Konten dari Pengguna

Candi Penataran: Jejak Kejayaan, Kehilangan, dan Pelestarian Warisan Leluhur

IKHSANDA FIRLI
Mahasiswa S1 Sastra Inggris Universitas Ailrlangga
12 Desember 2024 13:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari IKHSANDA FIRLI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Candi Penataran adalah saksi bisu perjalanan panjang sejarah Nusantara. Dengan struktur megah dan relief yang menceritakan berbagai kisah, candi ini menjadi salah satu ikon penting peradaban Hindu di Jawa Timur, terutama pada abad ke-14 hingga ke-15. Pada masa kejayaan kerajaan Hindu, Candi Penataran bukan sekadar tempat beribadah, melainkan pusat spiritual bagi raja-raja Kediri, Singasari, hingga Majapahit.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, keberadaan candi ini sempat hilang dari ingatan masyarakat. Baru pada tahun 1815, Sir Thomas Raffles menemukannya kembali dan memulai proses pemugaran. Ia mendokumentasikan temuan ini dalam karya berjudul "De ruins van Penataran" yang diterbitkan pada tahun 1900. Nama asli candi ini adalah "Palah," diambil dari Prasasti Palah, yang berisi rasa terima kasih Raja Kediri Srengga kepada Bathara Palah atas perlindungannya selama letusan Gunung Kelud.
Relief Candi Penataran memuat cerita rakyat seperti Bubhuksah dan Gagang Aking, Sri Tanjung, Ramayana, dan Krisnayana. Pembacaannya memiliki pola unik, yaitu harus dilakukan dari arah barat laut. Selain itu, simbol-simbol seperti naga Jawa dan arca Dwarapala menjadi bagian integral yang merepresentasikan perlindungan dalam tradisi Hindu.
ADVERTISEMENT
Arsitektur candi ini terdiri dari tiga bagian utama: gapura, teras, dan candi induk. Keindahan dan presisi konstruksi ini menjadi bukti kemajuan teknologi serta budaya pada masa itu, meskipun belum mengenal teknologi modern.
Saat ini, Candi Penataran berada di bawah pengelolaan Amazing Blitar (Badan Pariwisata Kabupaten Blitar) dan telah beralih fungsi menjadi objek wisata yang terbuka untuk umum. Meski demikian, nilai spiritual dan historisnya tetap terjaga, terutama melalui acara seperti Purnama Seruling, yang diadakan setiap tiga bulan sekali pada malam bulan purnama.
Selama pandemi COVID-19, Candi Penataran sempat ditutup dari tahun 2020 hingga September 2021. Setelah dibuka kembali, pengelola menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak. Meskipun demikian, keindahan candi ini tetap abadi, membawa pesan penting tentang pentingnya pelestarian warisan leluhur.
ADVERTISEMENT
Ke depan, pelestarian Candi Penataran membutuhkan perhatian lebih besar, seperti pembuatan situs web resmi atau media sosial untuk menarik perhatian generasi muda. Hal ini penting agar mereka tidak hanya mengenal Candi Penataran sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai simbol kebanggaan dan identitas budaya Jawa.
Melalui perjalanan sejarahnya dari masa kejayaan, kejatuhan, hingga pelestarian saat ini Candi Penataran mengajarkan kepada kita tentang pentingnya menjaga warisan budaya sebagai penghubung antar-generasi.
Candi Penataran kini menjadi destinasi populer di Blitar, menawarkan berbagai pengalaman menarik. Pengunjung dapat menikmati relief candi yang penuh cerita sejarah dan acara budaya Purnama Seruling yang diadakan setiap tiga bulan. Aktivitas lainnya meliputi berjalan-jalan, berfoto, dan belajar sejarah dari pemandu lokal.
ADVERTISEMENT
Di sekitar candi, tersedia kuliner khas seperti Es Drop, belimbing lokal, dan sambel pecel, serta suvenir unik seperti Batik Tutur, gendang sentul, dan kerajinan tempurung kelapa. Meski pandemi sempat memukul ekonomi para pedagang, kondisi perlahan membaik, membawa harapan baru bagi kebangkitan kawasan ini sebagai pusat budaya dan pariwisata.
Picture by Ikhsanda Firli
Picture by Ikhsanda Firli
Picture by Ikhsanda Firli
Picture by Ikhsanda Firli
Picture by Ikhsanda Firli
Picture by Ikhsanda Firli