Konten dari Pengguna

Sumbangsih Pemuda Papua Mewujudkan Tanah Papua Lestari

6 November 2019 17:35 WIB
clock
Diperbarui 2 Desember 2019 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ID COMM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: YIDH
zoom-in-whitePerbesar
Foto: YIDH
ADVERTISEMENT
Dinamika di Papua yang terjadi belum lama ini mengingatkan kita bahwa keterlibatan dan peran nyata Orang Asli Papua dalam kegiatan pembangunan yang berkelanjutan di wilayah ini sangatlah penting. Pemuda Papua, bisa menjadi aktor utama dalam menciptakan perubahan dan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebanggaan terhadap tanah kelahirannya dapat diwujudkan lebih jauh melalui gagasan strategis, inovasi, pemberdayaan teknologi dan pemanfaatan sumber daya alam Tanah Papua.
ADVERTISEMENT
Billy dan Kak Zie: Wirausahawan Sosial Muda Papua yang Tidak Hanya Asal Bicara
Papua telah memiliki Peta Jalan Pertumbuhan Hijau dan kebijakan-kebijakan pendukung lainnya untuk mengarahkan pembangunannya secara berkelanjutan. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan untuk mengatasi tantangan di lapangan yang ada saat ini.
Billy Gracia Mambrasar, pendiri “Kitong Bisa”, sebuah organisasi yang menggiatkan pembangunan kapasitas melalui pendidikan kewirausahaan dan Bahasa Inggris. Saat ini “Kitong Bisa” telah memiliki 158 orang staf dan relawan yang menjalankan program di 9 titik belajar dan membina hingga 900 anak didik di seluruh Tanah Papua.
Billy memperkenalkan beragam profesi kepada siswa SD hingga SMA di 9 pusat belajar Kitong Bisa yang tersebar di Jayapura, Merauke, Yapen, Raja Ampat dan Sorong. Foto: Billy Mambrasar
Salah satu penggerak pemuda Papua lainnya adalah Eldona Vallenzie Sokoy, pemilik kedai kopi “Coffee and You”, dan merk tas dan pakaian “Coconout Tree Land” mengakui, “Kita punya sumber daya alam yang begitu kaya, tapi kurang dukungan sumber daya manusia. Ini terjadi karena banyak pemuda Papua yang saat ini hanya mengikuti tren dan berlindung dalam pekerjaan yang aman dan nyaman. Padahal banyak pemuda Papua yang pandai. Oleh sebab itu kita yang masih muda ini, harus selalu bersemangat dan terus memberi bukti kepada masyarakat. Kita perlu action dan bukan hanya sebatas bicara lantang di media sosial.”
ADVERTISEMENT
Kak Zie dan dua bisnisnya, yaitu Coffee & You dan Coconut Treeland. Foto: Eldona Vallenzie Sokoy
Perempuan yang akrab disapa Kakak Zie ini tidak sembarangan bicara, karena ia telah membuktikan keberhasilannya melalui dua bisnis yang tengah ditekuninya. Setiap usaha Kak Zie selalu disertai muatan kampanye sosial, antara lain untuk menyelamatkan tarian tradisional Papua, gugahan untuk menanam pohon, menyelamatkan hutan sagu, menghentikan penganiayaan terhadap anak, hingga himbauan untuk mengurangi pemakaian kantong plastik saat berbelanja. Kampanye lain yang ia lakukan adalah mempromosikan usaha komunitas lokal seperti kopi Papua dan gambar ukiran Papua, yang ia kemas menarik ala anak muda. Bekerja sama dengan Universitas Ottow Geisler di Jayapura, Kak Zie juga menjalankan program beasiswa kepada mahasiswa sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaannya.
“Adat istiadat kita menempatkan peran perempuan di bawah laki-laki. Tetapi kaum perempuan tidak perlu merasa seperti itu. Kita hidup di zaman modern, maka kita sebagai perempuan Papua harus maju dan bisa berdiri di depan. Kita bisa berbuat sesuatu untuk keluarga dan masyarakat. Jangan tanyakan apa yang sudah Papua berikan padamu, tapi tanyakan apa yang sudah kau berikan untuk Papua,” cetus Kak Zie.
