Semana Santa: Tradisi Paskah yang Kekal di Larantuka

Dianisia Veronika N Balun
Mahasiswa Semester 6 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Konten dari Pengguna
9 Januari 2024 15:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dianisia Veronika N Balun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
07 April 2023 - Pukul 22.02 WITA ( foto diambil secara pribadi oleh Dianisia Balun ) Suasana khusyuk para peziarah mengikuti prosesi Semana Santa di Kota Larantuka dengan menyalakan lilin dan Turo di sepanjang jalan mengitari jantung Kota Larantuka.
zoom-in-whitePerbesar
07 April 2023 - Pukul 22.02 WITA ( foto diambil secara pribadi oleh Dianisia Balun ) Suasana khusyuk para peziarah mengikuti prosesi Semana Santa di Kota Larantuka dengan menyalakan lilin dan Turo di sepanjang jalan mengitari jantung Kota Larantuka.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Larantuka - Semana Santa atau hari bae nagi adalah ritual perayaan pekan suci Paskah yang dilakukan selama tujuh hari berturut - turut dan sudah berlangsung lebih dari 5 abad oleh umat Katolik di Larantuka. kata semana berasal dari bahasa Portugis yang berarti "pekan" atau "minggu" dan santa yang berarti "suci". Tradisi ini dirayakan hampir seminggu penuh,mulai dari minggu palma sampai dengan minggu paskah.
ADVERTISEMENT
Pada saat perayaan ini sedang berlangsung, warga Kota Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur selalu antusias menyambutnya. Berbagai peziarah dari sejumlah penjuru tanah air akan berdatangan ke Kota yang dijuluki Vatikan Indonesia itu. Mereka ingin menyaksikan perayaan besar tersebut sekaligus ingin mendapatkan pengalaman berkesan dan mukjizat karena sebagian besar pengunjung dan peziarah adalah orang sakit. Tak hanya peziarah, beberapa artis pun kerap datang dan mengikuti prosesi semana santa diantaranya adalah Chicko Jerikho, Julie Estelle dan masih banyak lagi.
Para peziarah yang datang dari daratan Flores, Timor, Sumba, dan Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.Perayaan ini biasanya diikuti oleh berbagai kalangan yaitu anak anak,remaja orang dewasa serta lansia dari berbagai tempat di dalam maupun luar Kota Larantuka bahkan juga dari Luar NTT.
ADVERTISEMENT
Setiap kali prosesi Jumat Agung, atau Sesta Vera, dua patung suci Tuan Ma dan Tuan Ana , begitu orang Larantuka menyebutnya, diarak berkeliling jantung kota Larantuka,dengan jutaan lilin dinyalakan sepanjang jalan.
07 April 2023 - pukul 23.52 WITA ( foto ini diambil secara pribadi oleh Dianisia Balun) Patung Tuan Ma yang mengenakan jubah berwarna biru diarak mengelilingi kota Larantuka.
Sesta Vera menjadi puncak perayaan Semana Santa, atau pekan suci Paskah yang memperlihatkan tautan budaya Portugis dan budaya orang Lamaholot yang erat. Don Tinus,Raja Larantuka menjelaskan bahwa selama lebih dari 500 tahun,keluarga kerajaan Larantuka dan suku-suku semana bersama dengan Conferia de Rosari atau perkumpulan Laskar Maria,bahu membahu dengan pihak Gereja untuk melestarikan tradisi ini.
Dilansir dari bbc.com Don Tinus mengatakan bahwa selama ini pihak kerajaan sebagai pelaksana devosi dengan pihak liturgi Gereja tetap bekerja sama. Kami saling mengisi sehingga tradisi ini menjadi lebih berkesan bagi para peziarah dan Masyarakat Larantuka sendiri.
ADVERTISEMENT
Dalam Prosesi ini patung Tuan Ma yang mengenakan busana jubah berwarna biru tua, diarak mengelilingi Kota Reinha.Tuan Ma, begitu orang Larantuka menyebut patung Mater Dolorosa atau Bunda Maria yang Berdukacita yang menjadi pusat ritual tradisi Semana Santa, memang disakralkan oleh Warga Larantuka.Patung Tuan Ma hanya bisa ditemui setahun sekali, mulai dari hari Kamis Putih sampai Jumat Agung.Menariknya, setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda-beda setelah melihat secara langsung patung Bunda Maria.
07 April 2023 - 23.39 WITA ( gambar diambil secara pribadi oleh Dianisia Balun )
Tradisi ini kian menarik perhatian wisatawan karena sudah ditetapkan sebagai wisata religi oleh Kementrian Pariwisata serta merupakan ikon dari Flores Timur dan menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi peziarah maupun wisatawan. Selain menggeliatkan ekonomi dan pariwisata,tradisi ini juga menjadi wujud toleransi antar umat beragama di Flores Timur.
ADVERTISEMENT