Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Setinggi Menara Parisian
10 Mei 2018 21:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Icu Selvia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Siang itu suasana dibording masih sama seperti biasanya, penuh dengan suara obrolan-obrolan. Ada yang saling berbagi pengalaman, ada juga yang sedang menghubungi keluarganya ditanah air lewat telepon genggam, dan ada juga yang sedang becanda ria dengan teman lainnya.
ADVERTISEMENT
"libur besok kita main ke taman panda, yuk..?" ajak dari salah satu teman saya.
"ayuk.. ayuk.." serentak teman-teman yang lain pun menjawab.
Karena saya masih baru disini dan belum genap empat bulan, saya pun tidak banyak pertanyaan atau komentar, saya hanya bisa mengikuti apa yang mereka rencanakan untuk libur di hari public holiday besok lusa.
Hari berganti dan saatnya libur pun datang. Seperti biasa girang dan senangnya saya kala libur, seakan bisa menghirup udara yang benar-benar bebas.
Saya pun bergegas pergi menuju bording untuk bertemu teman-teman, rutinitas setiap kali saya libur yang dituju hanyalah bording tempat berkumpul bersama teman-teman satu agency.
Untuk menuju bording saya harus naik bis, karena jarak dari rumah majikan kebording lumayan jauh.
ADVERTISEMENT
Setelah sesampainya dibording teman-teman ternyata sudah menunggu saya, dan tidak lama kemudian kami pun bergegas pergi menuju tempat tujuan.
Ditengah jalan, "kok bisnya malah muter?.." celetukan dari salah satu teman saya dengan penuh pertanyaan.
"ini kita naik bis no berapa?.." dengan rasa bingung dan penasaran dia masih bertanya-tanya. Saya hanya bisa terdiam karena saya baru disini dan tidak tahu jalan. "ya, kita salah naik bis" ujar teman saya lainnya.
Dan pada akhirnya kami pun harus turun ditengah perjalanan, karena bis yang kami tumpangi salah nomber, bis yang kami tumpangi no 25x dan bis yang seharusnya kami tumpangi adalah no 25, tanpa x. Kami turun pas sebrang menara parisian, tak melewatkan momen kami pun menyempatkan untuk berfoto.
ADVERTISEMENT
Saat itu pertama kalinya saya melihat menara parisian dan kepala saya pun terus mengadah keatas bahkan mata saya hanya fokus kepuncak menara itu.
Dalam benak dan hati saya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan, "seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun menara ini?.."
"berapa jumlah materi yang harus dikeluarkan?.."
"berapa banyak orang yang dipekerjakan dalam pembangunan?.."
"Dan seberapa lama menara ini bisa berdiri kokoh seperti sekarang ini?.. "
"andai menara ini tak punya puncak, seperti apa wujudnya?.."
"Setinggi Menara ini kesuksesan yang harus saya bangun", seolah olah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak dan hati saya.
Parisian Macau, sebuah menara yang memotivasi saya untuk membangun dan mewujudkan semua mimpi-mimpi saya.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan semua mimpi saya, saya hanya butuh waktu seperti pembangunan menara parisian yang pastinya banyak memakan waktu.
Banyak orang yang harus saya korbankan, diantaranya kedua anak saya yang harus saya tinggalkan, dan kedua orang tua saya yang harus saya beri beban untuk mengasuh dan mengurus kedua anak saya, serta anggota keluarga lainnya. bukan seberapa jumlah materi yang harus dikeluarkan.
Kekuatan dan kesabaran dalam menjalaninya, serta doa-doa dari mereka yang menyertai setiap langkah.
Selalu berbagi adalah hal yang harus saya lakukan dengan begitu orang lain akan merasakan kesuksesan saya. Bukankah menara parisian bisa dinikmati orang lain, tidak hanya jadi kebanggaan yang membuatnya saja.
Mewujudkan serta membuktikan bahwa saya bisa dan mampu seperti puncak menara parisian, andai menara itu tanpa puncak mungkin akan terlihat ketidak sempurnannya hal nya dengan mimpi saya tanpa mewujudkannya sama saja kesuksesan saya pun tidak sempurna.
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang TKW memang bukan cita-cita saya, tetapi jika menjadi TKW bisa mewujudkan mimpi dan cita-cita saya kenapa tidak. Dan kalau bukan diri saya sendiri yang mewujudkannya siapa lagi, kalau bukan dari sekarang kapan lagi.