja di Jepang. Namun, ada juga kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan non-linier di bidang Jepang.
ADVERTISEMENT
Nah, ini bisa jadi -adalah empat poin yang saya dapat berdiskusi mengenai peluang ini. Masih belum tahu harus memilih yang mana? Atau kamu mulai punya gambaran mau pilih yang mana? Kenyataannya keduanya sama-sama baik dan bermanfaat bagi kita. Jadi, Anda perlu bertanya pada diri sendiri apa motivasi atau tujuan Anda.
Entah apakah Anda ingin fokus bekerja atau masih ingin terjun ke dunia pendidikan, apakah ingin fokus bekerja? kalau di Jepang langsung bisa ke LPK Jepang. Sedangkan jika kamu tetap ingin kuliah di dunia pendidikan dan mengembangkan relasi, serta mampu secara finansial, kamu bisa belajar sastra Jepang.
Dan kalau ditanya mana yang lebih mudah, dua-duanya sama saja bukanlah hal yang mudah. Di LPK tentu ada tuntutan atau tekanan pribadi mengenai waktu. Tentunya dengan bergabung di LPK Jepang, Anda ingin bisa segera berangkat ke Jepang untuk bekerja, menerima gaji, dan segera mendapatkan kembali modal. Sebaliknya untuk mencapai hal tersebut kita harus melalui proses yang panjang, mulai dari belajar bahasa, mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita dan proses mendapatkan pekerjaan tersebut tentunya bukanlah suatu hal yang mudah. Sementara itu, saat masuk perguruan tinggi, kita juga akan kesulitan membagi waktu belajar. Kita perlu tahu bagaimana mengatur waktu antara belajar bahasa Jepang dan mata pelajaran lain, apalagi mengikuti organisasi. Dan tidak hanya itu, di semester terakhir juga harus menulis skripsi, saya yakin itu bukan hal yang mudah. Jadi diantara keduanya, tidak ada yang mudah dan tidak ada yang lebih unggul.
ADVERTISEMENT