Vania dan Seni Tani, Bukti Anak Muda Kota Bisa Menjadikan Petani Sebagai Profesi

Ika Maya Susanti
Mantan jurnalis dan mantan guru yang saat ini menekuni dunia kepenulisan
Konten dari Pengguna
7 September 2023 8:32 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ika Maya Susanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Vania Febriyantie. Sumber foto: ASTRA
zoom-in-whitePerbesar
Vania Febriyantie. Sumber foto: ASTRA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi pemuda dan memilih profesi petani, rasanya saat ini hal tersebut menjadi sesuatu yang langka. Jangankan di kota, di desa saja, saat ini makin hari makin sedikit pemuda yang mau menjadikan petani sebagai profesi.
ADVERTISEMENT
Tapi, Seni Tani mendobrak hal tersebut. Mereka membuktikan bahwa anak muda yang menjadi petani apalagi tinggal di kota itu bisa menjadi hobi sekaligus profesi. Bahkan hal tersebut terbukti saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia beberapa tahun lalu.
Di saat itu, krisis pangan terjadi di mana-mana. Tak terkecuali di daerah Bandung, Jawa Barat. Ini terjadi karena akses pengiriman barang termasuk sayuran mengalami kesulitan akibat adanya pembatasan.
“Nah pada saat pandemi kemarin, saat distribusi makanan distop dari Jawa, kita kebingungan. Terus ada yang panic buying gitu sampai di supermarket pada ngeborong. Kami mikir, kayaknya bisa nih kita bikin akses pangan lokal sendiri. Trus kita distribusi ke warga sekitar,” cerita Vania Febriyantie, inisator dan Project Director Seni Tani dari Bandung Jawa Barat.
Ilustrasi salah satu contoh pemanfaatan lahan terbatas untuk menanam tanaman bahan pangan. Sumber foto: dokumen pribadi
Di tahun 2020 ketika Covid-19 mulai mewabah dan kondisi bahan pangan mulai menipis, Vania melihat banyaknya lahan terbengkalai di daerahnya di Arcamanik yang potensial. Selama ini lahan tidur itu banyak ditumbuhi alang-alang bahkan menjadi tempat untuk membuang sampah sembarangan. Ia sangat menyayangkan estetika yang jadinya tidak diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Dengan pengalamannya yang pernah menjadi kepala kebun di sebuah yayasan, ia begitu penasaran dengan dunia pertanian. Dengan kawan-kawannya, Vania lantas membentuk Seni Tani yang kemudian bercocok tanam bahan pangan di lahan-lahan terbengkalai tersebut.

Seni Tani, Berkebun dengan Seni Ramah Lingkungan

Sebetulnya awal muasal dari Seni Tani ini adalah mereka yang banyak tergabung di Komunitas Seribu Kebun. Komunitas ini adalah tempat bagi siapa saja yang hobi dan berbagi pengetahuan serta pengalaman tentang pertanian.
Tak hanya asal bertani, komunitas ini sangat memerhatikan kondisi alam sekitar. Cara yang dilakukan dalam kegiatan bertani di komunitas ini bersifat alami, ramah lingkungan, dan regeneratif. Jadi menurut Vania, sebisa mungkin mereka tidak pakai bahan-bahan yang bisa mencemari lingkungan.
ADVERTISEMENT
Mereka inilah yang lantas membentuk Seni Tani, sebuah komunitas yang terdiri dari orang-orang yang memiliki hobi berkebun serta konsen dengan lingkungan. Mereka lantas bersatu karena memiliki ketertatikan dan kepedulian yang sama.
Nama Seni Tani sendiri menurut Vania berasal dari ide salah satu temannya. Vania pun suka karena namanya memiliki arti filosifis.
“Kalau seni kan orang di mana-mana punya caranya sendiri-sendiri ya. Tapi tidak terlepas dari prinsip yang ada. Jadi kami berprinsip bertani itu tidak boleh mencemari dan harus terintegrasi satu sama lain. Jadi harus beragam,” Vania menerangkan tentang arti di balik nama Seni Tani.
Menariknya, Seni Tani ini terdiri dari orang-orang dengan latar belakang majemuk. Tak hanya anak muda, bapak-bapak atau ibu-ibu pun turut bergabung di Seni Tani. Ketertarikan mereka untuk bergabung dilandasi dengan alasan adanya seni bercocok tanam yang ramah lingkungan dalam Seni Tani.
ADVERTISEMENT
“Menurutku jadi kayak mamah papahnya kita di kebun. Dan itu mereka support banget,” cerita Vania tentang keberadaan anggota yang usianya jauh lebih tua dengan dirinya.
Para anggota di Seni Tani juga memiliki kesadaran tentang adanya anak-anak muda yang juga harus ada yang menjadi petani. Untuk itu, mereka bergerak mencoba membangun kesadaran tentang pertanian ini.
“Jadi kita bareng-bareng inisiasi untuk olah lahan tidur tersebut menjadi lahan kebun pangan. Yang menggerakkan ini adalah sebuah niat mulia. Yang pertama, lahannya jadi bisa terpakai dan produktif. Yang kedua bantu banyak orang, “ imbuh Vania.
Ketika wabah Covid, orang-orang yang kebanyakan bosan di rumah, diajak oleh Seni Tani untuk melakukan aktivitas berkebun. Karena dilakukan di masa pandemi, kegiatan ini tetap memerhatikan adanya prosedur kesehatan. Nilai lebihnya, kegiatan berkebun ini sekaligus membuat masyarakat jadi bisa berjemur di bawah sinar matahari untuk menunjang kesehatan tubuh.
Ilustrasi alah satu contoh kegiatan Urban Farming. Sumber foto: dokumen pribadi
Untungnya, kelurahan setempat di kawasan Arcamanik saat itu menyambut baik kegiatan yang dilakukan Vania dan kawan-kawan di Seni Tani. Mereka begitu mendukung aksi Vania dan tim dari Seni Tani untuk mengolah lahan terbengkalai milik pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Jadi beliau ibu lurahnya mendukung anak-anak muda banget yang mau gerak dan mau membuat gerakan baru. Itu mereka sangat support dalam hal lingkungan. Dan kelurahan pun sangat konsen sama persampahan saat ini. Jadi kita pun punya konsen untuk mengolah sampah organik yang ada di sekitar, sampah halaman, sampah warga, itu kita olah jadi kompos,” terang Vania.
Tak hanya sekedar memikirkan proses bertani, Vania dan kawan-kawannya juga memikirkan bagimana caranya di gerakan mereka tersebut bisa menggunakan dan menjaga lahan tidur sekaligus tetap bisa menghasilkan.
Agar perputaran ekonomi tetap ada, Seni Tani mengajak warga sekitar untuk mendukung mereka dalam hal berlangganan sayur di dua musim. Sistemnya, masyarakat bisa mengumpulkan uang untuk modal. Nantinya, pihak Seni Tani yang akan membeli benih bibit .
ADVERTISEMENT

Penghargaan SATU Indonesia Award, Sebentuk Energi Luar Biasa bagi Seni Tani

Keberadaan tren urban farming atau aktivitas bercocok tanam yang saat ini marak di daerah perkotaan menjadi salah satu hal yang membuat Vania berhasil menginisiasi atau mengajak banyak orang. Apalagi hal tersebut ditambah dengan adaya pandemi yang muncul di Indonesia di tahun 2020.
Dengan gerakan yang juga dimulai tahun 2020 tersebut, akhirnya di tahun 2021, Vania berhasiil mendapat penghargaan dari SATU Indonesia Award sebagai Pejuang tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid 19.
Ternyata menurut Vania, ada arti khusus dari keberadaan penghargaan tersebut.
“Kita menginisiasi ini tuh sebetulnya banyak diomongin sebetulnya. Dih ini anak-anak ngapain sih di lahan tidur. Ini akan menghasilkan kah atau akan berkelanjutan kah gitu kan. Ngapain sih? Jadi saat dapat apresiasi ini tuh kita seperti dapat energi yang luar biasa untuk berjuang. Kayak pengakuan. Makin bersemangat,” terang Vania tentang makna dari penghargaan yang didapatnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Vania mengaku pengetahuan berkebun yang didapatnya sedikit banyak berasal dari latar belakang pendidikan di masa kuliah. Dengan latar belakang ilmu Biologi, ia jadi sedikit banyak mengerti tentang jenis-jenis sayuran.
Pengetahuannya tersebut makin bertambah saat ia menjadi kepala kebun. Ia bersyukur, pengalamannya saat bekerja tersebut membuat ia jadi belajar banyak dari para petani yang bekerja sama dengannya.
“Jadi aku ngerasa petani itu kayak punya perpustakaan berjalan dibandingin aku yang waktu itu baru lulusan S1, nggak ada apa-apanya nih ilmunya. Jadi dari cara pola tanam, dari jenis-jenis sayuran, benih harus ditreatmentnya dengan cara apa, aku belajarnya dari situ.”
Sedangkan saat menjalani Seni Tani, Vania juga memilki tim yang memang memiliki latar belakang pertanian serta punya ketertarikan di bidang tersebut. Mereka ini juga yang membantu mencari beragam referensi pendukung.
ADVERTISEMENT
“Jadi kami kayak saling sharing knowledge satu sama lain,” imbuh Vania.
Saat ini, Seni Tani memiliki misi visi sosial yang menyasar pada kalangan anak muda. Ia berharap makin banyak anak muda yang berprofesi sebagai petani di kota. Karena menurutnya, urban farmer bisa menjadi sebuah profesi yang memungkinkan untuk ditekuni di masa kini dan yang akan datang.
Apalagi di masa pandemi saat itu. Vania dan Seni Tani melihat keberadaan anak-anak muda di sekitaran Arcamanik yang belum mendapatkan pekerjaan. Jadilah Vania memiliki bayangan adanya pemuda perkotaan yang akhirnya bisa menjadi pemuda dengan profesi bertani dan hidup di kota.