Konten dari Pengguna

Arah Baru Ekonomi Jakarta Dampak Perang Dagang

Mohammad Ichsan Verianto
Mohammad Ichsan Verianto, Bachelor of Economics from Universitas Airlangga. Interest in Regional Economics, Public Policy, Green Economics & Environment, and Finance.
14 Mei 2025 10:37 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Arah Baru Ekonomi Jakarta Dampak Perang Dagang
Pasca ibu kota pindah, bagaimana masa depan Jakarta? Dari pusat bisnis hingga hub semikonduktor, ini potret peran baru Jakarta dalam peta ekonomi dan industri nasional ke depan.
Mohammad Ichsan Verianto
Tulisan dari Mohammad Ichsan Verianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Proses Perbaikan Ekonomi
Pemindahan ibu kota negara Indonesia dari Jakarta ke Nusantara menjadi salah satu langkah strategis pemerintah untuk menciptakan pemerataan pembangunan nasional terutama dalam jangka panjang. Proses pemindahan saat ini masih berlangsung, sebagian besar berfokus pada pembangunan infrastruktur dan fasilitas dasar. Dari sini muncul sebuah keingintahuan tentang bagaimana Jakarta ke depan setelah proses pemindahan ibu kota negara?
Ilustrasi Jakarta sebagai Pusat Perdagangan dan Bisnis Nasional. Foto: Aleksandr Medvedkov/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jakarta sebagai Pusat Perdagangan dan Bisnis Nasional. Foto: Aleksandr Medvedkov/Shutterstock
Jawaban yang pasti adalah Jakarta akan tetap menjadi pusat bisnis dan perputaran uang nasional meskipun ibu kota administratif pindah. Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Khusus Jakarta mencatat perekonomian Jakarta tumbuh 4,90% (yoy) pada 2024 dengan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sekitar Rp 3.679,36 triliun. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibanding 2023 yang sebesar 4,96%.
ADVERTISEMENT
Hampir semua sektor lapangan usaha di Jakarta pada 2024 mengalami pertumbuhan positif, seperti sektor penyediaan akomodasi & makan minum, konstruksi, serta transportasi & pergudangan. Tercatat paling tinggi pertumbuhan akumulatif sektor lapangan usaha sekitar 6-8%.
Selain itu, faktor eksternal juga mempengaruhi dinamika perekonomian Jakarta, seperti perang dagang ronde ke-2 antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang dimulai pada bulan April 2025. Perang dagang ini mempengaruhi banyak sektor industri, termasuk sektor elektronik, teknologi, dan otomotif.
Perusahaan elektronik dan otomotif multinasional seperti Apple Inc. yang sebelum perang dagang bergantung pada produksi di Cina, sekarang mulai mencari lokasi alternatif untuk produksi. Indonesia dengan keunggulan biaya tenaga kerja lebih rendah dan pasar domestik yang besar menjadi destinasi menarik bagi perusahaan multinasional untuk melakukan relokasi. Jakarta sendiri melalui kolaborasi dengan pemerintah pusat harus mengoptimalkan peluang di sektor industri elektronik, teknologi, dan otomotif ini.
ADVERTISEMENT
Tren Industri Otomotif
Pasar domestik otomotif Indonesia masih fluktuatif cenderung turun di tengah menghadapi tantangan global dan fiskal. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tentang penjualan ritel mobil nasional menunjukkan bahwa pada kuartal 1 tahun 2025 mencapai 210.483 unit. Terhitung turun sekitar 5-7% (yoy) jika dibandingkan pada kuartal 1 tahun 2024 atau masih di level moderat.
Ilustrasi Perkembangan Industri Otomotif Indonesia. Foto: Gorodenkoff/Shutterstock
Penjualan kumulatif mobil nasional pada 2024 diperkirakan sekitar 0,86 juta unit atau di bawah target sebelumnya berdasarkan data yang dikutip dari Gaikindo. Segmen mobil keluarga seperti multi purpose vehicle (MPV) dan low cost green car (LCGC) masih mendominasi, sementara kemunculan merek produk Cina dan model electric vehicle (EV) juga semakin meramaikan pasar.
