Konten dari Pengguna

Mahasiswa; bukan Agen of Change Melainkan Agen Memperebutkan Kekuasaan

Ifadhatur Rahmah
Mahasiswi aktif STIT Al-Ibrohimy Bangkalan
8 Januari 2025 12:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ifadhatur Rahmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto ilustrasi mahasiswa memperebutkan kekuasaan. Sumber gambar : Canva
zoom-in-whitePerbesar
foto ilustrasi mahasiswa memperebutkan kekuasaan. Sumber gambar : Canva
ADVERTISEMENT
Mahasiswa sering dianggap sebagai kekuatan utama dalam menggerakkan perubahan sosial dan politik. Mereka memiliki kebebasan berpikir, energi yang tinggi, dan motivasi untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Dibekali dengan pengetahuan dan informasi, serta kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang efektif dalam masyarakat. Peran Mahasiswa terhadap Perubahan Mahasiswa memiliki peran penting terhadap perubahan yang terjadi dalam bidang sosial, politik atau bahkan budaya yang sudah yang sudah terkikis. Perubahan yang terjadi dalam bidang sosial tentu harus menggugah para mahasiswa untuk terus menyuarakan kebenaran. Mahasiswa sebagai agen of change karena memiliki pengetahuan serta riset yang mengarah pada fakta. Sehingga mahasiswa memiliki kemampuan untuk berbicara lantang perihal kejadian-kejadian yang tidak menerapkan keadilan atau bahkan hal yang tidak diinginkan. Dalam banyak literatur, mahasiswa sering dianggap sebagai agen perubahan sosial dan politik. Mereka dipandang memiliki potensi besar untuk membawa transformasi dalam masyarakat melalui aksi-aksi kolektif, demonstrasi, dan advokasi. Namun, tidak jarang juga terdengar kritikan bahwa sebagian mahasiswa lebih mementingkan perebutan kekuasaan daripada mengupayakan perubahan yang sejati. Politik Kampus dan Ambisi Pribadi Politik kampus sering kali menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengejar ambisi pribadi mereka. Pemilihan badan eksekutif mahasiswa (BEM), senat mahasiswa, atau organisasi kampus lainnya sering kali diwarnai dengan kompetisi sengit untuk meraih posisi berpengaruh. Bahkan organisasi ekstra sering dijadikan ajang kompetisi atau bahkan perebutan kekuasaan dengan menjatuhkan lawan. Mahasiswa yang terlibat dalam politik kampus kadang kala lebih fokus pada keuntungan pribadi seperti prestise, jaringan, dan peluang karier di masa depan, daripada mengejar tujuan kolektif yang lebih besar. Pengaruh Eksternal dan Konflik Kepentingan Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa mahasiswa dipengaruhi oleh pihak eksternal, seperti partai politik atau kelompok kepentingan tertentu, yang memiliki agenda tersendiri. Pengaruh ini dapat mengarahkan mahasiswa untuk terlibat dalam perebutan kekuasaan demi kepentingan pihak-pihak peibadi dan tidak menginginkan kepentingan masyarakat luas. Akibatnya,konflik yang terjadi merugikan tujuan utama organisasi mahasiswa. Organisasi merupakan wadah yang bertujuan untuk mengarahkan mahasiswa terus mengeksplor dirinya di dunia luar lewat jalur Organisasi, namun setelah mereka terjun dalam dunia mereka, hal tersebut akan merubah cara pandang mereka untuk mendapatkan kekuasaan dalam kampus. sehingga yang terjadi saat ini adalah yang berkuasa dalam kampus hanya Organisasi tertentu tanpa melibatkan yang lainnya. Dan sangat sulit untuk menjadikan organisasi lain untung mengusungkan dirinya sebagai pemimpin. Hal inilah yang menjadikan konflik satu fakultas hanya karena beda organisasi. Taktik Kotor dan Persaingan Tidak Sehat Dalam memperebutkan di kalangan mahasiswa sering kali melibatkan taktik kotor seperti fitnah, manipulasi, dan intimidasi. Persaingan tidak sehat ini dapat merusak integritas dan moralitas mahasiswa, serta menciptakan atmosfer kampus yang tidak kondusif untuk belajar dan berkreasi. Selain itu, konflik internal dalam organisasi mahasiswa sering kali mengganggu keberlangsungan program-program yang bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar. Bahkan tidak sedikit dari mahasiswa menjatuhkan teman sendiri hanya untuk kepentingan pribadi. Implikasi Sosial dan Akademis Perebutan kekuasaan di kalangan mahasiswa tidak hanya berdampak negatif pada dinamika sosial di kampus, tetapi juga pada prestasi akademis mereka. Mahasiswa yang terlalu fokus pada politik kampus mungkin mengabaikan tanggung jawab akademis mereka, sehingga berpotensi menurunkan kualitas pendidikan yang mereka terima. Selain itu, atmosfer kompetitif yang tidak sehat dapat merusak hubungan antar mahasiswa dan menciptakan polaritas yang tajam di lingkungan kampus. Yang seharusnya terjadi dalam kampus adalah demokrasi yang bisa direalisasikan oleh setiap mahasiswa tanpa menjatuhkan sama lain, yang berguna untuk menjadikan kampus yang lebih baik. Bukan malah menjatuhkan sesama teman kampus karena alasan perbedaan. Perbedaan dalam sosial seharusnya bukan menjadi sebuah permasalahan melainkan sebuah komunitas manusia yang memiliki tujuan yang sama dengan tujuan perubahan untuk kebaikan. Bukan malah bersaing untuk permasalahan dan menjatuhkan nama kampus sendiri. Meskipun mahasiswa memiliki potensi besar sebagai agen perubahan, tidak dapat dipungkiri bahwa perebutan kekuasaan menjadi sisi gelap yang juga perlu diperhatikan. Untuk mengembalikan peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang sejati, diperlukan kesadaran dan upaya bersama untuk meningkatkan integritas, etika, dan fokus pada tujuan kolektif yang lebih besar. Dengan demikian, mahasiswa dapat kembali menjadi motor penggerak perubahan positif yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Mengutip dari mbk Inayah Wahid yang disampaikan pada suatu acara “ Seharusnya yang diutamakan adalah Komunitas, bukan identitas. Perbedaan identitas bukanlah sebuah problem yang melahirkan perpecahan. Salam Mahasiswa.
ADVERTISEMENT