Meneladani Sikap Lemah Lembut dan Tekun Nabi Muhammad dalam Mencapai Tujuan

Ikfi Khafidhotul Khikmah
Mahasiswi UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Konten dari Pengguna
26 Mei 2022 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ikfi Khafidhotul Khikmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/photos/TgO2abHGPMA
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/photos/TgO2abHGPMA
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari, di setiap langkah yang kita ambil tentu ada sesuatu yang selalu ingin kita capai dan kita wujudkan. Untuk jangka waktu pendek 1 Minggu misalnya, pasti ada sesuatu yang ingin kita lakukan di minggu ini dan kemudian memforsir diri bahwa hal itu harus tercapai.
ADVERTISEMENT
Dalam tahapannya mencapai sebuah tujuan, manusia tidak akan lepas dari yang namanya perencanaan matang dan persiapan yang mantap. Mulai dari membangun mindset ke arah tujuan, menentukan langkah awal apa yang perlu diambil untuk mencapai keinginan tersebut sampai bagaimana sikap diri yang diperlukan dalam berprosesnya.
Sebuah tujuan tidak akan bisa dicapai apabila dilakukan dengan persiapan yang asal-asalan dan tergesa-gesa hanya karena ingin segera mewujudkannya.
Sebagai contoh sederhana saat seseorang telah memutuskan menanam pohon apel di pekarangan rumahnya, dengan sikap yang lemah lembut ia akan mulai menanam bibit ke tanah dan secara bertahap akan menyiram bibit apel tersebut dengan air sedikit demi sedikit dan memberinya pupuk dengan takaran tertentu di setiap pertumbuhannya hingga kemudian pohon apel dapat tumbuh dengan baik dan mulai berbuah lebat.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu berbeda jika misalnya si A sudah tidak sabar ingin segera melihat pohon apel tumbuh dan berbuah, ia akan langsung memberinya air dan pupuk tanpa takaran pasti karena beranggapan setelah ini pasti pohon apel tersebut langsung berbuah lebat. Jika demikian yang dilakukan, nantinya pohon apel justru akan layu atau bahkan mati karena kelebihan air akan membuat akar-akarnya membusuk. Selain itu, pemberian pupuk berlebih juga akan menimbulkan pencemaran tanah karena penggunaan pupuk yang berlebihan.
Perumpamaan di atas tak ubahnya sikap dan perilaku seseorang yang perlu diperhatikan dalam upaya mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. Karena pekerjaan apapun itu akan lebih baik apabila dilakukan dengan perlahan, lemah lembut, bertahap dan tekun (dilakukan secara terus-menerus).
ADVERTISEMENT
Dari sini kemudian saya ingat betul ketika minggu lalu salah satu dosen pengajar saya, memberikan nasihat yang serupa. Dengan kaitannya menyelesaikan tugas pembuatan jurnal sebagai tujuan akhir perkuliahan, beliau mengingatkan agar mulai mencari dan menemukan fokus tujuan yang jelas di masa depan sedari dini dan berpesan untuk melakukan segala pekerjaan yang ada semaksimal mungkin selagi bisa, tidak perlu tergesa-gesa, perlahan tapi tetap continue (berlanjut) dan tidak menunda-nundanya. Beliau menjelaskan bahwa menunda-nunda dan menganggap enteng suatu pekerjaan adalah penyakit yang harus di hindari karena hanya akan berdampak buruk bagi diri kita sendiri di masa depan.
Jika ditelaah baik-baik hal ini benar adanya. Karena kelak di akhir, pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan akhir yang telah di tetapkan menjadi tidak stabil dan tidak maksimal karena dilakukan dengan kasar, tergesa-gesa, dan serampangan (sembarangan asal selesai), sehingga kemudian banyak detail yang terlewat. Sikap terburu-buru dan gegabah dalam melakukan sesuatu juga hanya akan membawa dampak buruk yang mengarah pada bahaya dan hilangnya kemanfaatan.
ADVERTISEMENT
Pedoman berperilaku lemah lembut dan tekun dalam mencapai sebuah tujuan ini dapat kita temui pada diri Nabi Muhammad SAW. mengambil dasar salah satu ayat dalam al-Qur'an yang berbunyi :
“Maka, di sebabkan rahmat dari Allah-lah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (Q.S Ali Imran: 159).
Ayat di atas bercerita bahwa semasa hidupnya, dalam mencapai tujuan menyebarkan agama Islam dan menunjukkan umat manusia ke arah jalan yang benar, nabi Muhammad melakukan dakwahnya dengan cara lemah lembut, tekun, hati-hati dan tidak berlaku kasar.
Mula-mula dakwah dimulai dari tahap yang mendasar dengan mengenalkan agama Islam kepada keluarga dan sanak saudara terdekat. Dakwah ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi selama kurang lebih 3 tahun dan kemudian setelah tahap awal berhasil dilakukan, barulah berlanjut ke tahap selanjutnya dengan mulai menyebarkan dakwah kepada para tetangga dan penduduk Makkah di sekitarnya melalui jalan damai tanpa peperangan.
ADVERTISEMENT
Melihat banyaknya penduduk Makkah yang mulai menganut agama Islam, beberapa pemuka kafir Qurisy menjadi marah dan terang-terangan memusuhi nabi Muhammad SAW serta menyuarakan kebenciannya terhadap agama Islam. Bahkan setelah banyaknya cacian dan penyiksaan tersebut, beliau tetap melakukan dakwahnya secara perlahan, sabar, dan tetap lemah lembut karena berkeyakinan bahwa Islam itu agama yang rahmatan lil 'alamin, dan pasti akan disegani banyak orang.
Karena berinteraksi dengan penuh kelembutan—sebagaimana kata Aidh Al-Qarni (2003)—akan meluluhkan jiwa, menuntun hati, dan meluluhkan nurani. Karena orang yang lemah lembut ibarat sebuah kunci dari semua kebaikan.
Segala hal yang dilakukan dengan lemah lembut, tekun, dan berpusat pada satu titik yang jelas pasti akan mendatangkan hasil yang memuaskan. Buah ketekunan dan kelemah lembutan Nabi Muhammad SAW dalam mencapai tujuan tersebut kemudian bisa kita lihat dengan banyaknya jumlah penganut agama Islam yang tersebar ke seluruh penjuru dunia hingga saat ini.
ADVERTISEMENT