Konten dari Pengguna

Kisah Lukisan Karikatur Sang Pemimpin

Ika Susanti
Pranata Humas Ahli Muda pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
7 November 2023 8:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ika Susanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sopir Bus, Sumber: www.shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sopir Bus, Sumber: www.shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Dalam suatu forum di sebuah institusi, pimpinan rapat tiba-tiba intermeso bercerita tentang hadiah unik yang baru saja diterimanya. Pimpinan rapat ini adalah sosok yang sangat prospektif untuk menjadi pemimpin besar di masa depan. Karir kepemimpinannya saat itu sedang cemerlang, namanya sedang naik daun, ide-ide perubahannya yang inovatif sedang diikuti banyak kaum muda di institusinya.
ADVERTISEMENT
Gayanya yang santai dan sedikit selengekan, membuatnya mudah membaur dengan berbagai kalangan. Sosoknya sederhana, jauh dari kesan formal apalagi feodal seperti pemimpin-pemimpin seniornya. Dia menceritakan hadiah unik itu adalah sebuah lukisan karikatur dari suatu komunitas di hari pelantikannya sebagai Pimpinan Tinggi. Lukisan karikatur itu menggambarkan bagaimana dirinya sebagai seorang pemimpin diibaratkan sopir bus yang membawa banyak muatan penumpang.
Wajahnya jelas terpampang sebagai sopir bus yang sedang mengemudi dengan gaya ugal-ugalan. Menurutnya lukisan karikatur itu sangat konyol, tapi juga sangat tepat menggambarkan dirinya. Sambil bercanda dia mempersepsikan dirinya sebagai sopir yang "bebas membawa bus itu kemana saja dan dengan cara apa saja sesuai keinginannya". Dan dia mengingatkan sebuah aturan yang lazim tertulis "dilarang bicara dengan sopir" saat sedang mengemudikan busnya.
ADVERTISEMENT
Walaupun disampaikan dengan cara bercanda, terbersit kekuatiran kisah itu menjadi nyata. Komunitas itu pasti mempunyai harapan yang besar, ketika memberikan hadiah lukisan karikatur itu kepada sang pemimpin. Tapi mungkin mereka salah melukiskannya sebagai sopir bus yang ugal-ugalan, sehingga menimbulkan persepsi berbeda bagi penerimanya. Apa jadinya bila dia benar-benar memimpin organisasi dengan cara seperti itu, apalagi disertai pernyataan "dilarang bicara dengan sopir"..... OMG.
Harapan kepada Sang Pemimpin
Saya mencoba memahami harapan komunitas yang memberikan lukisan karikatur itu kepada sang pemimpin. Lukisan itu bertujuan mengingatkannya, betapa besar tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. Lukisan itu mengisyaratkan kepercayaan komunitas itu kepada sang pemimpin untuk mengendalikan laju organisasi dengan baik, walaupun merasa ketir-ketir karena gaya mengemudinya yang terkesan ugal-ugalan. Mereka bersedia menjadi penumpang, karena percaya sang pemimpin akan membawa mereka dengan "selamat" sampai tujuan. Lantas bagaimana harapan mereka kepada sang pemimpin?
ADVERTISEMENT
1.Mempunyai Tujuan yang Jelas
Para penumpang bus dalam lukisan karikatur itu mungkin mempunyai tujuan berbeda, walaupun melewati rute yang sama. Penumpang bisa naik darimana saja dan turun dimana saja. Tapi dimanapun penumpang naik atau turun, mereka pasti sudah memahami kearah mana bus itu berjalan. Mereka percaya sopir bus akan membawa penumpang sampai tujuan. Penumpang tidak akan bersedia turut serta, bila bus tidak mempunyai tujuan yang jelas atau melewati rute di luar kesepakatan.
