Cara Unik Pemerintah Jepang Dorong Pertumbuhan Penduduknya

Ida Ayu
Part-Time Civil Servant, Full-Time Mom
Konten dari Pengguna
11 Maret 2021 18:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ida Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Khawatir dengan angka kelahiran yang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Jepang menerapkan sejumlah kebijakan untuk mendorong laju pertumbuhan penduduknya.
Situasi rush hour salah satu statsiun di Tokyo, Jepang. Sumber : Wikipedia.
Selama beberapa dekade terakhir, Jepang terus mengalami penurunan angka kelahiran. Bahkan sepanjang tahun 2020, angka kelahiran di Jepang tercatat hanya kisaran 872.000 kelahiran saja. Bandingkan dengan Indonesia yang jumlah kelahirannya bisa mencapai 4-5 juta kelahiran per tahunnya. Cukup jauh ya perbandingannya.
ADVERTISEMENT
Situasi ini tentunya mengkhawatirkan bagi pemerintah dan membahayakan pertumbuhan ekonomi ke depannya. Jumlah penduduk usia produktif terus berkurang, sebaliknya jumlah penduduk manula terus bertambah setiap tahunnya (aging population). Diproyeksikan pada tahun 2060, jumlah penduduk negeri Sakura ini akan menyusut menjadi 87 juta orang saja dan 40% di antaranya berusia 65 tahun ke atas.
Kenapa Angka Kelahiran di Jepang Terus Menurun?
Salah satu penyebabnya adalah karena banyak pasangan enggan mempunyai anak. Biaya untuk membesarkan anak tidaklah sedikit. Apalagi jika tinggal di kota metropolitan seperti Tokyo dan Osaka, biayanya bisa berlipat ganda. Khawatir tidak mampu membiayai anak dengan baik, tak jarang pasangan di Jepang lebih memilih untuk memelihara anjing atau kucing untuk menemani masa tua mereka.
Seorang anak sedang asik bermain di taman. Sumber : Dokumen Pribadi.
Ketidakpastian lapangan pekerjaan juga menjadi hambatan bagi para pria muda untuk menikah. Tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap menjadikannya kandidat yang kurang ideal di mata wanita. Tak sedikit juga wanita yang cenderung menunda untuk menikah karena mengejar karier dan menunggu datangnya Mr. Perfect. Sama halnya dengan pesan orang tua kita, selalu ingat bibit, bebet, dan bobot dalam memilih pasangan. Karena menunda terlalu lama, banyak pasangan menjadi kesulitan memiliki keturunan karena sudah melewati usia produktif.
Seorang ibu dan anaknya tampak sedang berjalan-jalan menikmati bunga sakura yang bermekaran. Sumber : Dokumen Pribadi.
Selain itu, di Jepang juga sudah tertanam pembagian peran pria dan wanita dalam rumah tangga. Pria diwajibkan untuk mencari nafkah bagi keluarga dan wanita ditugaskan untuk mengurus orang tua dan mengasuh anak di rumah. Menjadi seorang Ibu di Jepang juga dituntut untuk membesarkan anak yang berhasil dan sukses dalam sistem pendidikan yang kompetitif. Sementara para ayah bekerja keras hingga larut malam dan sering kali diharuskan bersosialisasi dengan rekan kerja sepulang kantor.
ADVERTISEMENT
Lalu Bagaimana Strategi Pemerintah Jepang untuk Mengatasinya?
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah meluncurkan sejumlah insentif untuk mendorong pasangan muda menikah dan memiliki anak, di antaranya dengan :
Dukungan Dana Pernikahan
Sejak tahun 2018, sejumlah pemerintah daerah di Jepang memberikan subsidi dana pernikahan bagi pasangan muda di bawah umur 34 tahun. Subsidi ini diharapkan akan membantu pasangan muda yang ingin memulai hidup baru untuk membayar sewa rumah dan juga memenuhi kebutuhan sehari-hari di awal pernikahannya. Namun santunan ini tidak diberikan sembarangan, khususnya menyasar pasangan yang dipandang kurang mampu dengan penghasilan di bawah ¥ 3,4 juta (sekitar Rp 450 juta) per tahunnya. Kebijakan ini juga belum berlaku secara nasional dan baru diimplementasikan di 257 kota di Jepang.
ADVERTISEMENT
Dukungan Dana Kesehatan
Karena banyak pasangan yang mengalami kesulitan untuk memiliki anak, pemerintah juga memberikan dukungan dana untuk keperluan program kehamilan seperti perawatan Vitro Fertilization dan Micro Fertilization. Hal ini dilakukan karena jenis perawatan ini umumnya tidak tercakup dalam asuransi kesehatan dan biayanya cukup besar.
Seorang bayi yang baru lahir di salah satu rumah sakit di Tokyo, Jepang. Sumber : Dokumen Pribadi.
Santunan Dana Melahirkan
Para calon Ibu di Jepang juga bisa mengajukan Childbirth and Childcare Lump-Sum Grant untuk membantu meringankan beban biaya melahirkan di Jepang yang cukup besar. Dana santunan ini dapat diberikan dengan beberapa persyaratan, seperti misalnya telah terdaftar dalam sistem asuransi (baik dari Pemerintah maupun perusahaan tempat bekerja) dan telah memasuki masa kehamilan lebih dari 85 hari.
Dana Tunjangan Anak
Dana tunjangan anak dapat diberikan kepada keluarga yang dianggap kurang mampu mulai dari anak tersebut lahir hingga berusia 12 tahun.
ADVERTISEMENT
Pemberian Cuti Melahirkan (Maternity Leave) dan Cuti Mengurus Anak (Child Care Leave)
Hampir sama dengan Indonesia, jumlah cuti melahirkan di Jepang adalah 98 hari, 6 minggu sebelum, dan 8 minggu setelah melahirkan. Tidak hanya itu, mereka juga dapat mengajukan subsidi kepada Pemerintah jika perusahaan tidak membayarkan gajinya selama cuti. Di luar itu, orang tua yang baru memiliki anak juga dapat mengajukan cuti untuk mengurus anaknya (child care leave) dan masih berhak dibayarkan gajinya.
Situasi salah satu tempat penitipan anak di Jepang. Sumber : Dokumen Pribadi.
Penambahan Fasilitas Penitipan Anak
Penambahan fasilitas penitipan anak telah digalakkan terutama di kota-kota besar. Namun kendati sudah ditambahkan, masih belum dapat memenuhi kebutuhan. Untuk fasilitas penitipan anak yang disubsidi pemerintah daftar antreannya masih sangat panjang. Sementara untuk fasilitas penitipan swasta dengan biaya sendiri, harganya juga terbilang mahal.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence sebagai Agen Perjodohan
Dan strategi yang terbaru, saat ini Jepang tengah mengembangkan artificial intelligence sebagai agen biro jodoh. Harapannya dengan memanfaatkan teknologi AI akan lebih mudah untuk mencari jodoh yang sesuai dengan keinginan.
Banyak sekali ya insentif yang diberikan Pemerintah Jepang untuk meningkatkan angka kelahiran penduduknya, mulai dari pemberian tunjangan melahirkan dan anak hingga pemanfaatan teknologi artificial intelligence. Insentif ini tidak hanya terbatas bagi warga negara Jepang saja, namun juga dapat diberikan bagi warga negara asing yang berdomisili di Jepang. Tentunya terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan berbagai fasilitas di atas. Semoga saja insentif-insentif yang diberikan ini akan semakin efektif mendorong laju pertumbuhan penduduk di Jepang ke depannya.
ADVERTISEMENT