Gangguan Mental: Disosiatif Identitas

Ihsan Maulana
Mahasiswa S1 Teknik Biomedis Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro
Konten dari Pengguna
3 Desember 2023 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ihsan Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/s/photos/penyakit-DID
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/s/photos/penyakit-DID
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gangguan Identitas Diri Dissosiatif (DID), atau yang lebih dikenal dengan istilah "Multiple Personality Disorder" merupakan salah satu bentuk penyakit mental langka yang memengaruhi identitas seseorang. Gangguan ini terjadi ketika individu mengalami pemisahan atau disosiasi antara aspek-aspek identitasnya, menciptakan dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Fenomena ini sering kali membingungkan dan menantang bagi individu yang mengalaminya, serta bagi orang-orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Penting untuk memahami bahwa DID bukanlah hasil dari keputusan seseorang untuk bersikap atau berpura-pura. Ini adalah mekanisme pertahanan mental yang kompleks dan sering kali berkaitan dengan pengalaman traumatis masa kecil.
Aspek Penting dari Dissosiatif Identitas
DID seringkali diidentifikasi melalui gejala-gejala seperti kehilangan ingatan, perubahan perilaku drastis, dan perasaan ketidakmampuan mengontrol pikiran atau tindakan. Beberapa kepribadian yang muncul dapat memiliki karakteristik yang unik, termasuk nama, usia, bahkan preferensi dan ketakutan yang berbeda. Meskipun gejalanya dapat bervariasi, kebanyakan individu dengan DID melaporkan adanya perasaan kehilangan kendali atas diri mereka sendiri. Para ahli kesehatan mental menggunakan DSM-5 (Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Jiwa, edisi ke-5) untuk mendiagnosis DID. Proses diagnosis melibatkan evaluasi menyeluruh oleh profesional kesehatan mental yang berkompeten.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor pemicu utama DID adalah pengalaman traumatis, terutama pada masa kanak-kanak. Pengabaian, pelecehan fisik atau seksual, atau situasi traumatis lainnya dapat menyebabkan individu menciptakan kepribadian alternatif sebagai bentuk perlindungan diri. Dalam situasi traumatis, mengalami disosiasi atau pemisahan diri menjadi mekanisme bertahan hidup untuk mengatasi kesulitan emosional yang tak tertahankan.
Perlunya Dukungan dan Perawatan Profesional
DID memerlukan pendekatan perawatan yang komprehensif dan terkoordinasi. Terapi psikologis, terutama terapi integratif yang fokus pada keterlibatan seluruh kepribadian, seringkali diperlukan. Dalam beberapa kasus, terapi obat juga dapat membantu mengatasi gejala-gejala tertentu.
Pentingnya dukungan sosial juga tidak boleh diabaikan. Keluarga, teman, dan lingkungan sekitar dapat memainkan peran yang signifikan dalam membantu individu dengan DID mengelola gejalanya. Menciptakan lingkungan yang aman dan penuh pengertian dapat mendukung proses penyembuhan.
ADVERTISEMENT
Mitos dan Realitas tentang Dissosiatif Identitas
Adalah penting untuk mencabut mitos yang mungkin muncul seputar DID. Banyak orang masih kurang informasi tentang gangguan ini, dan hal ini dapat menyebabkan stigma dan ketidakpahaman. Edukasi masyarakat tentang realitas DID dapat membantu mengurangi stigma dan memberikan dukungan kepada individu yang mengalami gangguan ini.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang Dissosiatif Identitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi mereka yang hidup dengan gangguan mental ini. Pemahaman dan dukungan dari masyarakat sangat penting untuk membantu individu dengan DID menjalani hidup yang bermakna dan mengatasi tantangan yang mereka hadapi.
Melalui artikel ini, kita berharap dapat menyebarkan informasi yang akurat dan mendukung mengenai Dissosiatif Identitas, membantu membuka pintu dialog dan pemahaman yang lebih luas tentang kesehatan mental. Semoga artikel ini memberikan kontribusi positif dalam memerangi stigma seputar gangguan mental langka ini.
Kasus Terkenal Dissosiatif Identitas: Christine Sizemore
https://unsplash.com/s/collections/Christine-Sizemore
Salah satu kasus yang sering dikutip dalam literatur mengenai Dissosiatif Identitas adalah kasus Christine Sizemore, yang juga dikenal dengan nama "Eve White" dan "Eve Black." Kasus ini mencerminkan kompleksitas dan tantangan yang terkait dengan DID.
ADVERTISEMENT
Christine Sizemore adalah seorang wanita Amerika yang terkenal pada tahun 1950-an karena mengalami pembelahan kepribadian. Saat Christine pertama kali mencari bantuan profesional pada tahun 1954, dia mempresentasikan dua kepribadian yang sangat berbeda: yang pertama adalah "Eve White," yang dianggap sebagai pribadi utama yang berkepribadian lemah dan pemalu, dan yang kedua adalah "Eve Black," yang dianggap sebagai pribadi alternatif yang lebih agresif dan berani.
Proses terapi dengan psikiater Dr. Corbett Thigpen dan psikolog Dr. Hervey Cleckley membantu menggali lebih dalam ke dalam kehidupan dan pengalaman Christine. Mereka menemukan bahwa Christine mengalami trauma dan stres yang sangat besar, terutama dalam hubungannya dengan ibunya yang keras dan otoriter.
Pada suatu waktu, melalui terapi dan dukungan profesional, terungkap bahwa Christine sebenarnya memiliki lebih dari dua kepribadian. Selain "Eve White" dan "Eve Black," ada beberapa kepribadian lainnya yang muncul selama proses terapi, menciptakan gambaran yang rumit dan menantang dari kondisi DID.
ADVERTISEMENT
Christine Sizemore menjadi salah satu kasus paling terkenal dalam sejarah psikiatri karena memberikan pemahaman mendalam tentang cara DID berkembang sebagai respons terhadap trauma. Kasus ini juga menunjukkan bahwa integrasi kepribadian, yakni penyatuan berbagai aspek kepribadian menjadi satu, dapat menjadi tantangan yang kompleks dan membutuhkan waktu.
Meskipun kasus Christine Sizemore terjadi pada tahun 1950-an, penderitaan dan tantangan yang dihadapinya membantu membuka pintu bagi pemahaman yang lebih baik tentang Dissosiatif Identitas. Kasus ini menjadi penting dalam menyoroti perlunya dukungan dan pemahaman masyarakat terhadap individu yang mengalami gangguan mental langka seperti DID.