Mampukah APTERR Menanggulangi Krisis Pangan di ASEAN Akibat Pandemi COVID-19?

Chusnul Mar Iyah
Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada yang sedang menempuh semester 4
Konten dari Pengguna
27 Juni 2021 17:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chusnul Mar Iyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi padi. Sumber: https://pixabay.com/photos/harvesting-myanmar-burma-1822578/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi padi. Sumber: https://pixabay.com/photos/harvesting-myanmar-burma-1822578/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak awal kemunculan pandemi COVID-19, ASEAN nampaknya tengah sibuk berjibaku dengan permasalahan yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Berbagai topik bahasan sengaja diangkat dalam forum diskusi ASEAN salah satunya terkait bagaimana menciptakan ketahanan pangan kawasan di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
Seperti yang Kita ketahui, pandemi COVID-19 ini menciptakan ancaman terhadap ketersediaan pasokan pangan global. Bahkan di kawasan yang terkenal memiliki produk pertanian yang unggul sekalipun seperti ASEAN, saat ini mereka tengah berjuang untuk memastikan pasokan pangan di kawasannya tetap terpenuhi. Ketahanan pangan menjadi salah satu topik penting untuk dibahas sebab menipisnya cadangan makanan ini dikhawatirkan dapat memicu ketidakstabilan ekonomi, sosial dan politik di kawasan.
ASEAN sendiri sejauh ini telah mengupayakan pembentukan berbagai skema jaring pengaman sosial untuk memperkuat ketahanan komunitas ASEAN selama kondisi darurat, salah satunya melalui program APTERR. APTERR merupakan kerja sama yang bertujuan untuk memastikan ketahanan pangan di negara-negara ASEAN+3 dengan membentuk cadangan beras darurat.
APTERR bukanlah rencana yang baru didirikan di ASEAN, melainkan kelanjutan dari rencana cadangan makanan sebelumnya dengan memperluas cakupan kerja sama dengan negara-negara di luar ASEAN (yaitu Jepang, China, dan Korea Selatan).
ADVERTISEMENT
Dalam 36th ASEAN Summit: Leaders’ Vision Statement on a Cohesive And Responsive ASEAN, para petinggi ASEAN sepakat untuk memperkuat program APTERR untuk menanggulangi krisis pangan di masa pandemi. Meskipun demikian, tampaknya gagasan ini perlu dipertimbangkan ulang. Sebab, berdasarkan evaluasi terhadap program APTERR sebelumnya, antusiasme negara-negara ASEAN untuk mengembangkan program APTERR terbilang cukup kurang.
Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya kontribusi negara-negara ASEAN terhadap program APTERR jika dibandingkan dengan negara Plus 3. Menurut laporan yang dipublikasikan di situs resmi APTERR, sejauh ini, negara-negara Plus 3 telah menyumbangkan beras dalam jumlah yang cukup besar, mencapai 700.000 ton.
Angka ini jauh lebih tinggi dari total cadangan beras 10 negara ASEAN yang hanya 87.000 ton. Lantas, apa saja faktor yang melatarbelakangi rendahnya komitmen negara-negara ASEAN terhadap proyek APTERR ini?
ADVERTISEMENT
Tentu masalahnya berada di program APTERR itu sendiri. Program APTERR ini hanya bersifat sukarela, sehingga tiap negara tidak dibebani tanggung jawab untuk memastikan bahwa target cadangan beras regional tertentu dapat terpenuhi.
Selain itu, program ini juga tidak bersifat mengikat sehingga pelanggaran maupun penyimpangan terhadap program APTERR tidak akan memberikan kerugian terhadap negara yang bersangkutan.
Selain itu, implementasi APTERR juga dihambat oleh maraknya praktik isolasionisme yang diterapkan oleh negara-negara ASEAN di masa pandemi. Di situasi pandemi ini banyak negara ASEAN yang telah mengambil langkah-langkah tambahan untuk memastikan keamanan beras di tingkat nasionalnya dapat tercapai dengan cara menerapkan kebijakan larangan ekspor dan embargo beras.
Tentunya hal ini menciptakan kecemasan di antara negara-negara ASEAN khususnya yang selama ini mengandalkan kegiatan impor beras dalam memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang kemudian memberikan gambaran pesimis bagi Kita terkait apakah program APTERR di masa pandemi ini cocok untuk diterapkan dan apakah program ini nantinya dapat dijalankan secara efektif.
Meskipun demikian, krisis pangan merupakan salah satu permasalah yang harus segera dituntaskan oleh ASEAN. ASEAN perlu menegaskan ulang setralitasnya sebagai organisasi di kawasan mengingat krisis pangan merupakan permasalah bersama di mana perkembangannya dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi sosial dan politik di kawasan. APTERR mungkin dapat diterapkan sebagai kerangka kerja sama dalam menanggulangi krisis pangan regional akibat COVID-19.
Akan tetapi, pelaksanaan program APTERR ini untuk ke depannya tampaknya perlu ditinjau ulang. Perubahan terhadap program APTERR sangat diperlukan untuk mendorong komitmen anggota ASEAN terhadap pelaksanaan program ini.
ADVERTISEMENT
Kontribusi negara ASEAN yang dikenal sebagai eksportir utama dalam produk agrikultur di level internasional, setidaknya, harus menyamai kontribusi dari negara-negara Plus Tiga. Selain itu, aktualisasi program APTERR selama pandemi COVID-19 juga seharusnya dipahami oleh ASEAN sebagai suatu momentum untuk memperkuat solidaritas, kolaborasi dan sinergi masyarakat ASEAN.
Sesuai dengan tujuan awalnya, implementasi APTERR juga seharusnya dapat menciptakan kemandirian kolektif bagi pihak yang terlibat di dalamnya serta mampu memperkuat kesatuan negara-negara ASEAN+3.
Referensi:
APTERR. n.d. What IS APTERR?. [online] Available at: <https://www.apterr.org/what-is-apterr> [Accessed 27 June 2021].
Briones, R.M., Chavez, E.C., Durand-Morat, A. and Wailes, E.J., 2012. Climate change and price volatility: can we count on the ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve?.
ADVERTISEMENT
Phoonphongphiphat, A. and Venzon, C., 2020. Coronavirus exposes ASEAN divisions on rice security. [online] Nikkei Asia. Available at: <https://asia.nikkei.com/Politics/International-relations/Coronavirus-exposes-ASEAN-divisions-on-rice-security> [Accessed 24 June 2021].