Konten dari Pengguna

Air Minum Bersih untuk Semua: Solusi Inovatif untuk Pedesaan Indonesia

Taufiq Ihsan
Taufiq Ihsan Ph.D adalah Dosen Tetap Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Andalas, dengan Bidang Keahlian: Kesehatan dan Manajemen Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta Air, Sanitasi dan Higiene Kebencanaan
12 Juli 2024 15:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Taufiq Ihsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tempat penampungan air bersih dari program Kementerian Pertahanan di Desa Cipedes, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Rabu (20/12/2023). Foto: Luthfi Humam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tempat penampungan air bersih dari program Kementerian Pertahanan di Desa Cipedes, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Rabu (20/12/2023). Foto: Luthfi Humam/kumparan
ADVERTISEMENT
Akses terhadap air minum bersih adalah hak asasi manusia yang mendasar. Namun, ironisnya, sebagian besar masyarakat di daerah pedesaan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, masih berjuang untuk mendapatkan air bersih yang aman untuk dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Kontaminasi air minum oleh patogen berbahaya telah menyebabkan tingginya angka penyakit diare dan infeksi, bahkan kematian. Artikel ini akan membahas masalah air minum di daerah pedesaan, serta meninjau berbagai metode penjernihan air yang dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas air dan kesehatan masyarakat.

Masalah Air Minum di Pedesaan: Ancaman Nyata bagi Kesehatan Masyarakat

Di Indonesia, sekitar 70% dari 20 ribu sumber air minum telah terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli (E. coli), yang menjadi penyebab utama penyakit diare. Kontaminasi ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti limbah manusia dan hewan, serta penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya akses terhadap fasilitas pengolahan air bersih yang terpusat di daerah pedesaan. Akibatnya, masyarakat terpaksa mengandalkan sumber air alternatif seperti sumur terbuka, sungai, dan kolam, yang rentan terhadap kontaminasi.
ADVERTISEMENT
Dampak dari krisis air minum ini sangat signifikan. Penyakit diare, yang disebabkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi, merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak di bawah usia lima tahun. Selain itu, buruknya kualitas air minum juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti infeksi saluran pencernaan, gangguan pertumbuhan, dan penurunan produktivitas.

Solusi Point-of-Use (POU): Teknologi Penjernihan Air di Tangan Masyarakat

Salah satu solusi yang menjanjikan untuk mengatasi masalah ini adalah teknologi point-of-use (POU). Sistem POU merupakan teknologi pengolahan air di tempat, yang memungkinkan masyarakat untuk menjernihkan air minum mereka sendiri sebelum dikonsumsi. Teknologi ini menawarkan berbagai keuntungan, antara lain:

1. Mudah digunakan

Sistem POU dirancang agar mudah dioperasikan oleh masyarakat awam tanpa memerlukan pelatihan khusus. Hal ini sangat penting karena masyarakat di daerah pedesaan seringkali memiliki keterbatasan akses terhadap informasi dan teknologi.
ADVERTISEMENT

2. Biaya terjangkau

Dibandingkan dengan pembangunan fasilitas pengolahan air terpusat, sistem POU jauh lebih ekonomis. Biaya yang terjangkau membuat teknologi ini lebih mudah diakses oleh masyarakat pedesaan yang memiliki keterbatasan ekonomi.

3. Perawatan mudah

Sistem ini tidak memerlukan perawatan yang rumit dan mahal, sehingga dapat diterapkan secara berkelanjutan di daerah pedesaan. Keberlanjutan merupakan faktor penting dalam mengatasi masalah air minum jangka panjang.

4. Tidak bergantung pada listrik

Beberapa sistem POU dapat beroperasi tanpa listrik, sehingga cocok untuk daerah yang belum terjangkau jaringan listrik atau sering mengalami pemadaman listrik.

Metode Penjernihan Air POU: Pilihan yang Beragam untuk Kebutuhan yang Berbeda

Beberapa metode penjernihan air POU yang telah diterapkan di Indonesia dan negara berkembang lainnya antara lain:

1. Perebusan

Metode ini efektif membunuh mikroorganisme berbahaya, namun membutuhkan bahan bakar yang cukup mahal dan dapat menyebabkan polusi udara dalam ruangan. Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar juga dapat berkontribusi terhadap deforestasi dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT

2. Klorinasi

Klorinasi merupakan metode desinfeksi air yang efektif dan murah. Namun, klorin dapat bereaksi dengan bahan organik dalam air dan membentuk senyawa sampingan desinfeksi (disinfection byproducts/DBPs) yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, klorin juga dapat meninggalkan rasa dan bau yang tidak disukai oleh sebagian orang.

3. Filtrasi

Metode filtrasi menggunakan saringan keramik, batu, atau pasir untuk menghilangkan partikel-partikel padat dan mikroorganisme dari air. Filter keramik dapat menghilangkan bakteri, protozoa, dan virus, menjadikannya pilihan yang efektif untuk menghilangkan patogen. Namun, filter ini perlu dibersihkan secara teratur agar tidak menjadi sumber kontaminasi.

4. SODIS (Solar Disinfection)

Metode ini memanfaatkan sinar matahari untuk membunuh mikroorganisme dalam air. SODIS sangat efektif di daerah dengan sinar matahari yang kuat seperti Indonesia. Namun, SODIS membutuhkan waktu yang cukup lama (sekitar 6 jam) dan tidak dapat melindungi air dari kontaminasi ulang setelah disimpan.
ADVERTISEMENT

Tantangan dan Solusi Masa Depan: Inovasi untuk Keberlanjutan

Penerapan teknologi POU di daerah pedesaan masih menghadapi beberapa tantangan, seperti kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih, keterbatasan akses terhadap teknologi, dan masalah keberlanjutan penggunaan.
Untuk mengatasi tantangan ini, perlu adanya upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya air bersih dan cara penggunaan teknologi POU perlu ditingkatkan. Selain itu, pengembangan teknologi POU yang lebih inovatif, efisien, dan mudah diakses oleh masyarakat pedesaan juga perlu terus dilakukan.
Salah satu inovasi yang menjanjikan adalah penggunaan adsorben, seperti Layered Double Hydroxide (LDH), yang dapat menyerap bakteri dan virus dari air. LDH aman bagi manusia dan telah terbukti efektif dalam menghilangkan patogen berbahaya. Pengembangan LDH sebagai alat POU dapat menjadi terobosan baru dalam meningkatkan kualitas air minum di daerah pedesaan.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Masalah air minum di daerah pedesaan merupakan tantangan serius yang membutuhkan solusi inovatif dan berkelanjutan. Teknologi POU menawarkan alternatif yang menjanjikan untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan kesehatan masyarakat. Dengan dukungan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan partisipasi aktif masyarakat, penerapan teknologi POU dapat menjadi langkah penting dalam mengatasi krisis air minum di pedesaan.
Pengembangan teknologi POU yang berkelanjutan juga harus mempertimbangkan aspek sosial dan budaya masyarakat setempat. Pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan preferensi masyarakat dapat membantu dalam merancang dan mengimplementasikan solusi yang efektif dan diterima oleh masyarakat.
Dengan fokus pada solusi praktis, terukur, dan berbasis masyarakat, kita dapat mencapai kemajuan signifikan dalam mengatasi hambatan akses terhadap air bersih. Upaya ini tidak hanya mendukung peningkatan kesehatan masyarakat, tetapi juga berkontribusi pada tujuan pembangunan sosial-ekonomi yang lebih luas, menegaskan peran penting air bersih dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT