Messi dan Argentina: Tentang Kerja Keras, Dedikasi dan Kesabaran

idham choliq
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Peneliti di PUSAD UMSurabaya dan
Konten dari Pengguna
19 Desember 2022 14:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari idham choliq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: wallhaven.cc
zoom-in-whitePerbesar
Foto: wallhaven.cc
ADVERTISEMENT
Terlahir sebagai fans Argentina mungkin adalah takdir. Terkadang saya juga heran, entah kenapa, saya betul-betul menyukai Timnas Argentina.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, jika dilacak, sejak kecil saya tumbuh sebagai anak yang memang ditakdirkan untuk mencintai Argentina karena mungkin lingkungan saya, saat kecil, dulu banyak yang mencintai Timnas Argentina.
Kesukaan pada Timnas Argentina tentu disebabkan oleh banyak hal. Akan tetapi kesukaan akan sesuatu, dalam bahasa lain, menjadi fans sepak bola atau fans pada K-Pop, misalnya, tidak perlu mencari apa alasan yang logis-rasional. Jelas kita akan kesusahan menemukan jawabannya.
Satu hal yang pasti, Argentina memiliki legenda seperti Maradona. Namanya sering disebut-disebut saat saya masih kecil. Tetapi saat pertama kali saya menonton Argentina di piala dunia 2002, Maradona sudah tidak bermain. Dia sudah pensiun saat umur saya masih 4 tahun.
Saat Pildun 2002 ada beberapa pemain Argentina yang masih saya ingat, misalnya Batistuta, Veron, dan Crespo. Juga Zanetti. Terutama Veron yang karena kepalanya gundul plontos itu hingga saat ini masih saya ingat samar-sama kepalanya. Dan waktu itu saya selalu begitu yakin bahwa kepalanya akan mampu membuahkan gol bagi Argentina.
ADVERTISEMENT
Mencintai Argentina terus berlanjut hingga muncullah manusia mungil, dengan skil yang sangat mumpuni, mampu menyihir penonton dan sentuhan-sentuhan magisnya yang selalu tidak bisa di akal lagi.
Awal kemunculannya, saya mendengar bahwa dia mengalami gangguan hormon pertumbuhan/growth hormon disorder (GHD). Tetapi setelah si bocah kecil itu pindah ke Barcelona FC, ia dibantu mendapatkan perawatan sehingga si bocah kecil itu mampu tumbuh layaknya seorang atlit sepak bola. Berdasarkan pengakuan teman sengkatannya di La Masia, Cesc Fabregas. "Di Barcelona Messi sempat kesulitan akibat fisiknya yang terlalu kecil dan kurus. Setelah itu, dia berkembang sedikit demi sedikit menjadi lebih bertenaga" Kenang Fabregas
Kemunculannya di Barcelona juga menjadi perantara awal saya menyukai klub Catalan ini. Tetapi bukan hanya karena Messi saya mencintai Barcelona tetapi juga karena sejarahnya, filosofinya, para pemain hingga pelatih yang sampai saat ini saya kagumi, Pep Guardiola.
ADVERTISEMENT
Saya betul-betul menyukai Messi hingga akhirnya saya banyak sekali menonton pertandingan baik saat ia membela klub Barcelona FC lebih-lebih di Tim Nasional.
Saya kadang berpikir bahwa saya sangat beruntung hidup di zaman era Messi. Sebagai pencinta sepak bola, Messi adalah kado terindah yang telah diberikan Tuhan. Tetapi Messi bukan hanya sekadar kado, ia juga sebagai role model.
Ada banyak alasan yang bisa dikaitkan kepada Messi sebagai role model. Pertama tentang arti kerja keras. Kedua, tentang dedikasi. Ketiga, tentang kesabaran.
Pasang surut penampilan nya di Tim Tango kadang menjadi bahan kritik kepada dirinya.
Debutnya di Pildun 2006 mengantarkan namanya di panggung sepak bola dunia. Meski saat itu Argentina hanya sampai 16 besar, nama Messi mulai menjadi bahan perbincangan. Piala Dunia selain tentang perebutan juara, ia juga ajang pertujukan bagi pemain muda agar dilirik dunia khususnya klub-klub besar. Messi berhasil menampilkan magisnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian di tahun 2010 ia tampil kembali namun hanya mengantarkan Argentina sampai di Perempat Final. Hingga akhirnya Messi membawa Tim Tango ke Final di tahun 2014.
Momen itu menurut saya adalah momen pembuktian bagi Messi pada dunia. Mampukah ia membawa negaranya juara piala dunia. Faktanya ia gagal. Lalu ia kembali harus gagal menjuarai Copa Amerika tahun 2015 ,dan 2016.
Inilah momen heartbreaking bagi Messi. Ia seolah dikutuk tidak mampu memberikan gelar pada negaranya. Hal yang berbanding terbalik yang ia telah berikan kepada Barcelona. Semua gelar bergengsi sudah ia dapatkan bersama Blaugrana.
Tetapi sampai kapan Messi akan mempersembahkan gelar untuk negaranya?
Buah dari kesabaran, kerja keras dan dedikasinya akhirnya Messi seolah kembali terlahir dan mampu berhasil mempersembahkan gelar Copa Amerika 2021 sebuah gelar yang belum bisa diberikan oleh Diego Armando Maradona. Diego pernah menaklukkan dunia tetapi belum bisa memenangkan Copa Amerika.
ADVERTISEMENT
Ia memenangkan gelar Finalissima 2022. Dua kemenangan itu seolah menjadi kepingan, apakah Messi mampu melengkapinya denngan memenangkan gelar piala dunia? Dua gelar terakhir yang ia peroleh di usianya yang sudah cukup tua. Apakah ia mampu menutup karir nya dengan memenangkan gelar piala dunia?
Kepingan itu sekarang telah lengkap. Messi berhasil membawa Argentina juara piala dunia 2022. Sesuatu yang telah lama ia mimpi-mimpikan. Gelar yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Argentina. Gelar yang juga ditunggu oleh Diego.
Kalah di Final yang berturut-turut itu sesuatu yang sangat menyakitkan dan menyayat hati. Jika bukan karena kesabaran, kerja keras dan dedikasinya gelar yang tertunda 8 tahun lalu itu akhirnya ia bisa diraih. Messi bangkit dan membuktikan kepada dunia bahwa ida i adalah G.O.A.T (Greatest of All Time).
ADVERTISEMENT
Sebagai anak yang tumbuh dengan kecintaan sepak bola yang menggebu-gebu, saya berterima kasih kepada Messi yang telah menjadi bagian dari hidup saya sebagai pecinta sepakbola. Saya sangat bersyukur engkau dilahirkan saat saya menjadi fans timnas Argentina. Saya tidak yakin, apakah nanti akan ada pemain seperti Messi untuk ditonton oleh generasi yang akan datang.