Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sakral, Abhiseka Samapta Dwiyottama Siwala dan Parisudha Agung Candi Prambanan
13 November 2024 9:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Candi Prambanan, salah satu warisan budaya Hindu terbesar di Indonesia, menjadi saksi ritual bersejarah pada Selasa (12/11/2024). Untuk pertama kalinya, upacara Abhiseka Samapta Dwiyottama Siwala dan Parisudha Agung Paripurna berlangsung secara bersamaan. Kedua upacara suci tersebut berfungsi sebagai Pujawali atau Piodalan Candi Prambanan, yang penentuannya berdasarkan perhitungan kalender Sasih.
ADVERTISEMENT
Hadir tujuh orang pendeta untuk memimpin upacara yang berlangsung khidmat ini. Selain itu, hadir pula tokoh-tokoh agama dan masyarakat seperti Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi, Sekretaris Sabha Pandita PHDI Pusat, serta para pemuka agama Hindu dari berbagai daerah. Mereka semua membawa doa dan harapan untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian di Nusantara. Tidak ketinggalan, tokoh-tokoh penting seperti Ketua Umum PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum Panitia Hari Suci Nyepi 1947 Gede Narayana, dan Kepala Dinas Kebudayaan Badung I Gede Eka Sudarwitha, juga turut hadir.
Menjaga Warisan Leluhur dan Pesan Toleransi
Ritual sakral kali ini mengingatkan akan sejarah panjang peradaban Hindu di Indonesia. Candi Prambanan yang didirikan pada abad ke-9 Masehi telah menjadi pusat spiritual yang sarat akan nilai-nilai toleransi dan kedamaian. Ketua Umum PHDI Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, dalam sambutannya menekankan bahwa Candi Prambanan adalah simbol kuat toleransi antarumat. Ia mengingatkan kembali pesan Bhinneka Tunggal Ika yang lahir dari kebijaksanaan leluhur, serta ajaran Panca Satya yang menjadi dasar moral untuk membangun persatuan dan keharmonisan.
ADVERTISEMENT
“Candi Prambanan adalah lambang dari kebersamaan dalam keberagaman, yang terus kita warisi hingga kini. Pesan leluhur melalui candi ini adalah ajakan untuk memupuk toleransi,” ujar Wisnu Bawa. Ia menambahkan, semangat ini semakin relevan di tengah masyarakat modern yang beragam seperti Indonesia. Wisnu Bawa juga mengajak seluruh umat Hindu untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur ini, demi masa depan Indonesia yang damai.
Proses Penentuan Waktu Abhiseka dan Parisudha Agung
Penetapan waktu pelaksanaan upacara Parisudha Agung Paripurna melalui proses panjang dan mendalam. Sebelumnya, PHDI Pusat mengadakan Focus Group Discussion (FGD) pada Oktober 2023 di Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa, Denpasar, Bali. Diskusi tersebut menghadirkan pakar arkeologi dan wariga yang memastikan waktu pelaksanaan berdasarkan kalender Sasih. Hasilnya, Abhiseka dan Parisudha Agung Paripurna jatuh pada “Ekadasi Suklapaksa Margasira” atau empat hari sebelum Purnama Sasih Kelima.
ADVERTISEMENT
Keajaiban terjadi tahun ini karena tanggal tersebut jatuh tepat pada 12 November 2024, bertepatan dengan upacara Abhiseka yang telah rutin pelaksanaannya sejak 2019. Tentu peristiwa ini adalah momen langka. Abhiseka dan Parisudha Agung Paripurna yang pelaksanaannya bersamaan ini memberikan simbol harmonisasi antara tradisi kalender Sasih dan perhitungan modern.
Perdana dan Sakral
Upacara Parisudha Agung Paripurna menjadi sebuah momentum penting dalam upacara sakral Hindu di Indonesia. Sebagai tambahan informasi, Abhiseka Candi Prambanan telah dilakukan enam kali berturut-turut sejak 2019 dan sebagai Piodalan bagi candi tersebut. Namun tahun ini, untuk pertama kalinya menggelar Parisudha Agung Paripurna. Ini sebagai wujud sinergi antara agama dan tradisi. Di sisi lain, sinergi ini mencerminkan kekuatan spiritual Hindu yang terus hidup di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Upacara sakral ini juga menjadi panggilan bagi umat Hindu untuk menguatkan rasa persatuan. Prambanan adalah simbol kekuatan, tempat di mana umat Hindu dapat bersatu dalam doa dan peribadatan. Momentum sekaligus panggilan untuk menjaga warisan leluhur.
Doa untuk Kedamaian Nusantara
Doa bersama menjadi salah satu sesi utama dalam Ritual Abhiseka dan Parisudha Agung Paripurna di Candi Prambanan ini. Seluruh umat yang hadir mengucapkan doa-doa suci untuk kemakmuran dan kedamaian Indonesia. Mereka berharap, kekuatan spiritual Candi Prambanan dapat menjaga persatuan dan kedamaian masyarakat di tengah keberagaman bangsa.
Oleh karenanya, pelaksanaan upacara ini tidak hanya memperingati sejarah peradaban Hindu, tetapi juga mengukuhkan komitmen umat Hindu dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur.