Revitalisasi Pendidikan Vokasi Melalui Merdeka Belajar

Ida Farida
Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Cakrawala Institute
Konten dari Pengguna
23 Maret 2024 13:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ida Farida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Program vokasi yang dilakukan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Rabu (30/11/2022). Foto: Dok. BPSDMI Kemenperin
zoom-in-whitePerbesar
Program vokasi yang dilakukan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Rabu (30/11/2022). Foto: Dok. BPSDMI Kemenperin
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak era digital muncul, dunia berubah begitu cepat, kebiasaan lama diganti oleh kebiasaan baru yang hampir semuanya bergantung pada akses internet, termasuk dunia lapangan kerja. Hadirnya digitalisasi dalam semua sektor berimbas pada dunia lapangan kerja. Sebagai contoh sederhana, penjaga pintu tol saat ini semua digantikan oleh palang pintu otomatis dengan hanya menempelkan kartu yang sudah terisi dengan uang digital (e-money).
ADVERTISEMENT
Sudah barang tentu yang paling tragis adalah dunia jurnalistik di mana koran cetak satu per satu berguguran karena tergantikan oleh media media online yang lebih fresh dan kekinian seperti media Kumparan misalnya.
Maka dalam fenomena seperti ini, adaptasi adalah kunci, siapa yang tidak berinovasi maka pelan-pelan akan mati digilas oleh zaman yang serba cepat. Era digital juga disebut sebagai Revolusi Industri 0.4, beberapa lompatan besar perubahan masyarakat dari era pra-primitif, modern hingga masyarakat digital saat ini kita kenal karena adanya revolusi industri, dari revolusi 1.0 hingga revolusi industri 4.0 seperti dalam buku Schwab (2016) yang diluncurkan pada World Economic Forum di Davos, Swiss beberapa tahun yang lalu.

Pentingnya Pendidikan Vokasi di Era Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 yang melahirkan masyarakat digital mengubah semua dimensi kehidupan, termasuk ekonomi, politik, militer dan peperangan, tentu saja pendidikan sebagai fondasi pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai tumpuan pembangunan sumber daya manusia, maka penyelenggaraan pendidikan tinggi vokasi dituntut untuk lebih modern.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu jika kita lihat ke bekalang, Mendikbud Nadiem Makarim meluncurkan Merdeka Belajar episode ke-26 yang bertujuan untuk mengakomodasi penyelenggaraan pendidikan vokasi yang modern sekaligus mempercepat transformasi pendidikan tinggi vokasi di Indonesia untuk menghadapi revolusi Industri 4.0.
Menurut Mas Menteri, Kemendikbudristek telah meluncurkan dua episode Merdeka Belajar yang secara spesifik berfokus pada transformasi dan revitalisasi pendidikan vokasi di Indonesia. Meski demikian, menurut mantan Bos Gojek tersebut, masih banyak lagi episode-episode Merdeka Belajar lainnya yang berdampak sama meskipun tidak langsung di bidang vokasi.
Dalam hal ini, menurutnya, hingga saat ini sudah ada 500 ribu mahasiswa baik vokasi maupun nonvokasi yang telah meninggalkan kampus dan belajar di luar kampus melalui skema Merdeka Belajar untuk belajar di industri.
ADVERTISEMENT
Para mahasiswa tersebut difasilitasi oleh pemerintah untuk belajar selama enam bulan di berbagai industri seperti teknologi, dan sebagainya. Harapannya adalah ketika mereka kembali ke kampus, para mahasiswa ini telah memiliki skills yang relevan dengan industri dan ini adalah program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Lebih lanjut, salah satu pendiri Gojek tersebut menjelaskan dua episode Merdeka Belajar yang telah dirancang spesifik di bidang vokasi, yakni SMK Pusat keunggulan dan Kampus Merdeka Vokasi. Kampus Merdeka Vokasi sendiri fokus pada dua program unggulan, yakni Matching Fund Vokasi dan juga Competitive Fund Vokasi. Oleh karena itu menurutnya, kedua episode Merdeka Belajar tersebut menekankan pada kolaborasi lintas sektor, termasuk kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dan dunia industri.
ADVERTISEMENT

Kolaborasi Menjadi Kunci

Namun yang paling penting menurut Mendikbud Nadiem adalah adanya kolaborasi lintas sektor sehingga revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi dapat terwujud, mengingat dua dimensi pendidikan vokasi yang sangat penting, yaitu kebekerjaan dan atau kewirausahaan lulusan serta dimensi kemitraan dan penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Jika dilihat dari data, pendidikan vokasi dengan berbagai kolaborasinya tumbuh pesat. Menurut data Kemendikbud (2024) untuk capaian pendidikan dan pelatihan vokasi, yaitu 1.851 SMK pelaksana program SMK Pusat Keunggulan dari tahun 2021 hingga 2023; 1.785.872 siswa menerima manfaat dalam program SMK Pusat Keunggulan dari tahun 2021 hingga 2023; Rp 643,17 miliar investasi industri yang dihasilkan dari program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (Matching Fund) dengan melibatkan 720 industri dan 769 SMK pada tahun 2022 dan 2023; Rp 203 miliar investasi yang dihasilkan dari program Matching Fund Pendidikan Tinggi Vokasi dengan melibatkan 504 mitra industri dari tahun 2021 hingga 2023; 202.457 orang peserta program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dari tahun 2020 hingga 2023; 87.311 orang peserta program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) dari tahun 2020 hingga 2023; serta 37.492 orang guru kejuruan, kepala sekolah, dosen yang mengikuti upskilling dan reskilling berstandar industri dari tahun 2020 hingga 2023.
ADVERTISEMENT
Dengan masifnya era digital membuat pendidikan vokasi menjadi sangat vital guna melahirkan SDM yang memiliki skill mumpuni dan unggul sehingga siap menalukkan dunia industri yang semakin kompetitif. Merdeka Belajar membuka jalan untuk merevitalisasi pendidikan vokasi di negeri ini, semoga kelak industri dalam negeri dikuasai oleh alumni-alumni pendidikan vokasi yang kompeten dan tangguh menghadapi perubahan zaman.