Terima Kasih Ayah!

Iffa naila safira
Perempuan kelahiran tahun 2000, yang senang mendengarkan musik dan berbagi cerita.
Konten dari Pengguna
16 Mei 2020 16:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iffa naila safira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ayah dan Anak Perempuannya Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ayah dan Anak Perempuannya Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ayahku adalah sosok yang gigih. Memikul beban berat tapi tak pernah merintih. Keringat dan lelah setia menemaninya menitih hari. Tak peduli mentari atau bulan, teriknya siang atau dinginnya malam, dia terus mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk orang-orang yang dia cintai.
ADVERTISEMENT
Memperbaiki handphone milik orang dengan teliti. Konter HP Surya Cell telah menjadi saksinya selama 10 tahun. Terkadang dia melamun dan berpikir.
Cukupkah rupiah-rupiah ini aku berikan kepada mereka di rumah?” ujarnya membatin.
Tak jarang Ayah menahan nafsunya untuk makan enak, demi istri tercinta dan kedua anaknya. Malangnya, dia lebih memilih tidak makan dan pulang untuk menghemat pengeluaran. Kemudian makan bersama lauk ikan, tahu, tempe dengan orang istimewa di rumah kontrakannya.
Waktu Ayahku masih bujangan hidupnya terbilang makmur. Dia bekerja sebagai manajer gudang di sebuah brand ternama dan bergaji lumayan. Namun, sifat royalnya di masa muda itu tak bisa dibendung. Dia tak segan mentraktir kawan-kawannya berapa pun jumlahnya. Dia tak pernah berpikir untuk menabung. Alhasil, Ayah tak pernah sanggup membeli rumah di tanah Jakarta.
ADVERTISEMENT
Jakarta memang terkenal dengan ramai kotanya. Akan tetapi, harga tanah di kota ini sangatlah mahal dan dia tidak bisa menjangkaunya. Tapi, Ayahku selalu berusaha dan membawa kegembiraan dalam keluarganya. Meskipun, kegembiraan itu tidak berupa materi. Canda tawa, dan peduli kepada anak-anaknya selalu dia pelihara. Karena baginya keluarga adalah harta yang paling berharga.
Sekarang anak sulungnya masih berkuliah di Politeknik Negeri Jakarta dengan beasiswa gratis. Pria kelahiran 1974 ini mengatakan, bahwa tanggung jawabnya sebagai seorang Ayah belumlah berakhir. Dia adalah Pak Deddy, Ayahku. Dia tetap membiayai kebutuhan kuliah anak sulungnya walaupun sudah menerima beasiswa. Ayah tidak pernah lupa akan tanggung jawabnya.
Berprofesi sebagai tukang service HP, tidaklah mudah. Menurutnya, profesi ini membutuhkan pengetahuan dan ilmu yang khusus. Tanggung jawab saat membenarkan HP diperhatikan karena hasil yang didapat sangat bermakna bagi pemiliknya.
ADVERTISEMENT
Aku salut dengan Ayah,walaupun profesi ini selalu dipandang sebelah mata. Setidaknya pekerjaan ini sebuah pekerjaan yang halal. Karena dari pekerjaan ini Ayah dapat membiayai hidup keluarganya. Ayah juga selalu mengajarkan agar tidak mudah putus asa dan selalu bersikap jujur pada orang sekitar.
Itulah hasil perjuangan sosok Ayah, pria terhebatku. Sosok yang sangat sederhana, penuh semangat, tak kenal lelah, tidak pernah mengeluh, dan selalu bersyukur. Siapa sangka sosok sederhana ini punya pikiran dan pandangan yang berbeda dengan orang-orang sekitarnya.
Menurutnya pendidikan adalah hal yang paling utama dalam hidupnya. Walaupun profesi Ayah hanya sebagai tukang service HP, tapi tidak membuat patah semangat untuk membiayakan sekolahku dan adikku ke jenjang yang lebih tinggi. Karena keinginan Ayah ialah anak-anaknya bisa mendapat pekerjaan lebih baik darinya.
ADVERTISEMENT
Dari sosok tukang service HP, aku bisa menempuh pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Aku bangga terlahir di keluarga yang penuh dengan kesederhanaan. Aku bangga menjadi anak seorang tukang service HP. Sehat selalu Ayah, terima kasih atas semua yang sudah kau berikan. Doakan anak-anakmu sukses di masa depan.