Konten dari Pengguna

Manifesto Moral: Mengenang Keteladanan Universal Paus Fransiskus

Muhammad Idris
Dosen di Prodi Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja-Bali
23 April 2025 10:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Idris tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga menunjukkan foto Paus Fransiskus di Kedubes Vatikan untuk Indonesia, Jakarta, Selasa (22/4/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga menunjukkan foto Paus Fransiskus di Kedubes Vatikan untuk Indonesia, Jakarta, Selasa (22/4/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah dunia yang penuh gejolak, intoleransi, dan krisis kemanusiaan, kita menyaksikan hadirnya sosok agung yang menembus sekat-sekat agama dan bangsa: Paus Fransiskus. Ia tidak hanya dikenal sebagai pemimpin spiritual umat Katolik sedunia, tetapi juga sebagai figur moral dunia yang mengusung pesan kasih, perdamaian, dan solidaritas universal. Sosoknya menginspirasi, bukan hanya karena kata-katanya, tetapi karena cara ia menjalani hidup: sederhana, penuh cinta, dan tulus membela martabat manusia.
ADVERTISEMENT
Sejak awal kepemimpinannya, Paus Fransiskus menunjukkan arah baru dalam kepausan, arah yang lebih sederhana, membumi, dan penuh empati terhadap kaum yang termarjinalkan. Ia menolak kemewahan dan lebih memilih hidup sederhana. Ia lebih sering berada di tengah-tengah masyarakat, menyapa para pengungsi, berbicara kepada para tunawisma, dan menjangkau komunitas-komunitas yang selama ini terpinggirkan. Dari sinilah kita melihat teladan yang nyata bahwa kepemimpinan bukan soal kekuasaan, melainkan memberikan pelayanan terbaik dan berdampak.

Manifesto Moral Paus Fransiskus

Namun keteladanannya tidak berhenti pada hal-hal simbolis. Ia membawa sebuah manifesto moral global sebuah seruan nurani yang menembus batas agama, ras, dan ideologi. Manifesto ini bukan berupa dokumen politik, melainkan himbauan hidup: agar manusia modern kembali pada kesadaran bahwa martabat setiap orang harus dihormati,
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus aktif menyuarakan isu-isu penting global: perubahan iklim, keadilan sosial, hak-hak kaum marjinal, dan tentu saja, pentingnya perdamaian dunia. Ia menjadi suara moral yang mengingatkan dunia agar tidak melupakan sisi kemanusiaan dalam pembangunan peradaban modern di abad ini.
Salah satu warisan luar biasa dari Paus Fransiskus adalah komitmennya terhadap dialog lintas iman. Ia percaya bahwa agama, jika dijalankan secara tegak lurus, maka agama bukanlah partisi atau pemisah umat manusia, melainkan jembatan yang menyatukan. Keyakinan ini diwujudkannya secara konkret melalui kolaborasi monumental dengan Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Al-Tayeb. Pada 4 Februari 2019 di Abu Dhabi, keduanya menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan (Watsiqah Al-Ukhuwwah Al-Insaniyyah), sebuah deklarasi bersejarah yang menyerukan persaudaraan, anti-kekerasan, dan penghapusan diskriminasi.
ADVERTISEMENT
Dokumen tersebut tidak hanya menjadi simbol perdamaian antar agama besar dunia, tetapi juga menjadi pijakan moral baru bagi generasi masa depan. Sebuah pesan yang jelas: bahwa dunia tidak akan damai jika kita tidak belajar saling mendengar, saling menghormati, dan hidup berdampingan dalam kasih.

Keteladanan Universal

Lilin menyala di depan gambar mendiang Paus Fransiskus di depan Katedral Bunda Teresa di Pristina, Kosovo, Senin (21/4/2025). Foto: Valdrin Xhemaj/REUTERS
Keteladanan dan pesan perdamaian Paus Fransiskus terasa semakin kuat saat beliau melakukan kunjungan apostolik ke Indonesia pada tahun 2024. Dalam sambutannya di hadapan pemimpin dan tokoh-tokoh lintas agama, Paus menyampaikan apresiasi atas semangat toleransi Indonesia sebagai negara dengan keberagaman yang luar biasa.
Bila kita cermati dan interpretasikan lebih lanjut ungkapan dan pesan Paus selama lawatannya yang menyebutkan bahwa,
Paus juga memberikan pujian bahwa Indonesia sebagai contoh indah dari keberagaman yang bersatu dengan semboyan bernegaranya yaitu Bhineka Tunggal Ika. Tetapi keberagaman ini adalah anugerah yang harus terus dirawat, bukan hanya dengan kebijakan, tetapi dengan hati. Membangun bukan hanya infrastruktur, tetapi juga jembatan kasih antara anak-anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Pesan tersebut menjadi cermin bagi para pemimpin kita bahwa membangun bangsa tidak hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan jiwa. Di tengah arus pragmatisme dan kepentingan politik yang sering menenggelamkan nilai, suara seperti ini adalah pengingat untuk kembali pada esensi untuk melayani, bukan menguasai.
Figur Paus Fransiskus akan selalu dikenang sebagai pemimpin dunia yang memilih kasih daripada kekuasaan, dialog daripada dominasi, dan solidaritas daripada sekat. Dalam dunia yang sering terpecah oleh perbedaan, ia hadir membawa pesan yang menyatukan. Ia adalah bukti hidup bahwa keberanian moral dan kelembutan hati dapat seiring sejalan dalam satu tarikan napas.
Kini, ketika dunia kembali kehilangan salah satu cahaya penuntunnya, kita tidak hanya berduka, tetapi juga berkewajiban untuk menjaga nyala teladan itu tetap hidup dalam tindakan kita sehari-hari.
ADVERTISEMENT

Rest in Love, Pope

Engkau telah meninggalkan dunia, tetapi warisan cintamu akan terus hidup. Dunia tidak akan pernah melupakan jejak damai yang engkau torehkan.