Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Komunitas BMI Fotografer AToP, The ABR, dan Vintage Hunting Foto Sambil Galang Dana
12 September 2018 4:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Ida Royani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
MEI FOO, BI- - Sebanyak 35 juta lebih terkumpul dari penggalangan dana yang dilakukan oleh komunitas BMI fotografi AToP, the ABR, dan Vintage dalam 2 minggu.
ADVERTISEMENT
Komunitas BMI fotografi AToP pada Minggu (19/8) bertempat di tenda putih, taman Mei Foo, menggalang dana dengan cara foto sambil menyumbang, siapa saja yang ingin motret dan berfoto akan disediakan make up termasuk bajunya.
“Kami segenap keluarga komunitas fotografi AToP ikut berduka cita atas bencana yang menimpa saudara-saudara kita di Lombok,” ujar Wida panitia acara tersebut. Penggalangan donasi untuk Lombok, kata Wida, kami salurkan ke Forum Medis dan Aksi Kemanusiaan (Me-DAN) Indonesia.
“Alhamdulillah, sudah kami kirim dana penggalangan berjumlah IDR 24.439.596 kemudian dapat tambahan dari Ifemo IDR 1.294.046. Terimakasih kepada semua donatur,” imbuh Wida.
“Posko MeDAN berada di Dusun Karang Jurang, Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara NTB. Kegiatan mereka menangani di beberapa cluster seperti, cluster logistik yaitu pembagian sembako dan keperluan sehari-hari, cluster kesehatan yaitu menyediakan layanan pengobatan gratis 24 jam, cluster sarana dan prasarana yaitu menyediakan hunian sementara berupa shelter, dan cluster pendidikan, untuk cluster ini dibuat setelah cluster hunian selesai,” terang Wida.
Sebelumnya, pada Minggu (12/8) Komunitas fotografi the ABR dan Vintage juga telah menggelar hunting charity yakni acara motret sambil beramal. Bertempat di Instagram Pier –HKU, panitia menyediakan 4 orang model dan 3 MUA (make up artis) untuk pemotretan yang secara sukarela membantu panitia untuk kelancaran acara.
ADVERTISEMENT
Anisa, salah satu dari model, mengatakan bahwa acara tersebut menarik. “Tidak ada alasan buat saya untuk menolak kegiatan positif, seperti hunting foto apalagi basicly saya mencintai dunia fotografi walaupun masih newbie dan konsep acara juga sederhana yakni casual beauty,”aku Anisa.
Rizkum, panitia dari the ABR menyampaikan bahwa komunitas BMI fotografi turut berempati atas musibah gempa di Lombok. “Karena kami adalah sebuah komunitas fotografi jadi kami menggalang dana dengan cara memotret, dari kegiatan memotret kami memiliki inisiatif dengan cara memotret sambil beramal, kita mengundang semua teman teman BMI fotografer untuk ikut serta meluangkan waktu menghadiri acara penggalangan dana untuk gempa Lombok,” terang Rizkum.
Dari acara hunting charity tersebut terkumpul dana sebesar HKD 5420 ( Rp 10.010.000). “Donasi kita salurkan melalui the ABR Peduli (berpusat di Jakarta). Jadi kami dari The ABR punya rekening account sendiri, nantinya the ABR pusat menyalurkan pada korban bencana gempa di Lombok,” imbuh Rizkum.
ADVERTISEMENT
Nuna, panitia dari Vintage, menambahkan sebagai BMI di Hong Kong kami turut berduka atas musibah yang menimpa Lombok. “Semoga saudara kita yang berada di Lombok diberi kesabaran dan ketabahan atas musibah ini, dengan sedikit rizki yang kami kumpulkan mudah-mudahan mampu meringankan sedikit beban saudara kita yang ada Lombok NTB,” harap Nuna.
“Alhamdulillah, acara yang bermula dari jam 11 hingga petang jam 17.30 berjalan lancar,” tutup Nuna.
Kepada pembaca Berita Indonesia yang tertarik dengan komunitas BMI fotografi berikut profil ketiga komunitas tersebut.
AToP
AToP (Art Teste of Photography) adalah wadah belajar bagi BMI Hong Kong untuk memperdalam tentang fotografi dan dibimbing oleh Mokh Yohan Syah . “Jika ingin bergabung bisa datang langsung di belakang tenda putih Mei Foo dari jam 10 hingga 5 sore,” kata Wida, ketua komunitas BMI fotografi AToP Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Menurut Wida, pemilik akun facebook Wida Bella S’lalu Stya tersebut, saat ini anggotanya kurang lebih 90 orang. “Ke depan kami ingin sekali bikin workshop untuk menambah lagi ilmu dan pengalaman tentang fotografi. Namun kendalanya pada biaya dan kami belum berpengalaman mengundang tokoh profesional dari Indonesia maupun dari Hong Kong sebagai narasumber,” ungkap Wida.
Untuk foto tema street photography maupun poto landscape, kata Wida, juga diajarkan dan diadakan namun porsinya sedikit. “Menurut kami, hal tersebut dikarena di Indonesia, untuk usaha kebanyakan yang dibutuhkan adalah model dan wedding, jadi di AToP kami fokuskan untuk mendalami skill pemotretan dengan tema tersebut,” jelas Wida.
the ABR
The ABR singkatan dari the Art Boundless Romance. Komunitas yang mempunyai puluhan ABR lover ini saat sekarang terdapat 7 anggota resmi yang di pimpin oleh Rizkum Rkw.
ADVERTISEMENT
“Kami mendirikan the ABR Hong Kong untuk wadah BMI bagi pecinta fotografi di wilayah Hong Kong. Untuk diketahui the ABR sendiri tidak hanya ada d Hong Kong, tapi the ABR ada di Taiwan, Korea, Jepang, Malaysia, dan pusatnya di Jakarta,” terang Rizkum.
Lebih lanjut Rizkum mengatakan bahwa ke depan the ABR berharap bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan BMI Hong Kong pecinta fotografi. “Mudah-mudahan BMI peminat fotografi semakin banyak dan silakan jika ingin bergabung, kita tiap awal bulan mengadakan hunting foto, di situ kita saling tukar pengalaman, dan mudah-mudahan nanti kita bisa buat workshop fotografi,” kata Rizkum.
Vintage
Vintage adalah sebuah komunitas fotografi yang tujuanya untuk belajar maupun saling berbagi ilmu tentang fotografi. “Saat sekarang anggota Vintage sekitar 50 orang. Bagi yang berminat dengan dunia fotografi bisa bergabung dengan komunitas Vintage. Biasanya kita ngumpul di Mei Foo, “ kata Nuna Kimchi, ketua Vintage.
ADVERTISEMENT
Menekuni bidang fotografi memang banyak kendalanya, ujar Nuna, diantaranya adalah soal waktu dan biaya.
“Kalau dibilang berat diongkos enggak juga! Karena pada dasarnya hasil foto itu tergantung cara pengambilan dan pengolahanya bukan karena kamera atau lensa yang mahal. Dan tak cuma DSLR saja, karena pakai mirolles pun juga bisa menghasilkan foto yang bagus, semua tergantung pada cara pengolahan,” terangnya. (idr)
Catatan: Artikel ini telah dimuat di media cetak Berita Indonesia Hong Kong edisi September 2018.