Konten dari Pengguna

Menggerus Bhinneka Tunggal Ika: Penyimpangan yang Mengancam Kesatuan Bangsa

Ika Khairunisa
Mahasiswi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta
6 Juni 2024 13:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ika Khairunisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keragaman di Indonesia. Gambar sc: shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Keragaman di Indonesia. Gambar sc: shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bhinneka Tunggal Ika, semboyan yang menegaskan keanekaragaman dalam kesatuan, menjadi fondasi bagi identitas nasional Indonesia. Namun, seiring waktu, semangat ini mulai tergerus oleh berbagai penyimpangan yang mengancam keutuhan sosial dan persatuan bangsa. Penyimpangan terhadap nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya menimbulkan perpecahan, tetapi juga membahayakan stabilitas dan kemajuan negara.
ADVERTISEMENT
Intoleransi merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang paling merusak semangat Bhinneka Tunggal Ika. Ketika kelompok-kelompok masyarakat tidak lagi menerima perbedaan agama, suku, dan budaya, terjadilah gesekan yang berpotensi memicu konflik. Fenomena intoleransi ini sering kali diperparah oleh propaganda dan ujaran kebencian yang disebarluaskan melalui media sosial. Akibatnya, masyarakat menjadi lebih terpolarisasi, dan hubungan antar kelompok yang seharusnya harmonis berubah menjadi tegang dan penuh kecurigaan.
Diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA) juga merupakan penyimpangan serius terhadap prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Praktik diskriminasi ini masih banyak ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari dunia kerja hingga layanan publik. Diskriminasi tersebut tidak hanya melanggar hak asasi manusia tetapi juga mencederai rasa keadilan sosial. Ketidakadilan ini menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap institusi negara, memperlemah integrasi sosial dan memperburuk hubungan antar kelompok.
ADVERTISEMENT
Politisasi identitas adalah bentuk lain dari penyimpangan yang semakin merusak persatuan bangsa. Identitas suku, agama, dan ras digunakan sebagai alat untuk meraih kekuasaan politik, seringkali dengan cara memecah belah masyarakat. Kampanye politik yang berfokus pada identitas ini menciptakan polarisasi yang tajam dan memecah belah komunitas yang seharusnya bersatu. Politik identitas yang eksploitatif ini tidak hanya merusak demokrasi tetapi juga menghancurkan harmoni sosial yang telah dibangun dengan susah payah.
Untuk mengatasi penyimpangan ini, dibutuhkan langkah-langkah yang komprehensif dan berkelanjutan. Pendidikan karakter yang menekankan nilai-nilai toleransi, keberagaman, dan persatuan harus diperkuat dalam sistem pendidikan nasional. Pemerintah juga perlu menegakkan hukum dengan tegas terhadap tindakan intoleransi dan diskriminasi, serta mengambil langkah preventif terhadap penyebaran ujaran kebencian. Media massa dan media sosial harus berperan aktif dalam mempromosikan pesan-pesan persatuan dan keharmonisan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, peran aktif masyarakat sipil sangat penting dalam menjaga dan mempromosikan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Inisiatif-inisiatif lokal seperti dialog antar komunitas, kegiatan budaya lintas suku dan agama, serta kampanye-kampanye publik yang mempromosikan keragaman harus terus didorong. Kesadaran kolektif bahwa keragaman adalah kekuatan utama bangsa Indonesia perlu dipupuk dan dijaga dengan baik.
Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan, tetapi merupakan cerminan dari identitas dan kekuatan bangsa Indonesia. Menjaga semangat ini berarti memastikan bahwa setiap individu, terlepas dari latar belakangnya, dapat hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati. Dengan memerangi intoleransi, diskriminasi, dan politisasi identitas, kita dapat membangun Indonesia yang lebih kuat, bersatu, dan sejahtera.