Pernyataan sang pemimpin bahwa dia "bebas membawa bus kemana saja sesuai keinginannya" sangat tidak tepat. Sang pemimpin perlu mempunyai tujuan yang jelas dalam upaya membangun kepercayaan terhadap organisasi agar dapat berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan. Serta membangkitkan kemampuan, komitmen dan motivasi seluruh unsur organisasi untuk berkontribusi nyata bagi organisasi.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, tujuan yang jelas menjadi peta yang memandu organisasi kemana harus berjalan, rute mana yang harus dilewati, dan berapa lama waktu yang harus ditempuh. Sang pemimpin harus dapat memastikan seluruh unsur organisasi memberikan dukungan dan bersama-sama mencapai tujuan.
2. Mencapai Tujuan dengan Selamat
Apa jadinya bila sopir mengemudikan busnya dengan ugal-ugalan. Membuat penumpang merasa ketakutan dan tidak nyaman. Resiko kecelakaan menjadi lebih besar, dan keselamatan bukan lagi menjadi jaminan. Ambisi sopir bus dan keinginannya untuk cepat sampai tujuan, membuatnya mengabaikan keselamatan. Segala cara ditempuh untuk mewujudkan keinginannya, sehingga mengemudi dengan sembrono membahayakan penumpang dan orang lain.
Pernyataan sang pemimpin bahwa dia "bebas membawa bus dengan cara apa saja sesuai keinginannya" sungguh salah. Sang pemimpin tidak boleh lupa yang dibawanya adalah manusia, bukan benda mati yang tidak punya rasa dan hati. Sang pemimpin harus selalu ingat bahwa dia tidak membawa dirinya sendiri, sehingga perlu mengembangkan sikap empati. Ada amanah yang harus diembannya terkait kepentingan organisasi dan kemaslahatan orang banyak.
ADVERTISEMENT
Ambisi pribadi jangan sampai membuatnya mabuk kepayang, dan melenceng dari tujuan awal yang telah disepakati. Sang pemimpin harus jauh dari segala konflik kepentingan, yang menguntungkan dirinya sendiri maupun kelompok tertentu. Membawa misi organisasi agar dapat memberikan kebermanfaatan bagi seluruh unsur organisasi dan masyarakat. Karena harapan para penumpang bukan sekedar sampai tujuan, tapi bagaimana mencapai tujuan itu dengan selamat.
3. Membangun Komunikasi yang Baik
Pernyataan "dilarang bicara dengan sopir" sebenarnya bertujuan baik. Sopir bus harus berkonsentrasi pada tugasnya mengemudi. Mengajaknya ngobrol bisa mengganggu konsentrasi dan kinerjanya saat mengemudi di jalanan. Tapi bukan berarti penumpang tidak boleh menegur sopir bila laju bus tidak sesuai dengan harapan. Penumpang wajib mengingatkan bila sopir mengantuk atau mengemudi bus dengan ugal-ugalan. Sopir bus dan penumpang perlu saling mengingatkan, untuk kepentingan dan keselamatan bersama.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia biasa, pendapat sang pemimpin tidak selalu benar. Maka perlu baginya untuk bersikap terbuka, rendah hati dan mau mendengarkan pendapat orang lain. Semua ide perubahan terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman organisasi harus dapat terkomunikasikan dengan baik. Keterbukaan informasi bukan hanya pada segelintir orang, tapi pada seluruh unsur yang mendukung kemajuan organisasi.
Sang pemimpin juga harus bersedia dievaluasi bila hasil kinerjanya tidak sesuai dengan harapan. Harus disadari, tidak mungkin sang pemimpin berjalan sendiri tanpa orang-orang yang dipimpinnya. Sikap otoriter pada akhirnya hanya akan merugikan dirinya sendiri, serta membuatnya kehilangan kepercayaan dan dukungan.
Dan begitulah lukisan karikatur sang pemimpin yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua. Pada dasarnya semua manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya. Maka kita perlu selalu bersikap mawas diri dan amanah menjalankan tanggung jawab. Menebarkan kebaikan dan selalu berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama dimanapun kita berada. (IkS)
ADVERTISEMENT