ADVERTISEMENT
Kak Zie dan Billy adalah dua dari banyak pemuda Papua yang telah mengecap pendidikan tinggi dan memimpin pergerakan pemuda Papua untuk membangun daerahnya. Peran mereka pun sudah diakui oleh Pemerintah Dareah dan kerap diminta untuk menjadi perwakilan pemuda di berbagai proses penyusunan kebijakan publik di Tanah Papua. Apresiasi khusus dari pemerintah di tingkat nasional juga sudah dibuktikan oleh Billy, di mana ia baru saja dinobatkan menjadi Duta Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) oleh Kementerian Bappenas pada Oktober 2019 lalu.
Memastikan Pembangunan Papua yang Berkelanjutan
Tanah Papua, adalah satu-satunya wilayah di Indonesia dengan tutupan hutan yang relatif masih utuh. Papua tercatat sebagai pemilik Kawasan hutan terbesar di Asia Tenggara dengan luas mencapai 31 juta hektar. Hal yang sama juga terdapat di Papua Barat, di mana sebagian besar lahannya masih didominasi hutan. Kondisi lansekap ini sekaligus menjadikan Papua dan Papua Barat sebagai provinsi penghasil beragam komoditas unggulan di antaranya coklat, kopi, vanilla, rumput laut, serta budidaya ikan dan udang.
ADVERTISEMENT
Foto: YIDH
Menimbang pentingnya kelestarian alam, BAPPENAS, sebagai ‘dapur’ perencana pembangunan di Indonesia mendefinisikan pembangunan tidak hanya sebagai kegiatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial, namun juga merupakan upaya untuk mempertahankan keberlanjutan lingkungan hidup. Pandangan ini berangkat dari fakta bahwa kesejahteraan manusia untuk mempertahankan hidup pada akhirnya bergantung pada kemampuan alam untuk menyediakan berbagai sumber daya.
Berdasarkan argumen tersebut, di tahun 2015, Bappenas menerbitkan Peta Jalan Pertumbuhan Hijau (Green Growth Plan) yang mengatur kebijakan, perangkat dan metode yang dirancang untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berpusat pada rakyat dapat mewujudkan kemakmuran jangka panjang bagi seluruh masyarakat Indonesia di kurun waktu 35 tahun mendatang.
Pemerintah Papua dan Papua Barat sadar bahwa kekayaan sumber daya alam mereka bisa menjadi daya ungkit pembangunan daerahnya. Belajar dari pengalaman provinsi lainnya dalam mengelola sumber daya alam mereka, dan sejalan dengan arahan Peta Jalan Pertumbuhan Hijau, Papua dan Papua Barat menempatkan konsep keberlanjutan sebagai prinsip utama pembangunan mereka. Lebih jauh, keberlanjutan diartikan sebagai relevansi dalam mengikuti kemajuan teknologi dan menjaga kelestarian lingkungan secara selaras untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Menyadari kekayaan alam kami, pemerintah Papua memutuskan untuk mengusung visi pembangunan berkelanjutan Papua atau Visi 2100 Papua yang menjadi dasar pembangunan periode 2018 hingga 2023. Untuk itu, perlu digali sumber-sumber penerimaan baru yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan maupun dari kegiatan ekonomi lainnya yang tidak bersifat ekstraktif,” tutur Freddy Moele, Kepala Bidang Ekonomi, BAPPEDA Provinsi Papua.
Mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan tersebut, Provinsi Papua telah menyiapkan berbagai instrumen; antara lain Green Growth Plan (GGP), Green Economic Growth (GEG), Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon (PPRK), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Di samping itu, untuk mengakselerasi pembangunan di Tanah Papua, pemerintah pusat menyediakan dana otonomi khusus (otsus) yang sudah dikucurkan sejak tahun 2002 hingga 2016 dengan total nilai sebesar Rp 47,9 triliun. Bahkan untuk tahun 2020, dana otsus yang siap digelontorkan pemerintah pusat adalah sebesar Rp 8,37 triliun. Selain itu, di target tahun yang sama, pemerintah juga mengalokasikan Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) sebesar Rp 4,68 triliun.
ADVERTISEMENT
“Semua upaya terkait pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam di Papua harus selaras dengan GGP, GEG, PPRRK, dan RTRW yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Jika masyarakat Papua ingin mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari kekayaan alam yang tersedia, maka semua pelaku pembangunan harus mematuhi rambu-rambu yang telah disiapkan. Jangan sampai kita lalai dan merusak ‘ibu’, yaitu alam kita sendiri,” tutup Freddy.
*****
Ni Komang Arianti
Manajer Komunikasi untuk Yayasan IDH