Konten dari Pengguna

Tradisi Santi Puja, Merawat Destinasi Wisata Pura di Pantai Ngobaran Gunungkidul

I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya
Dosen Ekonomi Makro di Universitas Buana Perjuangan Karawang, Penulis Profesional, Pegiat Sosial, Sekretaris Umum Dewan Pengurus Nasional KITA IHC, Motivator
14 November 2024 18:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bagian dari upacara suci Santi Puja di Pura Segara Wukir Pantai Ngobaran Gunung Kidul (Foto: Purwanto)
zoom-in-whitePerbesar
Bagian dari upacara suci Santi Puja di Pura Segara Wukir Pantai Ngobaran Gunung Kidul (Foto: Purwanto)
ADVERTISEMENT
Umat Hindu di Gunungkidul bersama rombongan Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) dari Jabodetabek menggelar upacara Santi Puja yang sakral. Upacara ini dilaksanakan di Pura Segara Wukir Pantai Ngobaran, salah satu pura yang menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam, pada Selasa, 12/11/2024. Acara Santi Puja ini bertujuan memohon restu Ida Shang Hyang Widhi Wasa agar tercipta keharmonisan hidup bagi manusia dan alam semesta.
ADVERTISEMENT
Guru Mangku Made Meliun Suyasa, Ketua PSN Korwil DKI Jakarta, memimpin rombongan yang terdiri dari para pinandita dari Jabodetabek. Upacara suci Santi Puja selanjutnya dipimpin oleh sulinggih Ida Resi Bhunjangga Wainawa Kerthananda, yang membimbing seluruh rangkaian acara. Sebanyak 90 pinandita, pria dan wanita, turut hadir untuk mengikuti ritual ini.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua PHDI Kabupaten Gunungkidul, Purwanto atau Romo Mangku Mas Pur, menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran para pinandita dari Jabodetabek. “Kehadiran PSN dari Jabodetabek memberi semangat bagi eksistensi Pura Segara Wukir dan umat Hindu di Gunungkidul,” ungkapnya. Menurutnya, kedatangan para pinandita memperkuat ikatan spiritual antara Pura Segara Wukir dan umat Hindu dari berbagai daerah.

Destinasi Wisata Sejarah dan Spiritual di Gunungkidul

Purwanto menceritakan sejarah Pura Segara Wukir yang erat kaitannya dengan sosok Prabu Brawijaya V. Menurut cerita setempat, Prabu Brawijaya V, raja Majapahit terakhir, pernah melakukan pertapaan di Paseban Pura Segara Wukir Pantai Ngobaran. Di sana, ia konon mendapat petunjuk dari Hyang Maha Kuasa untuk meninggalkan atribut kerajaan dan menjalani laku sebagai seorang pendeta.
ADVERTISEMENT
“Prabu Brawijaya V mendapat petunjuk untuk madheg Pandita neruske laku. Ia meninggalkan segala atribut Majapahit di Pantai Ngobaran ini,” jelas Romo Mangku. Saat bertapa dengan penuh kesungguhan, tubuh sang prabu bersinar layaknya kobaran api. Selanjutnya, masyarakat menyebut Paseban tersebut dengan sebutan Ngobaran, yang berarti kobaran api. Melalui pertapaannya, Prabu Brawijaya mencapai keabadian sebagai Pandita Agung atau Hyang Lelawu, menjadi simbol kekuatan spiritual di tanah Jawa.
Saat ini, Pura Segara Wukir kini menjadi pusat peribadatan umat Hindu, tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga dari seluruh Indonesia. Keberadaan pura di kawasan wisata Pantai Ngobaran menjadikannya destinasi wisata unggulan Yogyakarta. Keunikan arsitektur, cerita sejarah, dan nilai spiritual pura ini menarik wisatawan, baik yang datang untuk beribadah maupun sekadar ingin menikmati keindahan dan keunikan budaya lokal.
ADVERTISEMENT
Umat Hindu Gunungkidul berbaur bersama rombongan Pinandita Sanggraha Nusantara dari Jabodetabek menggelar Santi Puja (Foto: Purwanto)

Penataan Kawasan Kanista Mandala Pura

PHDI Kabupaten Gunungkidul terus melakukan penataan pada Kanista Mandala Pura Segara Wukir Ngobaran, area terluar dari kompleks pura. Penataan ini meliputi pemasangan paving serta pembangunan pondasi untuk pagar penyengker. Ke depan, PHDI juga berencana membangun Candi Bentar di Kanista Mandala, yang akan memperkuat kesan sakral dan megah dari kawasan ini.
“Penataan lingkungan Kanista Mandala sangat penting untuk memberi rasa nyaman, damai, dan tenteram kepada pengunjung,” ujar Romo Mangku. Menurutnya, dengan lingkungan yang tertata baik, Pura Segara Wukir akan semakin menarik sebagai tempat wisata sekaligus tempat peribadatan. Upaya ini sekaligus memperkuat nilai tradisi dan budaya dalam kawasan pura.
Selain itu, Romo Mangku menjelaskan bahwa Kanista Mandala Pura Segara Wukir menjadi pusat upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu di Gunungkidul dan Yogyakarta. Prosesi Melasti, yang bertujuan untuk membersihkan diri dan menyucikan alam, adalah bagian penting dari perayaan Nyepi yang pelaksanaannya setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Pada saat Nyepi, umat Hindu di Yogyakarta dan sekitarnya berbondong-bondong ke Pura Segara Wukir untuk Melasti. Ritual ini menjadi momen introspeksi spiritual dan penyucian alam, sekaligus melestarikan tradisi budaya Hindu di daerah tersebut. Selain itu, masyarakat setempat juga memanfaatkan Kanista Mandala untuk menggelar Upacara Labuhan di bulan Suro, ritual yang penuh makna spiritual dan budaya.
Penataan kawasan Kanista Mandala Pura Segara Wukir Ngobaran sebagai upaya meningkatkan kenyamanan kepada pengunjung (Foto: Purwanto)

Keharmonisan Spiritual dan Alam di Pura Segara Wukir

Upacara Santi Puja di Pura Segara Wukir tidak hanya mempererat hubungan spiritual umat Hindu, tetapi juga memperkokoh komitmen untuk menjaga kelestarian alam. Di samping itu, doa-doa nan agung agar keberadaan Pura Segara Wukir bisa memberikan manfaat, baik bagi alam sekitar maupun masyarakat luas.
Sebagai destinasi wisata budaya, Pura Segara Wukir menjadi daya tarik utama di Pantai Ngobaran. Keindahan alam yang berpadu dengan nilai sejarah dan spiritual membuat tempat ini istimewa di hati masyarakat Yogyakarta. Selain itu, warisan leluhur yang dilestarikan melalui upacara-upacara suci mencerminkan dedikasi umat Hindu untuk menjaga harmoni dengan alam.
ADVERTISEMENT
Penataan dan perawatan oleh PHDI Gunungkidul menunjukkan bahwa Pura Segara Wukir bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga cagar budaya yang harus memerlukan upaya pelestarian. PHDI juga terus berupaya mengajak umat, masyarakat dan pemerintah untuk berpartisipasi. Sehingga, tradisi dan warisan ini harapannya terus hidup dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.