Konten dari Pengguna

Rumah Tempat Paling 'tak' Aman Bagi Anak

Dedi Sulaiman Rawi
Seorang lulusan magister sosiologi Universitas Airlangga yang sedang berjuang untuk kembali menjadi mahasiswa.
6 Juli 2025 0:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Rumah Tempat Paling 'tak' Aman Bagi Anak
Orang tua adalah rumah sekaligus taman bermain bagi anak
Dedi Sulaiman Rawi
Tulisan dari Dedi Sulaiman Rawi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak bermain | sumber: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak bermain | sumber: unsplash.com
ADVERTISEMENT
Di antara banyak karunia yang diberikan kehidupan pada sebuah keluarga, anak salah satu yang barangkali paling dinantikan. Anak tak hanya membawa kebahagiaan, kehadirannya juga selalu dirayakan.
ADVERTISEMENT
Anak kerap kali menjadi tolok ukur kesempurnaan atau setidaknya penanda lengkap dan kurangnya kehidupan rumah tangga. Begitu berharganya kehadiran seorang anak hingga banyak orang menyebutnya sebagai buah hati, buah cinta, dan ada pula yang menganggapnya sebagai hadiah.
Namun, anak bukanlah benda mati, anak butuh ruang untuk berkembang serta tempat yang membuatnya merasa nyaman dan aman.
Orang tua adalah rumah bagi anak
Kita sering mendengar ungkapan "orang tua adalah madrasah pertama bagi anak". Dalam konteks mendidik anak, orang tua memiliki peran yang sangat krusial dalam membentuk karakter dan pengetahuan dasar anak sejak usia dini. Orang tua pula menjadi guru pertama yang mengenalkan dunia pada anak.
Tentu sebagai orang tua tidak cukup hanya menjadi madrasah, akan tetapi juga harus mau menjadi taman bermain bagi anak, tempat paling menyenangkan yang memungkinkan anak mengeksplor dirinya. Dalam hal ini orang tua tidak hanya menjadi pengawas, namun sebagai mitra bermain yang aktif.
ADVERTISEMENT
George Herbert Mead dalam teori perkembangan sosial menjelaskan "play stage" dan "game stage" adalah dua tahap penting dalam proses sosialisasi anak. Play stage adalah tahap ketika anak mulai meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Pada tahap ini pula anak mulai memahami peran-peran tertentu seperti bermain dokter-dokteran atau polisi-polisian (role playing). Sementara itu, game stage adalah tahap ketika anak mulai memahami aturan-aturan dalam permainan dan mulai bisa berinteraksi dengan orang lain dalam konteks permainan yang lebih kompleks, dengan mempertimbangkan peran dan aturan yang ada. Anak mulai menyadari ada peran-peran berbeda dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam permainan yang dimainkan.
Pada masa-masa awal ini peran orang tua tak hanya penting, akan tetapi juga sangat menentukan terhadap karakter dan perilaku anak. Oleh sebab itu orang tua seharusnya hadir dan mendapingi setiap detik penting dalam tumbuh kembang anak.
ADVERTISEMENT
Memang, pola asuh seringkali dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dan tingkat pendidikan orang tua. Namun, itu bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan dalam mendidik anak.
Betapa banyak anak yang terlahir dari keluarga kurang mampu dengan segala keterbatasan namun mereka dapat tumbuh menjadi anak yang beprestasi. Begitupun sebaliknya, tak sedikit anak yang terlahir dari keluarga kelas atas dengan segala fasilitas dan privilege yang dimiliki namun justru tumbuh menjadi anak yang membawa banyak masalah bagi keluarga.
Fakta ini mengajarkan bahwa kemewahan yang paling dibutuhkan anak sebenarnya bukan materi, melainkan orang tua yang mau meluangkan waktunya untuk mendengar, orang tua yang tidak menghakimi ketika anak salah, orang tua yang selalu memberikan pelukan hangat, dan orang tua yang bisa mereka sebut sebagai rumah.
ADVERTISEMENT
Benarkah rumah menjadi tempat paling aman bagi anak?
Kita semua pernah melewati masa kanak-kanak, masa di mana dunia seharusnya menjadi tempat paling menyenangkan. Namun, tidak semua anak beruntung terlahir di lingkungan yang baik, lingkungan yang memungkinkan anak tumbuh dengan baik tanpa harus merasakan luka yang dibawanya hingga dewasa.
Trauma masa kecil seringkali justru berasal dari rumah, mulai dari hal kecil hingga sesuatu yang tidak semestinya disaksikan dan dialami oleh anak. Orang tua yang sejatinya menjadi pelindung bagi anak, namun tanpa mereka sadari justru mereka menggoreskan luka pada batin anak.
Anak sangat rentan menjadi korban kekerasan. Kekerasan tidak selalu berupa fisik, kekerasan bisa berupa verbal maupun psikis namun dampaknya seringkali jauh lebih membekas.
ADVERTISEMENT
Kekerasan yang barangkali sering dialami anak seperti menyaksikan keributan dalam rumah tangga, pertengkaran orang tua, bentakan dan makian yang anak peroleh ketika melakukan kesalahan, atau sekadar dibanding-bandingkan dengan orang lain. Hal ini tampak sepele akan tetapi memberikan beban mental yang cukup berat bagi anak.
Beban mental yang dialami anak akan sangat bepengaruh pada prilaku dan masalah emosional si anak. Pada banyak kasus, anak yang memiliki perilaku kurang baik, gangguan belajar, atau yang diberi label "anak nakal" seringkali memiliki masalah yang mereka alami di rumah, mulai dari kurangnya perhatian orang tua hingga korban perceraian orang tua (broken home).
Tentu setiap orang tua ingin memberikan yang terbaik bagi anak. Dan harus diakui menjadi orang tua memang bukan perkara mudah. Terlebih karena setiap anak memiliki keunikannya sendiri sehingga tidak ada cara mutlak dalam mendidiknya.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, memaki dan menghakimi anak saat melakukan kesalahan tidak baik karena akan menimbulkan ketakutan dan rasa tidak percaya diri pada anak. Namun, memberikan pujian terus menerus ketika anak berprestasi juga tidak selalu baik karena bisa menghasilkan fixed mindset, sebuah kondisi di mana anak cenderung merasa bahwa kemampuan yang dimiliki merupakan bawaan dari lahir.
Maka dari itu orang tua harus mampu memaafkan dan tetap memberi kesempatan anak untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Begitupun sebaliknya, memberikan pemahaman pada anak bahwa pencapaian yang anak peroleh merupakan hasil dari usaha dan kerja keras yang sudah anak lakukan.
Karena pada dasarnya tidak pernah ada anak yang nakal, yang ada hanyalah anak yang kurang beruntung.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini tidak dibuat untuk mendiskreditkan para orang tua. Tak ada yang lebih pantas kita hormati selain orang tua. Tulisan ini dimaksudkan untuk menjadi refleksi agar para orang tua selalu berupaya menjadi sebenar-benarnya rumah bagi anak.