Konten dari Pengguna

Menciptakan Harmonisasi Beragama dalam Ranah Digital

Ika Amiliya Nurhidayah
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
26 September 2024 13:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ika Amiliya Nurhidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Harmonisasi Agama di Ranah Digital. Sumber: Canva desain pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Harmonisasi Agama di Ranah Digital. Sumber: Canva desain pribadi.
ADVERTISEMENT
Bukan sekedar alat komunikasi, media sosial menjadi arena yang kompleks untuk bertukar informasi, berinteraksi, bahkan turut andil dalam membentuk persepsi dan pandangan masyarakat secara signifikan dalam menyikapi isu-isu sosial yang hadir. Dengan sekian banyak efektivitas tersebut, media sosial juga tidak lekang oleh tantangan-tantangan yang mungkin terjadi di hadapan.
ADVERTISEMENT
Sebagai platform yang jangkauannya yang tak terbatas dan bisa diakses semua kalangan, media sosial sangat berpotensi menjadi ladangnya penyebaran narasi-narasi ekstrem yang mampu memecah belah masyarakat, salah satunya berkaitan dengan perbedaan agama yang sangat rawan terjadi pertikaian.
Maka dalam konteks ini, sikap moderasi beragama sangat penting untuk digalakkan. Moderasi beragama sendiri mengacu pada sikap inklusif dan toleransi terhadap perbedaan agama, dan pemahaman kompleks terhadap ajaran agama.
Media sosial memiliki potensi besar dan peran strategis dalam menggalakkan sikap moderasi beragama. Jangkauannya yang tidak terbatas dan merambah di berbagai kalangan, media sosial menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan-pesan moderasi.
Para tokoh agama dapat memanfaatkan media sosial sebagai wadah untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama yang berorientasi pada toleransi dan perdamaian. Dengan aktivitas tersebut, media sosial dapat menjadi ajang dialog lintas agama yang sehat dan kondusif. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa peran strategis media sosial dalam menyuarakan moderasi beragama pun dapat mengalami berbagai tantangan yang berarti.
ADVERTISEMENT
Media sosial telah terkonstruksi sebagai tempat mencari atensi dan keuntungan, maka alih-alih mengedepankan isi pesan, informasi yang bersebaran pun seringkali bersifat kontroversial, karena memang kenyataannya informasi yang demikianlah yang akan lebih banyak menarik views.
Dengan ketertarikan tersebut, algoritma media sosial pun cenderung mempromosikan konten-konten yang menarik atensi, kontroversi, bahkan ekstrem. Hal ini dapat memperparah polarisasi di masyarakat dan berpotensi melahirkan sikap ekslusif dan radikal.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan proaktif dari media sosial agar dapat mengatur dan memfilter konten sehingga pesan moderasi beragama memiliki ruang yang lebih layak untuk disampaikan.
Pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan memperbarui penggunaan algoritma, sehingga tidak hanya memprioritaskan konten yang menarik atensi, tetapi juga mengedepankan konten yang menjunjung nilai moderasi dan toleransi. Algoritma dengan sistem seperti ini akan mampu mendeteksi dan menurunkan peringkat konten yang mengandung ujaran kebencian dan kekerasan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pendekatan proaktif lainnya juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan Artificial Intelegence (AI) untuk mendeteksi dan memfilter konten secara otomatis. Pendekatan selanjutnya dapat dilakukan oleh platform media sosial dengan menerapkan kebijakan secara adil dan konsisten, seperti dengan menangguhkan atau memblokir konten-konten yang melanggar pedoman komunitas.
Selain peran strategis di atas, literasi digital juga menduduki posisi penting dalam mendukung moderasi beragama. Pengguna media sosial perlu dibekali dengan kemampuan mengenai bagaimana cara mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi-informasi di media sosial.
Dengan dilandasi dengan literasi digital, maka pengguna media akan mampu mengenali dan menolak narasi-narasi ekstremis. Dalam hal ini, pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat harus turut andil dalam meningkatkan literasi digital bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pada intinya, media sosial memiliki potensi besar untuk mewujudkan moderasi beragama dalam ranah digital. Namun untuk merealisasikan tujuan tersebut, diperlukan kolaborasi aktif antara platform media sosial, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem digital yang damai dan iklusif.