Mendaki demi Kebutuhan Instastory, Apakah Kamu Termasuk Salah Satunya?

Voni Iga
Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan Jawa Tengah
Konten dari Pengguna
27 Desember 2021 21:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Voni Iga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Para pendaki yang sedang mengambil gambar di puncak Bukit. Sumber foto : Vonina Iga
zoom-in-whitePerbesar
Para pendaki yang sedang mengambil gambar di puncak Bukit. Sumber foto : Vonina Iga
ADVERTISEMENT
Instastory adalah gabungan dari kata Instagram dan Story, atau berarti cerita dalam Instagram. Dalam fitur Instastory ini, pengguna Instagram dapat berbagi tentang cerita, foto, atau bahkan video yang hanya berdurasi tidak lebih dari 60 detik dengan durasi berbagi tidak lebih dari 24 jam. Tentunya para pengguna menggunakan fitur Instastory ini untuk membagikan sebuah postingan yang bersifat sementara, karena postingan akan hilang secara otomatis setelah lebih dari 24 jam.
ADVERTISEMENT
Dalam fitur Instastory, berbagai jenis kegiatan baik yang bersifat hiburan, edukasi, ekonomi, atau tentang apa pun dapat dibagikan. Salah satunya adalah kegiatan hiking atau mendaki. Kegiatan mendaki ini diminati oleh berbagai kalangan, dari kalangan anak muda hingga yang lanjut usia. Mendaki merupakan salah satu kategori olahraga yang tergolong ekstrem. Para peminat kegiatan mendaki, tentunya harus melalui berbagai medan untuk mencapai puncak bukit atau bahkan gunung, dari medan yang landai hingga terjal sekalipun. Para pendaki juga harus menyesuaikan diri dan bertahan terhadap suhu dingin selama perjalanan pendakian, apalagi di musim hujan seperti saat ini.
Pada setiap jalur pendakian, biasanya disediakan pos-pos untuk tempat istirahat. Di pos pendakian ini, para pendaki dapat mengisi waktu istirahat dengan mencari hiburan untuk menghilangkan rasa penat selama perjalanan. Hiburan yang dapat dilakukan adalah seperti mengobrol dengan sesama teman pendakian, mengambil gambar, dan menciptakan sedikit gurauan. Dalam momen seperti inilah, biasanya para pendaki akan mengupload sebuah postingan baik berupa gambar maupun video pendakian di Instastory. Hal ini biasanya dilakukan oleh para pendaki yang berusia muda.
ADVERTISEMENT

Waspadai Bahaya yang Mengintai Saat Berswafoto di Jalur Pendakian

Dalam sebuah wawancara yang penulis lakukan terhadap salah satu komunitas pendakian di Jawa Tengah, memberi kesimpulan bahwa 7 dari 10 anggota komunitas tersebut melakukan kegiatan pendakian hanya untuk narsisme semata. Mereka menyatakan bahwa alasan mereka melakukan pendakian hanya untuk mendapatkan spot foto yang bagus agar nantinya dapat diunggah dalam medsosnya, tak terkecuali Instastory. Mereka bersusah payah mendaki bukit atau bahkan gunung, lalu berswafoto dan hasilnya akan dibagikan di Instastory pada saat pendakian. Selain itu, mereka juga silih berganti mencari tempat yang memiliki sinyal yang stabil dalam pendakian hanya untuk mengunggah kegiatan seputar pendakiannya pada saat itu juga.
Pendaki yang sedang mencari sinyal untuk mengunggah Instastory. Sumber foto : Vonina Iga
Menurut penuturan dari ketua komunitas pendakian yang penulis wawancarai, menuturkan bahwa para anggotanya selalu membawa gawai dengan fitur yang canggih untuk mendapatkan hasil foto yang bagus, namun sering mengesampingkan membawa alat pendakian yang sesuai dengan pendakian nasional. Selain itu tidak jarang juga para pendaki yang mengesampingkan kondisi tubuhnya dan membahayakan keselamatan dirinya hanya demi sebuah postingan Instastory belaka. Ketua komunitas tersebut juga kembali menuturkan, bahwa sempat terjadi peristiwa yang tidak mengenakkan pada saat pendakian hanya karena Instastory. Peristiwa tersebut adalah, hampir jatuhnya seorang anggota ke dalam sebuah jurang hanya dikarenakan terlalu fokus mencari sinyal untuk dapat mengunggah hasil swafotonya di Instastory pada saat berada di puncak.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut tentu menjadi salah satu penyebab kecelakaan pada pendakian yang berakibat fatal, karena dapat merenggut jiwa korban. Berdasarkan data yang dilansir dari FMI (Federasi Mountineering Indonesia) disebutkan bahwa kecelakaan dengan kematian pada pendakian gunung, jumlah kasus tertinggi berasal dari para kaum muda yang berusia dari 18 hingga 24 tahun.
Dengan adanya data kasus kecelakaan tersebut, tentunya menjadikan kewaspadaan untuk para pendaki agar tidak membahayakan diri atau bahkan tim, terlebih hanya demi sebuah foto. Karena pendakian bukan hanya tentang sebuah hasil yang berupa foto semata, namun tentang proses pendakian hingga sampai ke tempat tujuan dengan selamat dan dapat pulang kembali ke rumah masing-masing dengan selamat.
Maka dari itu, para pendaki harus lebih menyiapkan diri dan tim pendakian sebaik mungkin. Mulai dari persiapan fisik, mental, maupun peralatan untuk mendaki. Selain itu, pendaki juga harus tetap waspada, agar terhindar dari bahaya yang mengintai saat melakukan pendakian. Alhasil, kegiatan pendakian dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan bersama-sama.
ADVERTISEMENT