Kolaborasi dalam Manajemen Konflik

Ika Susanti
Pranata Humas Ahli Muda pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Konten dari Pengguna
24 Januari 2021 12:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ika Susanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi kerja sama di kantor. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi kerja sama di kantor. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam suatu tim kerja, dinamika muncul sebagai wujud keberagaman kompetensi anggota tim dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Dinamika juga muncul dari perbedaan latar belakang, tujuan, motivasi, cara pandang terhadap nilai moral dan etika, serta berbagai perbedaan lainnya. Dinamika dalam tim kerja tanpa pengelolaan yang baik, akan memunculkan konflik yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi pencapaian tujuan.
ADVERTISEMENT
Konflik akan muncul ketika sebuah tim berada pada tahap storming. Dimana pada tahap ini tim mulai bekerja sama, saling mempertahankan pendapat dan menolak batasan-batasan yang telah ditentukan. Untuk mengelola situasi ini, seorang pemimpin dapat menggunakan metode kolaborasi dalam manajemen konflik.
Ariyono Suyono menjelaskan pengertian konflik sebagai proses atau keadaan di mana dua belah pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak. Sehingga manajemen konflik dapat diartikan sebagai sebuah upaya mengelola perbedaan (pendapat, nilai, dan tuntutan) dengan menyusun sejumlah strategi yang bersifat konstruktif, untuk mendapatkan resolusi yang terbaik pihak-pihak yang berkonflik dalam tim kerja. Strategi yang bersifat konstruktif ini dibangun salah satunya melalui metode kolaborasi, yang dikendalikan oleh seorang pemimpin.
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran. Sedangkan menurut Jonathan (2004), kolaborasi adalah proses interaksi di antara beberapa orang yang berkesinambungan. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kolaborasi terdapat unsur kerja sama, penggabungan pemikiran dan interaksi yang berkesinambungan. Langkah- langkah kolaborasi dalam manajemen konflik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Antisipasi
Upaya antisipasi dilakukan sebelum konflik terjadi. Pemimpin harus memahami titik-titik rawan konflik, misalnya ketika tim dalam kondisi "under pressure" karena target tugas. Untuk itu sebelum mulai bekerja, jelaskan tujuan dan target tim, serta masalah yang mungkin akan dihadapi. Batasan dan aturan sebaiknya disepakati dari awal oleh seluruh anggota tim. Bangun semangat kerja sama dan saling menghargai. Berikan pembagian tugas yang jelas dan tidak tumpang tindih. Sesuaikan tugas dengan kompetensi anggota tim secara proporsional. Tidak mungkin mengharapkan semua anggota tim mempunyai kemampuan yang sama. Maka tegaskan bahwa anggota tim harus saling bantu dan saling melengkapi.
ADVERTISEMENT
2. Observasi dan Investigasi
Lakukan observasi dan Investigasi ketika konflik mulai terjadi. Apa penyebab masalahnya, siapa saja pihak-pihak yang berkonflik, sejauh mana ruang lingkup masalahnya dan dampaknya bagi tim bahkan untuk organisasi. Pemimpin perlu menempatkan diri sebagai pihak yang netral, untuk mendapatkan kepercayaan pihak-pihak yang berkonflik agar mau bersikap terbuka. Sikap terbuka akan mempercepat proses observasi dan investigasi masalah.
3. Solusi
Setelah melakukan observasi dan Investigasi, buatlah beberapa alternatif solusi. Libatkan anggota tim untuk ikut memikirkan solusi bersama, berikan kesempatan mereka menyatakan pendapatnya. Dalam hal ini pemimpin tetap menjadi penentu dari berbagai pendapat yang ada. Gunakan prinsip "win win solution" untuk menentukan solusi terbaik. Dalam metode kolaborasi, solusi yang dibuat harus bisa semakin mendekatkan pihak-pihak yang berkonflik hingga suasana bisa mencair. Solusi yang dibuat juga harus bisa menghasilkan interaksi yang berkesinambungan, agar tercipta rasa saling menghargai dan konflik tidak kembali terjadi.
ADVERTISEMENT
4. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan bisa saja terjadi penolakan atas solusi yang ditawarkan. Pemimpin harus punya "bargaining power" untuk bertindak tegas, memaksa pihak-pihak yang berkonflik membuat kesepakatan demi kepentingan bersama. Hindari deadlock, karena hal itu berarti kegagalan dari upaya kolaborasi yang dilakukan. Pemimpin harus terus berusaha membawa pihak-pihak yang berkonflik dalam kesepakatan dan situasi kerja sama. Pendekatan personal seringkali diperlukan dalam tahap ini.
5. Monitoring
Setelah konflik mereda, pemimpin harus tetap melakukan monitoring. Karena tidak menutup kemungkinan konflik akan berulang walaupun telah terjadi kesepakatan. Lakukan upaya pembinaan untuk mencegah konflik terjadi kembali. Lakukan juga kegiatan kebersamaan untuk membangun kembali semangat kerja sama dan saling menghargai.
6. Evaluasi
Evaluasi lagi capaian target, pembagian tugas dan kompetensi tim, serta batasan dan aturan yang telah dibuat. Bila tidak mungkin mengubah target dan menambah sumber daya, maka lakukanlah upaya peningkatan kompetensi anggota tim agar bisa survive mencapai target yang telah ditentukan. Evaluasi lagi titik-titik rawan konflik, lakukan upaya kolaborasi secara terus menerus. Kolaborasi akan membuat pihak-pihak yang berkonflik semakin cepat menyesuaikan diri. Pemimpin juga tetap harus menjaga netralitas untuk dapat merangkul semua pihak dalam suasana kerja sama yang harmonis.
ADVERTISEMENT
Dari uraian di atas, maka pada dasarnya kolaborasi dalam manajemen konflik memberikan banyak manfaat bagi tim kerja bahkan organisasi. Kolaborasi yang tercipta dapat meningkatkan kerja sama dan rasa saling menghargai. Anggota tim akan menyadari bahwa keberagaman dan perbedaan bukan alasan terjadinya konflik di antara mereka.
Anggota tim juga akan menjadi lebih dapat berpikir kritis, rasional dan kreatif ketika mereka dilibatkan dalam penyelesaian konflik. Mereka dapat menyatakan pendapat untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh tim. Manfaat lainnya adalah memupuk tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap keberhasilan tim dalam mencapai tujuan. (IkS).