Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Romantisasi Kesedihan: Ilusi Kebahagiaan yang Merusak Kesehatan Mental
4 Desember 2024 17:01 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ignatius Darryl Hanan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian scroll instagram dan tiba-tiba menemukan kutipan melankolis tentang patah hati? Biasanya latar dari kutipan tersebut merupakan pemandangan di malam hari atau sosok yang terlihat melankolis. Secara tidak sadar, kita mulai membaca kata-kata itu, perlahan tapi menusuk. Entah kenapa, kata-kata tersebut terasa… indah. Mungkin kata-kata tersebut mengingatkan anda tentang adegan pedih di masa lalu. Anda mulai memasuki zona melankolis dimana kesedihan membawakanmu pada ketenangan. Tapi, apakah perasaan yang dirasa ini sehat? Fenomena ini disebut sebagai romantisasi kesedihan.
ADVERTISEMENT
Apa itu Romantisasi Kesedihan?
Romantisasi kesedihan adalah fenomena di mana kesedihan dan depresi ditinggikan dalam seni dan literatur, seperti lagu atau film (Blog, 2023). Dengan kata lain, kesedihan dianggap sebagai sesuatu yang menarik dan indah oleh sebagian individu. Fenomena ini sering dipicu oleh banyaknya ekspresi kesedihan yang banyak disebarkan di media sosial. Sekarang, perasaan pribadi sudah menjadi konsumsi publik. Kita bisa melihat fenomena “sad girl aesthetic", di mana banyak individu memposting tentang kesedihan yang mereka alami dan mendorong pengikutnya untuk turut merasakan kepedihan tersebut.
Menurut Zucker (2024), jika anda merasa sedih, mungkin rasanya menenangkan mengetahui bahwa anda tidak sendirian. Namun, hal ini justru akan menguatkan keinginan anda untuk terus merasa sedih. Misalnya, sebesar 57% perempuan di AS merasa kesedihan dan perasaan kehilangan harapan secara terus menerus pada tahun 2021, meningkat dari 36% pada tahun 2011 (Menurut Centers for Disease Control and Prevention).
ADVERTISEMENT
Apa Motif Individu yang Ingin Terus-menerus Merasa Kesedihan?
Mengapa seseorang secara sengaja membuat dirinya terjebak dalam kesedihan? Jadi, terdapat dua motif utama yang membuat seseorang mengidamkan kesedihan (Arens, 2020):
1. Motif Katarsis
Katarsis adalah sebuah metode untuk melepaskan emosi yang terpendam, seperti kesedihan, amarah, kecemasan dan frustasi. Hal ini biasanya dilakukan melalui jurnal, puisi, lagu galau, atau film drama. Selain itu, menangis sering menjad bentuki pelepasan emosi.
2. Motif Validasi-diri
Intinya, romantisasi kesedihan membantu memberikan validasi tentang persepsi kondisi psikologis yang sedang tidak bahagia. Contohnya:
ADVERTISEMENT
Kedua motif ini pada dasarnya membuat individug makin mencari-cari dan membuat dirinya semakin sedih dan menderita. Mereka percaya bahwa perlakuin ini akan membuat diri mereka menjadi lebih baik dan sehat. Tetapi, apakah benar seseorang akan menjadi lebih sehat secara psikologis apabila tetap menjera diri?
Apa Dampak dari Romantisasi Kesedihan?
Dampak dari romantisasi kesedihan tentunya mengarah ke ranah negatif. Menurut Ferdiansyah (2023),
Apa Solusi dari Romantisasi Kesedihan?
Kesedihan adalah emosi yang valid dan bagian dari kehidupan manusia. Tetapi, kita perlu bertanya: Apakah menginginkan rasa kesedihan secara terus-menerus adalah sesuatu yang sehat? Bahkan sampai menjadikan kesedihan sebagai estetika. Percayalah bahwa, kenikmatan tersebut hanyalah sebuah ilusi belaka.
ADVERTISEMENT
Daripada selalu memandang tentang kesedihan, kita bisa mencoba untuk mencari keseimbangan: Antara kesedihan dan kebahagiaan. Ingatlah bahwa kita manusia berhak dan pantas untuk mendapatkan kebahagiaan. Jika anda terjebak dalam kesedihan, bicaralah dengan orang yang ada percayai dan lakukanlah kegiatan yang dapat meningkatkan suasana hati. Maka dari itu, kita harus bisa bangkit dari kesedihan yang kita alami dalam hidup dan mulai tersenyum memandang cerahnya perjalanan kita.
Jadi, kalian boleh memutarkan lagu melankoli itu beberapa kali. Setelah itu, jangan lupa untuk memutar lagu yang bisa membuat diri anda tersenyum. ‘Selalu ada ketenangan setelah badai yang ricuh.
Referensi
Arens, E. A., & Stangier, U. (2020). Sad as a matter of evidence: The desire for self-verification motivates the pursuit of sadness in clinical depression. Frontiers in Psychology, 11. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.00238
ADVERTISEMENT
Blogs, C. (2023, Mei 1). Pain as performance: How the romanticization of sadness on social media is damaging our mental Mental Health. Medium. https://medium.com/@ChrisBlogs/pain-as-performance-how-the-romanticization-of-sadness-on-social-media-is-damaging-our-mental-4eacd378454b
Ferdiansyah, M. D. (2023, September 29). Romanticization of sorrow: The desire of always feeling sad. EDSA UNAIR. https://www.edsa-unair.com/2023/09/romanticization-of-sorrow-desire-of.html
Zucker, C. (2024, September 19). The facade of the sad girl aesthetic - M-A chronicle. M. https://machronicle.com/the-facade-of-the-sad-girl-aesthetic/#:~:text=The%20sad%20girl%20aesthetic%20glorifies,as%20a%20surface%2Dlevel%20trend.