Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pestisida Klorpirifos: Racun yang Mengancam Ekosistem Danau Kembar?
31 Juli 2024 7:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Taufiq Ihsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, telah lama mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu pilar ekonomi utama. Sumatera Barat, khususnya, dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, termasuk Danau Kembar yang menjadi destinasi wisata favorit. Namun, di balik keindahan alam tersebut, terdapat ancaman tersembunyi yang mengintai ekosistem Danau Kembar, yaitu penggunaan pestisida klorpirifos yang tidak terkendali.
ADVERTISEMENT
Klorpirifos: Senjata Makan Tuan Bagi Petani?
Klorpirifos, insektisida golongan organofosfat, telah menjadi andalan para petani di Sumatera Barat dalam melindungi tanaman mereka dari serangan hama serangga. Efektivitasnya dalam membasmi hama tanaman jagung, kapas, dan buah-buahan membuatnya sangat populer di kalangan petani. Namun, popularitas klorpirifos ini justru menjadi bumerang bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Sifat klorpirifos yang mudah larut dalam air membuatnya mudah terbawa aliran air hujan dari lahan pertanian ke badan air, seperti sungai dan danau. Akibatnya, konsentrasi klorpirifos yang tinggi dapat mencemari ekosistem perairan, termasuk Danau Kembar. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsentrasi klorpirifos di Danau Kembar telah mencapai 0,007 mg/L, angka yang mengkhawatirkan mengingat dampaknya yang merugikan bagi biota air, terutama ikan.
ADVERTISEMENT
Ikan Budidaya: Korban Pertama Pencemaran Klorpirifos
Ikan, sebagai salah satu komponen penting dalam rantai makanan ekosistem perairan, menjadi korban pertama dari pencemaran klorpirifos. Ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila (Oreochromis niloticus), dua jenis ikan yang banyak dibudidayakan di Danau Kembar, sangat rentan terhadap paparan klorpirifos.
Klorpirifos yang masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang akan mengganggu sistem saraf dan fungsi organ vital lainnya. Paparan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, penurunan reproduksi, bahkan kematian pada ikan. Hal ini tentu mengancam keberlanjutan usaha budidaya ikan di Danau Kembar, yang merupakan sumber mata pencaharian penting bagi masyarakat setempat.
Uji Toksisitas: Mengungkap Bahaya Klorpirifos
Untuk memahami lebih lanjut tentang dampak klorpirifos terhadap ikan budidaya, para peneliti di Departemen Teknik Lingkungan Universitas Andalas, melakukan uji toksisitas akut. Uji ini bertujuan mengukur tingkat toksisitas klorpirifos dengan menentukan konsentrasi yang mematikan 50% populasi ikan dalam waktu 96 jam (LC50-96h). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50-96h klorpirifos untuk ikan mas adalah 0,03 mg/L, sedangkan untuk ikan nila adalah 0,08 mg/L.
ADVERTISEMENT
Angka-angka ini menunjukkan bahwa klorpirifos sangat beracun bagi kedua jenis ikan tersebut, bahkan dalam konsentrasi yang relatif rendah. Dengan kata lain, ikan mas dan ikan nila di Danau Kembar sangat rentan terhadap dampak negatif klorpirifos.
Biomonitoring: Langkah Awal Menuju Pengelolaan Lingkungan yang Lebih Baik
Penelitian ini merupakan langkah awal yang penting dalam upaya biomonitoring Danau Kembar. Biomonitoring adalah metode pemantauan kualitas lingkungan menggunakan indikator biologis, seperti ikan, untuk mengidentifikasi dan mengukur dampak pencemaran.
Dengan memahami dampak klorpirifos terhadap ikan budidaya, kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan pengelolaan yang tepat untuk melindungi ekosistem Danau Kembar. Upaya ini meliputi:
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Pencemaran klorpirifos di Danau Kembar merupakan masalah serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan segera. Upaya biomonitoring yang dilakukan melalui penelitian ini memberikan informasi penting tentang dampak klorpirifos terhadap ikan budidaya.
Kita semua memiliki peran dalam melindungi Danau Kembar dan ekosistemnya. Petani, pemerintah, peneliti, dan masyarakat umum perlu bekerja sama untuk mengurangi penggunaan pestisida berbahaya, meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, dan menjaga keindahan serta keanekaragaman hayati Danau Kembar untuk generasi mendatang.