Dilihat dari kondisi ekspor industri otomotif nasional dengan pusatnya di Jakarta menunjukkan performa yang beragam. Menurut data Gaikindo, ekspor kendaraan dalam bentuk lengkap atau completely built up (CBU) sepanjang 2024 tercatat sekitar 472.194 unit, terhitung turun 6,5% daripada 2023 yang diakibatkan oleh permintaan global melemah. Ekspor mobil dalam bentuk terurai atau complete knock-down (CKD) juga mengalami penurunan sekitar 30% menjadi 46.311 unit.
ADVERTISEMENT
Data yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menjelaskan tentang nilai ekspor kendaraan dan komponennya kecuali sepeda motor yaitu pada kuartal 3 tahun 2024 tercatat meningkat sebesar US$ 2,57 miliar dibanding periode sebelumnya. Pertumbuhan ekspor ini sejalan dengan fokus pemerintah untuk mendukung daya saing industri otomotif.
Peluang Industri Otomotif
Pemerintah menerapkan kebijakan insentif fiskal, seperti insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) pada kendaraan ramah lingkungan untuk mendukung pertumbuhan sektor industri otomotif terutama kendaraan listrik. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia dan menjadikan Jakarta sebagai pusat penting dalam transisi energi di sektor industri otomotif.
Perang dagang juga memberikan peluang bagi Jakarta untuk meningkatkan produksi dan ekspor mobil listrik yang lebih ramah lingkungan. Hal ini disebabkan banyak negara di dunia yang mengadopsi kebijakan kendaraan bebas emisi.
ADVERTISEMENT
Peluang besar dalam pengembangan industri otomotif dapat dioptimalkan, bahkan sampai pada tingkat turunannya seperti sub sektor industri semikonduktor. Peluang ini sebenarnya terbuka untuk semua daerah di Indonesia secara terhusus bagi Jakarta.
Pengembangan Industri Semikonduktor
Jakarta juga mempunyai peluang besar dalam pengembangan pusat industri otomotif sub sektor semikonduktor di tingkat nasional maupun global. Kebutuhan akan semikonduktor kian pesat seiring dengan perkembangan industri otomotif, teknologi, dan manufaktur yang dipengaruhi oleh perubahan kebijakan di seluruh dunia.
Perang dagang antara AS dan Cina telah mempengaruhi perkembangan sub sektor industri semikonduktor global. Berdasarkan data yang dikutip dari The Semiconductor Industry Association (SIA), ekspor semikonduktor AS ke Cina turun sebesar 27% pada 2024 akibat pembatasan ekspor pemerintah AS. Fenomena ini membuka peluang bagi negara-negara seperti Indonesia untuk mengisi kekosongan pasokan dan menarik investasi di sektor semikonduktor.
Ilustrasi Konsep Artificial Intelligence pada Chip Semikonduktor. Foto: Ken stocker/Shutterstock
Secara global, sub sektor industri semikonduktor tengah mengalami kenaikan permintaan dan investasi. Menurut Deloitte, penjualan chip global tumbuh sekitar 19% di tahun 2024 yaitu mencapai US$ 627 miliar dan diperkirakan meningkat sekitar US$ 697 miliar pada 2025. Peningkatan ini dipicu oleh kebutuhan chip untuk kecerdasan buatan generatif atau artificial intelligence (AI), pusat data, dan otomotif AI.
ADVERTISEMENT
Beberapa negara seperti AS dan Uni Eropa mengucurkan triliunan dolar untuk mendorong produksi lokal chip dalam program CHIPS Act. Tujuan program ini untuk menghadapi persaingan geopolitik dan gangguan rantai pasok chip atau semikonduktor global.
Indonesia sendiri juga mulai menyusun strategi serupa. Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi salah satu dari tujuh negara produsen chip global yang diprioritaskan IPEF (Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity), dan menjajaki kemitraan dengan AS dalam kerangka US-Indonesia Roadmap for Cooperation.
Selain itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meyakinkan dengan keunggulan Indonesia yaitu terletak pada melimpahnya kepemilikan sumber daya alam sebagai bahan baku industri semikonduktor. Sumber daya alam tersebut seperti pasir kuarsa (silika) yang ditemukan di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Riau, dan Bangka Belitung. Pemerintah bahkan merencanakan pelarangan ekspor pasir silika domestik pada 2027 agar bahan baku semikonduktor tersebut dimanfaatkan di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia juga telah menyusun “Peta Jalan Semikonduktor Nasional” yang menekankan pada pembangunan fasilitas desain chip (fabless) di Indonesia. Lebih rinci, fokus peta jalan ini pada pengembangan sumber daya manusia berteknologi tinggi, dan pembangunan smelter silikon berbasis pasir silika.
Peta jalan semikonduktor nasional dalam jangka menengah dapat mendorong investasi pabrik wafer yaitu fabrikasi bahan baku menjadi bahan jadi. Selain itu, terdapat juga manfaat positif seperti transfer teknologi dari perusahaan global. Semua itu dapat terealisasi jika didukung oleh adanya insentif fiskal serta infrastruktur yang memadai.
Berdasarkan fakta bahwa beberapa kemajuan telah dicapai oleh Indonesia seperti pada bulan Juli 2024, Indonesia mengundang tim Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk mengkaji ekosistem semikonduktor nasional. Lebih lanjut, pada bulan Agustus 2024, Presiden Jokowi juga meresmikan “Wiraraja Smart Eco Industrial Park” di Batam sebagai kawasan industri hijau untuk mendukung ekosistem semikonduktor.
ADVERTISEMENT
Posisi Jakarta
Posisi Jakarta sendiri adalah sebagai wilayah pusat pengembangan teknologi industri semikonduktor, bukan pusat pengelolaan. Kurang ideal jika Jakarta dijadikan sebagai pusat pengolahan industri semikonduktor karena beberapa alasan, seperti keterbatasan lahan dan biaya tinggi, risiko lingkungan dan kepadatan, serta kebutuhan infrastruktur khusus misalnya pasokan listrik yang stabil, air ultra murni, dan jaringan logistik untuk ekspor cepat.
Jakarta lebih layak menjadi pusat bisnis, penelitian dan pengembangan, serta kebijakan regulasi industri maupun investasi teknologi semikonduktor dibandingkan sebagai pusat pengolahan. Sedangkan daerah yang potensial untuk dijadikan sebagai pusat pengolahan industri semikonduktor seperti Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kawasan Industri Kendal, Kawasan Industri Karawang dan Bekasi, dan Kawasan Wiraraja Smart Eco Industrial Park Batam yang saat ini sudah mulai dilakukan pengembangan.
ADVERTISEMENT
Namun, yang terpenting bagi Jakarta maupun bagi wilayah pengembangan pengolahan industri semikonduktor di Indonesia adalah masing-masing dapat menciptakan multiplier effect ke aktivitas perekonomian. Manfaat ini diharapkan dapat berdampak positif terhadap perekonomian daerah pengembang industri secara khusus maupun nasional. Selain itu, orientasi pengembangan industri semikonduktor ini diharapkan dapat mengacu pada pengelolaan bisnis yang berkelanjutan.
Optimisme Kemajuan Ekonomi
Kebijakan strategis dan komitmen pemerintah dapat membuka peluang besar, meskipun investasi industri semikonduktor di Indonesia sendiri masih pada tahap awal. Peluang ini dapat berbentuk seperti kerja sama government-to-government, insentif pajak, serta pembangunan infrastruktur industri. Investor juga akan melihat bahwa Indonesia menawarkan pasar domestik yang besar dan berpotensi diintegrasikan dengan industri otomotif (kendaraan listrik & hibrida) serta energi terbarukan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia harus memberi dukungan untuk memaksimalkan potensi Jakarta sebagai pusat atau hub teknologi industri semikonduktor. Dukungan ini diharapkan dapat menarik investasi dalam jangka pendek-panjang, mendukung transformasi digital nasional, dan mengurangi ketergantungan impor komponen elektronik.
Jakarta sendiri perlu memperkuat ekosistem industri semikonduktor untuk merebut peluang pengembangan. Pembangunan infrastruktur teknologi, peningkatan kapasitas riset, dan penyederhanaan regulasi investasi menjadi kebijakan fundamental yang penting untuk dilakukan.
Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan investasi di sektor industri semikonduktor. Dengan didukung infrastruktur yang memadai, Jakarta dapat menjadi tempat potensial bagi pengembangan industri semikonduktor nasional terutama dalam jangka panjang.