Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Trigger Warning: Menghindar atau Lawan Saja?
28 November 2022 9:04 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ifadatun Nailiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Teman-teman milenial pasti tidak asing dengan istilah trigger warning.
ADVERTISEMENT
Peringatan Pemicu (Trigger Warning) adalah sebuah pernyataan lisan atau tertulis yang memperingatkan pembaca terlebih dahulu terhadap tulisan, audio, atau video yang mengandung konten sensitif, memicu perubahan emosi, dan berpotensi menyusahkan. Dikutip dari Oxford Dictionary, trigger warning diartikan sebagai “a statement at the start of a piece of writing, video, etc. alerting the reader of viewer to the fact that it contains potentially distressing material (often used to introduce a description of such content)”. Trigger warning merupakan salah satu langkah perlindungan yang terutama ditujukan kepada khalayak yang memiliki riwayat gangguan stress pascatrauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
ADVERTISEMENT
Trigger warning saat ini mudah untuk ditemui, seperti di dalam sebuah karya fiksi misalnya alternatif universe (AU) di Twitter atau fanfiction di Wattpad, artikel, dalam film atau tayangan berita di media sosial. Kebanyakan penulis mencantumkan trigger warning diawal konten yang memang mengandung hal sensitif seperti violence, phobia, sexual harassement dan lain-lain sebagai bentuk penghormatan kepada audiens dengan segala kondisi. Bahkan di beberapa platform dari media sosial memunculkan fitur trigger warning yang ditampilkan by system.
Misalnya nih, dalam platform Instagram, kita kadang menemukan postingan yang diberi efek blur bertuliskan “This photo/video contains sensitive content which some people may find offensive or disturbing”. Dari situ kita dikasih kebebasan mau tetap melihat konten itu, atau swipe aja.
ADVERTISEMENT
Juga platform Twitter yang memunculkan fitur mute yang bisa membantu orang-orang untuk menghindari kata-kata tertentu. Contoh, misal kita takut dengan konten mengandung kekerasan, nah ketika kita tidak ingin menemukan konten tentang violence maka kita bisa mengaktifkan fitur mute pada keyword “TW // Violence”, dengan begitu segala konten mengenai kekerasan tidak dimunculkan pada timeline Twitter kita.
Trigger warning dianggap penting untuk menghindarkan mereka dari serangan panik atau mungkin rasa trauma yang muncul kembali. Hal ini sangat didukung dengan pernyataan bahwa individu dengan PTSD sangat memungkinkan mengalami kemunculan ingatan traumanya yang menyakitkan. Jadi dengan adanya trigger warning sebagai panduan atau acuan yang memungkinkan audiens membuat keputusan tentang apakah mereka ingin membaca/menonton konten terkait sebagai bentuk self-care mereka.
ADVERTISEMENT
Meskipun mendapat banyak dukungan oleh khalayak umum, trigger warning diperdebatkan keefektifannya. Veteran Angkatan Darat AS, Benjamin Bellet bersama Richard J. McNally, Profesor Psikologi Klinis Universitas Harvard (2018), bereksperimen dimana memunculkan kesimpulan bahwa trigger warning tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kecemasan, justru mengikis ketahanan individu PTSD terhadap potensi peristiwa traumatis di masa depan serta dunia luar. Trigger warning membuat individu percaya bahwa kata-kata atau konten yang akan dimunculkan berbahaya secara emosional sehingga memicu peningkatan kecemasan secara akut.
Membantu atau tidaknya trigger warning telah menjadi perdebatan sengit dengan argumen dan temuan yang masuk akal dari kedua pihak (pro dan kontra) dikalangan para ahli. Namun, penerapan trigger warning telah meluas di berbagai space sebagai bentuk perlindungan bagi orang atau sekelompok yang kurang beruntung dari segi mentalnya, ditambah pula anggapan bahwa trigger warning merupakan sebuah frasa normatif di lingkungan umum.
ADVERTISEMENT
Jadi bagaimana, trigger warning ini efektif atau tidak?
Dalam pembuatan tulisan ini saya melakukan wawancara dengan beberapa orang yang mengaku memiliki trauma diantaranya terkait sexual abuse, violence, bullying, self-harm dan ketakutan terhadap visual air laut atau samudera yang dalam dan luas (thalassophobia).
80% dari mereka mengaku sangat terbantu atas adanya trigger warning dimana mereka merasa dilindungi dari konten yang ingin dihindari meskipun tau bahwa menghindar bukan langkah yang tepat untuk penyembuhan trauma mereka. “Ya biarkan trauma ini ada pada saya, daripada saya memaksakan diri melihat konten itu demi melawan trauma. Lagipula pasti ada banyak cara lain untuk menyembuhkan tanpa harus menggunakan pemicu trauma ini,” ucap salah satu narasumber dengan violence trauma.
ADVERTISEMENT
Sementara 20% lainnya tidak merasa terbantu dengan trigger warning. “Meskipun ada kesan kaget di awal, tapi saya tidak pernah menghindari konten pemicu trauma saya. Karena bagaimana saya bisa sembuh kalau terus-terusan menghindar, jadi ada atau tidaknya trigger warning tidak terlalu berpengaruh untuk saya,” tutur salah satu narasumber dengan bullying trauma.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa trigger warning banyak diterima karena dinilai membantu para PTSD dalam menjaga kestabilan mentalnya, karena dalam menyembuhkan trauma tidak harus menggunakan konten pemicu yang lebih memungkinkan mengganggu ketenangan emosi dan psikologis mereka.
Teman-teman, terlepas dari efektif atau tidaknya trigger warning, para penulis atau content creator memberikan pemberitahuan dampak apa yang mungkin saja terjadi setelah melihat konten terkait demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan serta merugikan. Selanjutnya keputusan dikembalikan kepada audiens dengan kata lain diberi kebebasan untuk menikmati kontennya, atau mungkin setidaknya audiens bisa mempersiapkan diri dengan segala dampak akan yang terjadi setelahnya. So, be wise to choose content for us to consume!
ADVERTISEMENT
References
Aispa, J. (2018, September 27). Pentingnya tanda trigger warning yang perlu kamu ketahui! Retrieved from Apasih: http://www.apasih.web.id/pentingnya-tanda-trigger-warning-yang-perlu-kamu-ketahui-1922.html
Bellet, B. W. (2018). Trigger warning: empirical evidence ahead. Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 134-141.
Benjamin W Bellet, P. J. (2020). Trigger warnings and resilience in college students: A preregistered replication and extension. PubMed, 717-723.
Jones, P. J. (2020). Helping or harming? the effect of trigger warnings on individuals with trauma histories. SAGE journals, https://doi.org/10.1177/2167702620921341.
Mevagh Sanson, D. S. (2019). Trigger warning are trivially helpful at reducing negative affect, intrusive thoughts, and avoidance. SAGE journals, https://doi.org/10.1177/2167702619827018.
Oxford Learner's Dictionaries. (n.d.). Retrieved from https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/
Pratiwi, R. (2022, Agustus 11). Apakah Trigger Warning dan Content Warning Berguna? Retrieved from ValidNews: https://www.validnews.id/catatan-valid/apakah-trigger-warning-dan-content-warning-berguna
ADVERTISEMENT