Konten dari Pengguna

4 Hal Terkait Sapu-Sapu, Ikan yang Mampu Bertahan Hidup di Lumpur yang Mengering

Haryono
Bekerja sebagai PNS bidang penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak tahun 1991 dan sekarang berubah menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Jabatan Peneliti Ahli Utama dengan bidang kepakaran ikan (Iktiologi)
12 Maret 2024 11:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haryono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini beredar kembali video tentang ikan sapu-sapu yang mampu bertahan lama di lumpur dalam kondisi hibernasi atau tidak aktif. Uniknya, setelah disiram air ternyata ikan tersebut masih hidup. Dalam unggahan tersebut tidak disebutkan sapu-sapu akan tetapi sebagai ‘catfish”. Penamaan catfish dikarenakan kelompok ikan ini umumnya mempunyai kumis atau barbel di sekitar mulutnya. Beberapa jenis ikan yang termasuk ikan berkumis dan mudah dijumpai di pasar ikan antara lain lele, baung, patin, dan lais.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, sapu-sapu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena mudah dijumpai di perairan sekitar kita mulai dari sungai, danau, waduk, dan saluran irigasi. Namun hanya dapat ditemukan di perairan tawar dan paling jauh di sekitar muara atau estuarin Mendengar kata sapu-sapu, maka dalam pikiran kita langsung terbayang sebagai ikan yang mudah dijumpai di perairan yang kondisinya masih bersih sampai yang sudah hitam pekat, jumlahnya berlimpah, dan umumnya tidak disukai akan keberadaannya. Adapun yang menarik, disebutkan bahwa sapu-sapu mampu bertahan hidup di lumpur dalam jangka waktu yang lama. Agar tidak penasaran, yuk kita simak penjelasan secara ilmiahnya.
1. Mengapa Diberi Nama Ikan Sapu-Sapu?
Sapu-sapu bukan ikan asli Indonesia akan tetapi merupakan ikan pendatang atau introduksi yang berasal dari kawasan Sungai Amazon di beberapa negara Amerika Selatan. Sapu-sapu yang masuk ke wilayah Indonesia dan sudah tersebar luas serta melimpah populasinya di perairan umum adalah Pterygoplichthys pardalis dengan sinonim atau nama lamanya Hypostomus pardalis. Jenis ikan ini, semula didatangkan ke Indonesia sebagai ikan hias.
ADVERTISEMENT
Oleh karena kemampuannya dalam membersihkan lumut dan alga yang tumbuh pada akuarium maka dinamai “Ikan Sapu-Sapu”. Dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama Plecostomus,plecos dan plecs. Penamaan ini diambil dari salah satu nama genus ikan sapu-sapu yaitu Pelcostomus. Sapu-sapu terdiri dari beragam spesies dengan pola warna yang menarik sehingga jenis yang beredar di sentra perdagangan ikan hias setidaknya terdapat 10 jenis. Secara taksnonomi, sapu-sapu termasuk ke dalam famili Loricariidae dengan jumlah anggota 998 spesies dan 121 genera. Famili ini terdiri dari 7 subfamili, yaitu Loricariinae, Ancistrinae, Delturinae, Hypostominae, Hypotopomatinae, Lithogeneinae, dan Neoplecostominae.
2. Bagaimana Morfologi Ikan Sapu-Sapu?
Profil tubuh ikan sapu-sapu berbentuk pipih atau depressed terutama pada bagian kepalanya. Letak mulut di bagian bawah kepala (inferior) dengan atau tanpa sungut/kumis di sekitar mulutnya. Tubuh umumnya tertutup oleh lempengan yang keras yang dikenal dengan istilah ‘plates’. Sapu-sapu termasuk ke dalam kelompok ikan berkumis dengan sebutan “Armored catfish”. Secara spesifik, dikenal pula dengan sebutan “Suckermouth” karena mulutnya bukan hanya untuk mengais makanan terutama lumut dan alga akan tetapi juga sebagai alat perekat pada substrat maupun dasar perairan tempat hidupnya.
ADVERTISEMENT
Ikan Sapu-sapu, Pterygoplichthys pardalis dengan bentuk tubuh yang pipih kesamping ‘depressed” dan tertutup oleh lempengan kulit yang keras (Foto: Haryono)
Kemampuan seperti ini dikarenakan pada bibirnya terdapat papilla atau rumbai-rumbai. Fungsi sebagai alat perekat sangat diperlukan bagi ikan sapu-sapu terutama yang habitatnya berupa sungai yang berarus. Sebagaimana disebutkan oleh Froese & Pauly tahun 2023, habitat ikan sapu-sapu dapat berupa perairan yang tenang sampai berarus kuat baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai 3000 mdpl. Berdasarkan karakteristik tersebut maka habitat sapu-sapu sangat beragam.
