Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Media dan Teori Kultivasi
29 September 2024 9:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ika Yunianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejatinya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah luput dari komunikasi. Segala kegiatan yang dilalui oleh manusia selalu bersinggungan dengan komunikasi, dari komunikasi yang dilakukan manusia mendapatkan suatu informasi. Informasi tersebut yang nantinya diolah apakah merubah cara pandang atau hanya sebagai penambah pengetahuan. Manusia mendapatkan berbagai informasi yang dapat diakses dari banyak sumber. Simbiosis mutialisme dalam hal ini pun berfungsi, dimana penerima pesan (komunikan) mampu mendapatkan apa yang mereka butuhkan yaitu suatu informasi, dan pemberi pesan (komunikator) dapat menyalurkan apa yang mereka ingin informasikan.
ADVERTISEMENT
Media dikatakan sebagai alat yang efektif untuk menyalurkan informasi-informasi yang sudah seharusnya disebarluaskan kepada khalayak. Berbagai media yang bermunculan sangat mempermudah khalayak dalam mengakses berita kapanpun dan dimanapun. Media massa dapat dibedakan menjadi massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak merupakan media yang paling tua karena sudah ada sejak dahulu.
Dikutip dari pakarkomunikasi.com (2020) menyatakan bahwa media cetak merupakan media yang ditampilkan dalam bentuk cetakan kertas. Pada tahun 1455, orang yang pertama kali menemukan media cetak yaitu Johannes Gutenberg. Awal kemunculan media cetak, media yang digunakan masih menggunakan daun atau tanah liat. Hingga saat ini perkembangan media cetak semakin maju, baik dalam sisi media, bentuk, serta teknis alat-alat percetakkannya. Contoh media cetak yaitu surat kabar, majalah, tabloid dan buletin.
ADVERTISEMENT
Sedangkan “media elektronik adalah video, buku, kaset audio, program video pembelajaran dan program pembelajaran berbasis komputer, atau paket belajar yang menggabungkan berbagai media (multimedia)” Dorel dalam Sipetu (2014:19). Munculnya media elektronik sedikit menggeser keberadaan media cetak, karena tampilan dari media elektronik yang tidak hanya visual saja namun disertai audio.
Dari berbagai media yang digunakan, televisi masih menjadi patokan penyebaran informasi karena selain dipercaya keakuratan informasinya, televisi didukung dengan tampilannya yang menampilkan audio, visual, maupun gabungan keduanya. Televisi menjadi sumber penyalur informasi yang dari dahulu hingga saat ini diminati oleh berbagai kalangan.
Cultivation Theory atau Teori Kultivasi merupakan teori yang mengkaji bagaimana dampak adanya tayangan televisi terhadap khalayak. Teori ini sangat berkitan erat dengan televisi, seberapa kuat televisi dapat menanamkan persepsi dan mengubah pemikiran seseorang lewat tayangan yang ditayangkan dan berita yang diinformasikan. Teori ini berbeda dengan teori jarum hipodermik, yang dimana pengaruh media massa langsung terasa dan menimbulkan efek yang langsung mempengaruhi ke dalam benak khalayak, serta membuat khalayak langsung melakukan suatu tindakan.
ADVERTISEMENT
Teori kultivasi ini bekerja dengan cara perlahan, teori ini melakukan penanaman terhadap pemahaman dan perspektif sehingga seseorang tidak akan langsung terpengaruh oleh terpaan media dan paparan informasi yang diberikan, melainkan membutuhkan beberapa waktu sehingga apa yang menjadi tujuan pemberitaan tertanam ke benak khalayak dan menjadi suatu persepsi yang lambat laun bisa berubah menjadi persepsi sosial.
Signorielli dan Mogan (1990), menurutnya analisis kultivasi merupakan tahap lanjutan dari paradigma penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Garbner mengenai efek media, yaitu cultural indicators menyelidiki (1) proses institusional atau penetapan dalam produksi isi media, (2) image (kesan) dari isi media, (3) hubungan antara terpaan pesan dari televisi dengan keyakinan dan pelaku khalayak.
Teori kultivasi ini memiliki beberapa asumsi yang menjadi dasar bagaimana media terutama televisi dapat mempengaruhi khalayak bahkan hingga mengubah perilaku khalayak dalam berperilaku. Televisi sendiri sudah dianggap sebagai media yang terpercaya untuk menyebarkan berbagai informasi kepada khalayak luas. Televisi menjadi media yang unik merupakan asumsi pertama dan yang paling mendasar dari teori kultivasi ini.
ADVERTISEMENT
Jika dalam menggunakan media sosial kita bisa menyesuikan apa saja yang ingin kita lihat dan kita bisa berekspresi dalam setiap laman, maka di televisi berbeda alurnya. Semua yang disajikan oleh televisi sudah disetting baik jam penayangan, penyajian hiburan, berita, iklan, dan lain sebagainya, sehingga kita sebagai khalayak hanya bisa melihat apa yang disuguhan tanpa bisa mengatur apa yang mau kita lihat. Penyebaran informasi yang tersampaikan ke seluruh wilayah dengan waktu yang bersamaan serta didukung dengan tampilan menjadi daya tarik tersendiri dari televisi.
Namun, hal tersebut membuat khalayak berpersepsi bahwa apa yang ditampilkan dalam televisi dan apa yang mereka lihat dalam tayangan adalah suatu realitas sosial. Apalagi teori ini melihat bahwa khalayak cenderung pasif dan hanya menerima apa saya informasi yang mereka terima tanpa adanya filterisasi. Sehingga asumsi ini menyatakan bahwa khalayak menyamakan segala sesuatu yang mereka lihat dari televisi adalah suatu realitas nyata yang terjadi dan benar adanya.
ADVERTISEMENT