Konten dari Pengguna

Budaya Patriarki : Tantangan Menuju Kesetaraan Gender

Dianisia Veronika N Balun
Mahasiswa Semester 7 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
25 Maret 2024 10:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dianisia Veronika N Balun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi diedit oleh penulis ( Dianisia Veronika Nika Balun )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diedit oleh penulis ( Dianisia Veronika Nika Balun )
ADVERTISEMENT
Di balik keindahan dan keberagaman Indonesia, tersembunyi aliran yang kuat dari budaya patriarki. Seperti sungai yag tak terlihat namun memberi dampak yang dalam. Budaya ini mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan di tanah air. Dari ruang keluarga, hingga panggung politik,sosial,ekonomi dan budaya, Indonesia masih merangkul pandangan bahwa laki-laki adalah panglima,sementara perempuan diharapkan untuk menari di belakang tabir.
ADVERTISEMENT
Pergulatan Dalam Ruang Keluarga
Patriarki merajalela di ranah rumah tangga, dimana laki-laki sering kali dianggap sebagai penguasa utama. Tradisi mengikat perempuan pada peran sebagai "penjaga rumah" dimana perempuan seringkali diharapkan mengambil peran sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga dan anak-anak, sementara laki-laki dipuji sebagai "pencari nafkah" dan "kepala keluarga". Namun, apakah ini masih relevan di zaman dimana perempuan juga dapat mengejar mimpinya di luar dapur dan kasur?
Pembagian kerja rumah tangga yang belum merata masih menjadi kenyataan, dengan perempuan seringkali memikul beban yang lebih besar dalam mengurus rumah tangga. Pandangan ini juga tercermin dalam adat dan budaya di masyarakat, di mana perempuan seringkali diharapkan untuk menuruti apa yang dianggap sebagai peran tradisional mereka Namun di tengah laju waktu, suara-suara perempuan semakin keras menyuarakan hak mereka untuk kesetaraan. Mereka bukan lagi bunga yang hanya dihiasi dalam taman,tetapi penjaga hutan yang juga memiliki hak memetik buah.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Sebagai Senjata
Dalam medan pendidikan,perempuan Indonesia masih menghadapi rintangan. Meskipun lebih banyak yang menapaki jalan menuju universitas, tetapi masih ada kecenderungan bahwa kaum adam lebih didorong untuk memilih jurusan yang dianggap "maskulin" seperti teknik dan sains , sementara perempuan masih dihadapkan pada stereotip yang membatasi. " Sebaiknya jadi guru atau perawat", begitu kata-kata yang masih terdengar menggema di telinga para kaum hawa ini.
Namun, ada perubahan yang bergelora. Perempuan Indonesia tak lagi terikat oleh kodrat lama, tetapi oleh cita-cita dan ambisi mereka. Mereka menuntut kursi yang setara di meja pendidikan,mengubah jurang menjadi jembatan untuk kesetaraan. Perempuan tidak hanya menuntut untuk belajar, tetapi juga untuk mengajar, mencipta, dan memimpin.
Melawan Diskriminasi di Dunia Kerja
ADVERTISEMENT
Budaya Patriarki juga meracuni tempat kerja, tempat dimana perempuan harus bekerja dua kali lebih keras untuk mendapatkan pengakuan yang sama dengan rekan laki-laki, mereka juga sering kali dianggap kurang kompeten atau tidak cocok untuk posisi-posisi tertentu. Upah yang tidak sebanding dengan kerja keras,kesempatan karir yang tertutup rapat oleh plafon kaca,itulah realita yang masih dihadapi banyak perempuan di Indonesia.
Namun di tengah tekanan ini, perempuan Indonesia bukan lagi korban yang terdiam. Mereka mengangkat kepala dengan gagah, mengenakan jubah kesetaraan sebagai senjata, siap menghadapi medan kerja yang berat sekalipun. Mereka tidak lagi menunggu di garis samping, tetapi melangkah ke panggung utama dengan langkah yang teguh dan hati yang berapi-api.
Mengubah Paradigma
Penting untuk menciptakan kesadaran akan dampak dari budaya patriarki ini. Perubahan paradigma dalam masyarakat perlu dilakukan agar menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan setara bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Budaya patriarki di Indonesia bukanlah batu yang tidak bisa diubah. Ia seperti air yang dapat mengalir da berubah bentuk sesuai dengan wadahnya. Perjalanan menuju kesetaraan gender mungkin panjang, tetapi dengan keberanian dan tekad, perempuan Indonesia mampu melawan arus. Mereka adalah penulis kisah masa depan yang penuh makna, tempaan oleh perjuangan dan keberanian untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih adil dan setara bagi semua.