3. Bagaimana Cara Bertahan Hidupnya?
Berkaitan dengan habitat sapu-sapu yang sangat beragam dikarenakan jenis ikan ini mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungannya. Sapu-sapu dapat mentolerir perairan yang minim oksigen dan bahkan yang tercemar berat. Kemampuan seperti ini didukung karena sapu-sapu dapat menyimpan oksigen di dalam perutnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kondisi normal, sapu-sapu akan naik ke permukaan air untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Selain itu dapat bertahan hidup di luar media air sampai 30 jam. Dalam ungggahan video platform di atas, sapu-sapu dapat hidup dalam lumpur. Kondisi seperti ini dilakukan oleh ikan sapu-sapu dengan cara meminimalisir konsumsi oksigen yang tersimpan dalam perutnya. Strategi yang hampir sama juga dilakukan pada kelompok ikan paru (Lung fish) yang membungkus tubuhnya seperti selaput dan berdiam diri secara pasif ketika kondisi lingkungannya kurang menguntungkan.
4. Benarkah Sapu-Sapu Termasuk yang Ikan Merugikan/Invasif?
Berkaitan dengan kategori ikan dalam ranah budidaya dan pemanfaatan sumberdaya ikan dapat merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2017 tentang Pembudidayaan Ikan yaitu Pasal 67 ayat 2 disebutkan bahwa kriteria Ikan yang merugikan meliputi Ikan yang:
ADVERTISEMENT
a. bersifat buas atau pemangsa bagi Ikan spesies lain yang dapat mengancam penurunan populasi Ikan lainnya;
b. mengandung racun/biotoksin;
c. bersifat parasit; dan/atau
d. melukai/membahayakan keselamatan jiwa manusia.
Populasi ikan sapu-sapu pada saat ini sudah sangat melimpah di perairan umum. Selain itu hampir tidak bernilai secara ekonomi, secara ekologi cenderung merugikan, serta mengancam kelestarian ikan asli. Jika merujuk pada regulasi di atas maka sapu sapu yang terdapat di perairan umum sudah dapat dikategorikan sebagai jenis ikan yang merugikan atau invasif. Oleh karena sapu-sapu bukan ikan asli Indonesia (asing) dan sudah dikategorikan sebagai ikan invasif maka dapat dinamakan sebagai JAI (Jenis Asing Invasif). Kriteria tersebut juga sejalan dengan definisi yang tertuang dalam The United Nations Convention on Biodiversity (UN-CBD), yang dimaksud jenis asing invasif atau JAI adalah jenis introduksi dan/atau penyebarannya di luar tempat penyebaran alaminya, baik dahulu maupun saat ini, mengganggu atau mencancam keanekaragaman hayati.
ADVERTISEMENT
Sapu-sapu juga menjadi kompetitor bagi ikan asli (Native species) karena sering kali bila suatu perairan sudah dihuni sapu-sapu maka jenis ikan lain akan menjadi terbatas jumlah/populasinya. Di sisi lain, predator atau pemangsa ikan sapu-sapu hampir tidak ada karena karakter kulit tubuhnya yang keras sekali. Pemanfaatan sapu-sapu untuk konsumsi juga belum banyak, bahkan hanya diambil dagingnya untuk makanan bebek.
Ikan Sapu-sapu yang ditangkap oleh masyarakat dan dimanfaatkan dagingnya untuk makanan bebek (Foto: Haryono)
Dalam rangka mengendalikan populasi ikan sapu-sapu tersebut pemerintah melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Nomor 19 Tahun 2020 telah menetapkan ikan sapu-sapu sebagai salah satu dari jenis ikan yang dilarang dimasukan, diedarkan, dan dibudidayakan di wilayah pengelolaan Republik Indonesia. Status ikan sapu-sapu sebagai jenis invasif juga telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 94 Tahun 2016 tentang Jenis Invasif.
ADVERTISEMENT
Pengendalian populasi ikan sapu-sapu sudah seharusnya terus diupayakan. Langkah-langah yang dapat ditempuh antara lain: pemetaan perairan yang dihuni ikan sapu-sapu, pendataan kondisi populasi/kelimpahan, baru dilanjutkan dengan eradikasi atau pemusnahan. Eradikasi dapat secara mekanik, kimiawi dan biologi akan tetapi yang memungkinkan saat ini adalah mekanik atau penangkapan langsung. Strategi yang tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi dan edukasi ke publik terkait regulasi jenis invasif dimana ikan sapu-sapu termasuk di dalamnya. Melalui upaya tersebut diharapkan populasi ikan sapu-sapu tersebut akan semakin berkurang dan bahkan dapat tersapu bersih dari perairan di Indonesia.