Konten dari Pengguna

Melanjutkan Kurikulum Merdeka

Ida Farida
Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Cakrawala Institute
6 Mei 2024 11:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ida Farida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak  ceria sedang merayakan HUT kemerdekaan RI (Dok:pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak ceria sedang merayakan HUT kemerdekaan RI (Dok:pribadi)
ADVERTISEMENT
Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei lalu, salah satu poin dari pidato Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim adalah agar kebijakan Merdeka Belajar yang Ia rintis dan galakkan dapat dilanjutkan oleh pemerintahan selanjutnya. Merdeka Belajar adalah trademark atau kebijakan yang khas dari Mas Menteri, dan bisa dikatakan kebijakan ini adalah kebijakan yang inovatif dan kreatif dengan memunculkan paradigma dan program baru dalam dunia pendidikan kita. Merdeka Belajar yang digagas oleh mantan Bos Gojek tersebut terbagi dalam beberapa episode, salah satu yang saat ini menjadi pembicaraan dan menjadi terobosan besar adalah Kurikulum Merdeka.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari situs Kemendikbud (2004), Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan yang mengubah paradigma dalam mewujudkan pembelajaran berkualitas dan sebagai upaya untuk menjawab berbagai tantangan zaman dan isu terkini, seperti perubahan iklim, literasi finansial, literasi digital, literasi kesehatan, dan pentingnya sastra dalam memperdalam kemampuan literasi murid. Kurikulum Merdeka sendiri merupakan kurikulum terbaru yang tengah disosialisasikan ke satuan pendidikan yang diluncurkan sejak 2022.
Adaptif dengan Era Digital dan Memudahkan Guru
Yang menarik, kurikulum Merdeka menciptakan adanya transformasi pembelajaran, bukan hanya di daerah perkotaan dan di sekolah dengan fasilitas memadai, tapi di seluruh Indonesia, termasuk daerah tertinggal. Karena dalam hal ini, Kemendikbudristek meluncurkan Awan Penggerak guna memudahkan guru di daerah yang tidak memiliki koneksi internet stabil untuk mengakses perangkat ajar dan modul pelatihan di PMM secara offline (luar jaringan). Jadi bisa dikatakan Kurikulum Merdeka sangat adaptif dengan perubahan zaman, salah satunya sangat relevan dengan era digital saat ini. Di mana kita tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, desa dan kota atau pusat dan daerah. Dengan fleksibilitas dan adaptif dengan teknologi informasi, Kurikulum Merdeka dapat membantu mengurangi atau bahkan menghilangkan disparitas anatara pendidikan di perkotaan dan pedesaaan.
ADVERTISEMENT
Bahkan menurut beberapa sumber, Kemendikbudristek juga telah mendistribusikan lebih dari 15 juta eksemplar (716 judul) buku bacaan berjenjang yang menarik telah disusun dan dikirim ke lebih dari 5.900 PAUD dan lebih dari 14.500 SD di daerah tertinggal, disertai dengan pelatihan untuk mengelola buku dan menggunakannya dalam pembelajaran. Selain itu, PGP telah berjalan dari angkatan 1 sampai dengan angkatan 9 dan menjangkau 502 kab/kota di 38 provinsi di Indonesia, termasuk 1.792 guru di daerah khusus/intensif/3T.
Tidak hanya itu, untuk meringankan beban guru, dokumen yang wajib disusun hanya kurikulum operasional satuan pendidikan dan rencana pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, menurut Mendikbudristek Nadiem Makarim kedua dokumen ini bisa dibuat secara sederhana. RPP bahkan boleh hanya satu halaman, sesuai Permendikbudristek No. 16/2022 tentang Standar Proses. Maka tidak ada kewajiban membuat modul ajar yang kompleks dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
ADVERTISEMENT
Pengembangan Karakter dan Fleksibel
Ada ciri khas lain yang menonjol dari Kurikulum Merdeka, karena dirancang dengan prinsip-prinsip sebagai berikut. Pertama, pengembangan karakter yang menekankan pada kompetensi spiritual, moral, sosial, dan emosional murid, baik dengan pengalokasian waktu khusus maupun secara terintegrasi dengan proses pembelajaran, seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Kedua, fleksibel. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kompetensi murid, karakteristik satuan pendidikan, dan konteks lingkungan sosial budaya setempat. Ketiga, fokus pada muatan esensial sehingga berpusat pada muatan yang paling diperlukan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter murid. Dengan demikian, tenaga pendidik memiliki waktu yang memadai untuk melakukan pembelajaran yang mendalam dan bermakna.
Oleh karena itu, dengan berbagai keunggulan di atas, hendaknya walaupun kelak berganti pemerintah ataupun berganti Mendikbudristek, Kurikulum Merdeka sangat layak untuk dilanjutkan untuk masa depan pendidikan Indonesia lebih baik. Semoga!
ADVERTISEMENT